🌺Happy Reading🌺
Ketika sampai di tempat penjual makanan khas Jeju, Nami begitu semangat.
Bahkan dia merasa akan meneteskan liurnya melihat makanan yang mengunggah seleranya.
"Uwah! Pasti enak!" serunya. Levin melihat Nami bagai anak kecil yang kegirangan mendapat mainan.
"Kamu ingin mencicipinya?" tanya Levin.
"Iya," jawab Nami. Levin segera memesankan makanan untuk Nami.
Mereka mencucui mulut sesuai keinginan Nami. Dia terlalu banyak makan sampai perutnya terasa penuh.
"Ahhhh ... makanan di sini semuaa enak!" ujarnya. Dia menoleh dan menyengir. Levin tidak membelas cengiran Nami.
Levin menatap jamnya dan mengajak Nami jalan-jalan kembali. Tak disangka ada wahana permainan. Mereka ke sana.
Nami kembali semangat sampai dia bahkan tak sadar menarik tangan Levin.
"Apakah kita kan bermain di sini?" tanyanya antusiasi.
"Iya," ujar Levin.
"Wahhh! Aku ingin mencoba semua wahana di sini," ujarnya dengan senang.
Nami melompat kegirangan sampai Levin tak bisa menyembunyikan senyumannya.
"Jika Pak Levin tersenyum ternyata sangat ganteng sekali. Dua kali lipat," ujarnya membuat Levin menatapnya intens.
Levin berdehem. Dia meraih tangan Nami dan membawanya pergi.
"Pak Levin apakah itu tidak bahaya?" tanya Nami saat melihat permainan seperti kuda.
"Tidak," ujar Levin. Ia melihat Nami ingin mencobanya, tetapi takut juga.
"Ayo!" Levin menarik tangan Nami dan membeli tiket masuk. Nami segera duduk di bawah Levin. Levin sendiri berada di atas sebagai pengemudi.
"Pengangan!" ujar Levin. Nami langsung melingkarkan tangannya. Dia berteriak histeris saat permainan di mulai.
"Aaaaaaaaa!"
"Bhahahhaha!"
Teriakan Nami membuat Levin terbahak. Gadis itu memeluknya erat. Selesai permainan Nami segera turun. Dia pucat pasi.
"Huwaa Pak Levin jahat banget!" ujarnya marah. Dia melihat Levin tersenyum geli menatapnya.
"Katanya mau coba semua," ejek Levin.
"I--iya," ujar Nami.
"Ada satu permainan lagi. Ayo!" Kali ini Levin menunjukkan smirknya. Ia punya rencana.
Nami begitu bingung saat Levin membawanya pergi dari wahana permainan. Mereka ke jalan yang tentunya Nami tidak tahu.
Sampailah dia di sebuah tempat yang membuat Nami pening.
"Apa itu?" tanya Nami begitu bigung melihat permainan orang itu. Levin menyeringai.
"Permainan yang menarik," ujarnya.
"Ta--tapi bagaimana bisa tempat ini dikatakan wahana permainan?" tanyanya polos.
"Ini adalah permainan orang dewasa. Aku akan memimpinmu," ujar Levin.
Nami mengangguk dan ikut saat Levin menariknya. Levin sengaja menarik Nami berada di ruangan paling atas.
Ckleak!
Di membuka sebuah ruangan. Nami menyerit melihat begitu banyak wanita yang menggunakan baju minim. Bahkan ada yang tak memakai baju.
Levin meraih pinggang Nami. Memeluknya posesif. Nami menatap Levin dengan tatapan bertanya.
"Lihat ke depan," ujar Levin. Nami menatap ke depan, "ayo kita bermain di tempat yang seharusnya."
Levin menatap tajam setiap pria yang melirik Nami. Bahkan tangannya memengang erat pinggang gadisnya.
Seolah tak rela semua mata tertuju pada Nami. Ia membawanya pergi. Nami masih aja menebeak wahana apa itu?
Tak tahu gadis itu jika tempat tadi adalah club besar di Jeju.
***
Levin membawa Nami ke hotel kembali. Segera ia mengunci kamar.
"Bukannya kita masih ingin bermain?" tanya Nami.
"Iya. Bermain di sini," ujar Levin dengan smirknya.
"Kemarilah," ujar Levin. Nami berjalan mendekat sampai dia ditarik duduk di atas pangkuan Levin.
"Ap--apa yang Pak Levin lakukan?" tanya Nami tergagap.
"Bermain," ujar Levin dan melumat bibir Nami. Nami menahan dada Levin sampai ia kewalahan mendorongnya.
"Enghhhh," lenguhannya membuat Levin membawa Nami ke bawahnya. Levin mengendus leher Nami.
"Pak Levin ...geli," ujar Nami menahan desahannya.
Levin menatap Nami yang mengambil napas banyak.
"Kamu terlalu polos Nami. Kamu harus aku buat polos malam ini," ujar Levin.
"Ap-apa?" tanya Nami. Bukan menjawab Levin malah melumat bibir Nami kembali.
Nami tersentak saat tangan Levin menyusup ke dalam bajunya. Meremas dadanya yang terbungkus BH.
"Ahhh engghh Pakhhh Levinhhh," racaunya. Ia menagan tangan Levin.
"Kita bermain," ujar Levin dengan dingin. Nami ditatap sagar oleh Levin menciut. Dia ketakutan. Seketika Levin tersadar dan melembutkan tatapannya. Perahan Nami rilex.
"Kita coba wahana ini. Kamu mau 'kan?" tanya Levin.
"I---iya," ujar Nami polos.
TBC
Hayukkk 😌😜 Otak YD pagi-pagi kambuh😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Bos! (TAMAT)
FanfictionBacaan mengandung unsur 🔞⚠️ Levin Aldrick adalah seorang CEO di Aldrick Company. Sosoknya yang dingin, tegas dan sukses di usia muda membuat pria berusia 25 tahun itu dikenal publik. Berawal dari rasa amarah yang dimiliki Levin. Datang seorang OG b...