15

47.5K 2.6K 59
                                    

Sorry lama update, kalian bisa cek akun Fbku : Kim Aretha Ashlee kalau aku lama update 😂

Belum bisa beli hp 😣

Back sayang-sayangnya Aretha. Langsung baca, komentar baru like.

Happy Reading

Nami menggeliat pelan. Bangun terlalu pagi sudah menjadi kebiasaan Nami. Matanya mengerjap. Bayangan semalam membuat pipinya terkuras dengan rona merah.

Ia menoleh melihat lelaki tampan di sampingnya. Otot-otot keras dan dada bidang, serta wajah bak bayi polos yang terlelap membuat Nami tersenyum tipis.

“Aku akan mandi dan menyiapkannya sarapan,” ujar Nami. Ia bangun dan meraih handuk yang terletak di nakas.

“Ashhh,” ringisnya. Dahinya mengerut. Ia mencoba bangkit dan berjalan.

Bugh!

“Hiksss huwaaaaa!” Nami menangis karena tidak bisa berjalan.

Levin yang terlelap bangun tanpa komando. Betapa kagetnya dia mendengar suara tangisan Nami yang kencang.

“Nami,” panggilnya. Ia menatap Nami dengan mata terkejut.

“Hikss ... Levin,” panggil Nami. Levin meraih boxernya dan memakainya. Ia mendekati Nami.

“Ada apa denganmu?” tanya Levin.

Mata berkaca-kaca Nami menatap Levin dengan bibir melengkung ke bawah. Ia mengadu,  “Hiks kakiku seperti lumpuh. Hikss aku tidak bisa berjalan. Hikss aku merasa akan diaputasi.”

Levin menahan tawanya. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia tahu persis apa yang dimaksud wanita polos seperti Nami. Pasti kewanitaan Nami masih terasa sakit dan badannya lemas karena mereka bermain terlalu lama dan Levin begitu bersemangat.

“Aku akan mengendongmu ke kamar mandi. Rasa sakitnya akan berkurang,” ujar Levin dan mengangkat tubuh Nami.

Nami mengalungkan tangannya di leher Levin. Memejamkan mata karena dia masih tidak terbiasa dengan sentuhan intim yang Levin berikan untuknya.
“Berendam akan membuat otot di tubuhmu kembali rileks,” ujar Levin. Nami mengangguk.

Ckleak.

Levin keluar dari sana dan tawa yang ia tahan keluar, “Hahahahaa.”

***
Siang ini Nami menyiapkan secangkir teh kepada tamu Levin. Ia tidak tahu siapa gadis cantik yang datang menemui Levin.

“Aku datang karena Eommamu meminta kita segera melangsungkan pertunangan,” ujarnya samar-samar di dengar Nami.

Degdegdeg.

Nami merasa jantungnya berdenyut sakit. Pertunangan? Levin akan bertunangan? Nami merasa bodoh sekali. Membiarkan Levin menyentuhnya sementara Levin akan melakukan pertunangan dengan gadis yang sudah pasti sepadan dengan Levin.

Nami meletakkan teh di atas meja. Tidak pernah mau menatap Levin. Telinganya kian panas. Ia menghalau air matanya.

“Datanglah nanti malam. Akan ada acara pertemuan keluarga di rumahku. Ini permintaan Eommamu,” ujarnya membuat Levin mengangguk.

Nami meninggalkan ruangan Levin. Hatinya hancur. Ia menyadari perasaan yang tak seharusnya ia miliki kepada Levin. Memangnya dia siapa berani mencintai Bosnya?

“Hiks ... hiks ....” Nami menangis. Dia tidak berniat memberitahukan kepada siapa pun tentang rasa sakitnya, termasuk kepada sahabatnya.

“Ternyata penyebab cuaca menjadi mendung adalah kamu,” ujar seseorang bersamaan menyodorkan sapu tangan.

Nami menoleh dan melihat pria yang sudah ia kenal. Ia meraih sapu tangan yang diberikan Jimin kepadanya.

“Apa yang membuatmu menangis? Kamu sangat jelek ketika menangis Nami,” canda Jimin.

“Aku tidak menangis,” kilah Nami. Jimin mengangkat alisnya dan tersenyum menggoda.

“Lalu, apakah yang sedang mengalir di pipimu? Kamu tidak bisa berbohong. Kamu sampai ingusan karena menangis. Hidungmu memerah,” ujar Jimin.
“Ak—aku hanya membuang air mataku saja. Terlalu banyak di dalam,” ujarnya menyangkal. Alasan polos Nami membuat Jimin tertawa. Dia memegang perutnya karena Nami.

“Bhahahah Nami. Hahahaha kamu sangat lucu,” ujar Jimin. Nami cemberut dan memukul Jimin. Pria itu segera berdiri dan berlari.

“Jimin-ah! Awas kamu! Akan memukulmu lebih keras jika menangkapmu.” Jimin semakin tergelak tawa melihat Nami marah. Bibir Nami mengerucut dengan tangan menunjuknya.

Nami mengejar Jimin dan itu tidak luput dari tatapan pria yang sedang menatap mereka tajam. Matanya mengilat marah. Sudah pasti ia akan melakukan sesuatu. Nami hanya miliknya.

“Sepertinya kamu tidak memahami dengan baik ucapanku, Sayang. Aku akan memberikanmu hukuman. Kamu adalah milikku. Cara kotor pun akan aku lakukan untuk memilikimu.” Seringai tajam menjadi bumerang untuk wanita yang tertawa bersama Jimin.

Brak!

Dia masuk ke dalam mobilnya dengan wajah mengeras. Pria di sampingnya yang ikut menyaksikan itu tersenyum tipis.

“Kau tahu kau posesif dan egois. Wanita tidak menyukai sebuah hubungan yang tak pasti,” ujar sahabatnya.
“Semua pasti. Dia milikku.” Tangannya mengepal kuat.
“Dan apakah kamu miliknya?” Dia diam. Tidak bisa menjawabnya.

TBC

Jejaknya, Guys. Hihihi memasuki konflik yang akan hot juga. Sekarag asupan konflik 😂 Selamat menuaikan puasa.

Posesif Bos! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang