Demi kalian sayang-sayangnya Aretha. Aku update pagi-pagi bulan gosong. Terima kasih menantikannya dan supportnya. Langsung tancap gas bacanya.
Happy Reading
Nami tidak pernah merasakan sentuhan lebih dari tangannya. Bahkan seluruh tubuhnya diakses oleh indra peraba dan pengecap dari Bosnya.
“Ahhhhh .... Levin,” desahnya.
“Call me, Baby,” sahut Levin. Lidahnya menyapu daun telinga Nami.
“Ahhhhh aku-hhh merasa akan kencing,” ujar Nami. Dia merasa sesuatu telah keluar dari bawahnya.
Levin menarik dirinya. Dia membuka baju Nami. Nami yang merasa malu pipinya sudah terbakar. Saat tangan Levin melepas pengait branya. Ia sontak menyilangkan tangan di depan dada.
“Ak-aku malu,” cicit Nami. Matanya menata arah lain. Tidak sanggup menatap Levin secara langsung.
Levin menangkup wajah Nami agar berhadapan dengan wajahnya. Tataannya berubah intens sekali.
“Kamu tidak perlu merasa malu. Hanya dan kita berdua di sini,” ujar Levin lembut. Bagai terhipnotis dengan kata-kata Levin, ia membiarkan Levin menarik tangannya.
Payudara Nami menegang. Kulitnya putih cerah, lembut dan halus bagai kain sutra. Levin berdecak kagum dengan keindahan tubuh Nami.
“Levin,” cicit Nami. Levin membuka baju atasnya dan menindih Nami. Lidahnya membelai payudara Nami. Erangan Nami bersamaan dengan remasan tangan Levin yang lembut.
Sesekali jari Levin memilin puting Nami. Lidahnya bergerak lincah. Menjilat dan menyesap kuat.
“Ahhhhh ... Levin! Ahhhhh!” Nami semakn meracau. Ia menyisir rambut Levin dengan tangannya. Kakinya melingkar di pinggang Levin.
“Kamu sangat nikmat, Baby,” ujar Levin setelah melepas pangutannya. Dia memberikan banyak kiss mark di sekitar payudara Nami.
Levin menarik celana Nami. Nami merapatkan kakinya. Namun, Levin membiarkan sejenak, dan dia membuka celananya juga. Mereka sama-sama full naked.
Nami memalingkan wajahnya saat melihat junior Levin. Benda yang pertama kali ia lihat. Nam tidak mengerti perasaannya. Bercampur takut, degdegkan, dan senang.
“Ini sudah basah sekali. Siap dimasuki,” ujar Levin setelah membuka lebar paha Nami, “tatap aku Nami.”
Nami meneguk ludahnya. Ia membuka matanya dan melihat Levin. Entah, apa yang terjadi pada Levin. Ia memberikan senyum menenangkan untuk Nami.
“Ini akan terasa sakit, tapi hanya sedikit,” ujar Levin. Nami mengangguk.
Levin menindihnya dan mendorong juniornya masuk. Nami mencengkeram seprai.
“Levin, sakit ... akhh ssakiittt,” lirihnya. Sudut matanya berair.
Levin menyambar bibir Nami. Mencoba mengalihkan rasa sakit Nami karenanya. Dengan sekali hentakkan, juniornya berhasil menembus selaput darah Nami.
Tidak ada pergerakan dari Levin. Ia ingin Nami tenang dulu. Menyesuaikan diri. Setelah melihat Nami tenang, ia bergerak dengan ritme yang pelan.
“Ahhh Nami-ah, kamu sangat nikmat, Baby,” racau Levin. Goyangan pantatnya semakin liar dan cepat. Perasaan perih yang Nami rasakan sudah memudar digantikan rasa nikmat.
“Levin ahhh,” racau Nami. Ia mengalungkan tangannya di leher Levin.
Lidah Levin menyesap leher Nami. Memberinya kiss mark. Tangannya tidak berhenti menjamah benda kenyal di dada Nami. Bukit indah itu terlalu menarik untuk ia lewatkan.
“Aku ingin pipis,” cicit Nami. Tubuhnya terasa bergetar. Keringatnya semakin banyak keluar. Sentakan menggila dari Levin membuat ia menggelinjang.
“Bersama, baby,” ujar Levin. Ia memejamkan mata saat mencapai puncak bersama Nami.
Crottt ... crotttt ....
Ia ambruk di atas tubuh mungil Nami. Napas mereka terengah sehabis percintaan panas mereka. Levin mengangkat dirinya. Membiarkan kedua tangannya menumpu di sisi Nami.
Wajah Nami di terpa sinar temtemaran lampu. Cantik, seksi dan tentunya hanya miliknya seorang.
“Aku ingin melakukannya lagi,” ujar Levin. Ia sangat ketagihan dengan tubuh Nami dengan wanita lain saja ia bahkan tidak sudi menyentuhnya kembali setelahnya.
Nami hanya pasrah saat tubuhnya kembali digauli Bosnya. Merintihkan nama Levin. Merasakan setiap sentuhan dari lidah Levin.
Tidak ada yang ia lewatkan dari kenangan malam ini. Mungkin saja Levin bisa menganggap ia murahan dengan suka rela memberikan tubuhnya.
Setelah kembali mencapai puncaknya yang ke tiga kalinya. Levin berbaring di dekat Nami. Membawa selimut menutupi tubuh mereka.
“Tidurlah. Sudah hampir dini hari.” Levin memeluk Nami. Membuat Nami menyurukkan kepalanya di leher Levin.
“Semoga besok baik-baik saja,” lirih Nami yang di dengar Levin. Levin tidak tahu apa yang Nami pikirkan saat ini.
TBC
Gomawo-yo, Guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Bos! (TAMAT)
FanfictionBacaan mengandung unsur 🔞⚠️ Levin Aldrick adalah seorang CEO di Aldrick Company. Sosoknya yang dingin, tegas dan sukses di usia muda membuat pria berusia 25 tahun itu dikenal publik. Berawal dari rasa amarah yang dimiliki Levin. Datang seorang OG b...