Ketika pagi telah menyambut. Seorang gadis yang sedang tidur pulas di atas ranjang king size itu membuka matanya.
Hal pertama yang ia lihat adalah dada bidang seorang pria. Matanya megerjab beberapa kali. Memastikan penglihatannya benar.
Dia mengadakan kepala. Seorang pria tidur pulas juga memeluknya. Raut wajahnya semakin terlihat bingung.
Dia tidak teriak, dominan rasa bingung. Tangan mungilnya mengguncang Levin.
"Pak Levin," pangginya.
Levin yang merasa tidurnya terganggu membuka matanya. Tatapan polos Nami membuatnya harus menggeram tertahan.
Di bawah langsung bangun. Rupanya Levin junior bereaksi cepat.
"Pak Levin mengapa saya di sini dan kenapa memeluk saya?" tanyanya bertuntun.
"Kamu lupa, ck. Tadi malam kamu ketiduran,"ujar Levin ketus, "saya juga tidak memeluk kamu, tetapi kamu yang memeluk saya duluan. Saya pikir kamu guling."
Nami masih terlihat bingung. Namun, ia percaya begitu saja. "Maaf," ujarnya.
Ia bangun dari tempat tidur. Matanya menatap sekeliling kamar Levin dengan kagum.
"Mungkin preman itu sudah pergi," gumam Nami yang didengar Levin.
Demi Tuhan Levin masih mengantuk. Semalam ia tidak bisa tidur. Kehadiran Nami di sampingnya membuat ia menatap wajah tidur gadis itu begitu lama.
"Saya hari ini telat ke kantor. Kamu harus berada di sini karena saya punya banyak kerjaan untuk kamu," ujar Levin dengan alibinya.
"Saya harus mandi, Pak," ujar Nami.
"Mandi di sini," ujarnya dan menutup matanya kembali. Ia menahan diri agar tidak menarik Nami berbaring kembali. Ia ingin memeluk gadis itu kebali. Akan tetapi, bisa-bisa kebohongannya terbongkar. Bukan Nami yang memeluknya, tetapi dia yang memeluk Nami.
Nami melihat Levin yang tidur pulas. Alis tebal, bibir bawah yang tebal menggoda, dan juga wajah tenangnya membuat Nami tersenyum.
"Alisnya sangat tebal," ujarnya. Ia berajak dari kasur. Kemudian masuk ke kamar mandi Levin membawa handuk.
Nami memakai sabun Levin. Setelah menghabiskan waktu di kamar mandi Nami segera keluar.
Untung saja Levin masih tidur. Keadaanya yang hanya memakai setengah handuk sunggu memggoda iman.
"Aku tidak punya baju," batin Nami. Dengan polos ia ke arah Levin. Membangunkan pria itu kembali.
Beruntunglah orang itu Nami. Jika orang lain, maka habislah. Orang tua Levin saja tidak membangunkan pria itu ketika tidur karena tahu anaknya akan mengamuk.
"Pak Levin," panggilnya.
"Enghhh!" Levin membuka matanya. Ia mendengus dan berbalik. Tidak bisa Levin mengontrol raut wajahnya. Ia terkejut.
"Nami!" Nami sampai terperanjat kaget. Levin mengumpat dalam hati. Cobaan apa ini di pagi hari?
"Ma--maaf, Pak. Saya gak punya baju," ujarnya. Dia takut Levin marah karena mengganggu tidurnya.
Levin mengusap wajahnya. Ia mengambil ponselnya dan menelepon anak buahnya agar mengambil baju di butik pesanannya.
"Tunggu saja." Nami mengangguk dan grogi saat Levin memandangnyan begitu intes.
"Sa--sayaa ma--mau mandi," ujarnya gugup. Bahkan alasannya tidak masuk akal.
Nami begitu polos. Ia tidak pernah menyangka jika berpenampilan seperti itu akan membuat pria di depannya langsung trun on.
"Kamu sudah mandi," ujar Levin setengah serak.
"Bapak sakit?" tanya Nami saat merasa suara Levin berbeda. Ia melupakan rasa gugupnya dan maju.
Punggung tangannya menempul di dahi Levin. Aroma sabun yang Nami pakai bercampur dengan aroma. Tubuh gadis itu. Levin merasa di bawahnya begitu sesak.
"Tidak panas," ujar Nami.
"Saya tidak sakit," ujar Levin. Ia berdirindan ke kamar mandi.
"Dingin sekali," ujar Nami. Ia mengusap lengannya beberapa kali. 15 menit kemudia baju pesanan Levin datang.
Tentu saja Levin yang menerimanyam. Ia tidak akan rela gadisnya dilihat orang dalam keadaan memakai handuk saja.
"Ini baju kamu," ujar Levin. Nami menerima paper bag itu.
"Makasih," ujarnya tulus. Ia masuk ke kamar mandi dan berganti pakian.
Levin memgembuskan napasnya. Pagi ini dua kali tidurnya diganggu oleh Nami dan dua kali juga Nami membuat yang di bawah bangun. Gadis polos itu menyiksa diri Levin.
"Dia milikku," gumam Levin.
TBC
Jejaknya semua :) Makasih sebelumnya atas komentar dan suportnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Bos! (TAMAT)
FanfictionBacaan mengandung unsur 🔞⚠️ Levin Aldrick adalah seorang CEO di Aldrick Company. Sosoknya yang dingin, tegas dan sukses di usia muda membuat pria berusia 25 tahun itu dikenal publik. Berawal dari rasa amarah yang dimiliki Levin. Datang seorang OG b...