(4)

32.3K 2.1K 7
                                    

Leo menepikan mobilnya ke arah wanita yang sedang berjalan lunglai. Lampu mobilnya membuat wanita itu menutup wajahnya. Leo turun dari mobil dan berjalan mendekati wanita itu.

"Kalila" panggil Leo yang membuat Lila membuka matanya yang sudah merah menatap kearah Leo. Leo langsung merengkuh tubuh Lila yang lemah. Tangisan Lila yang semakin deras membuat Leo juga merasakan sesak di dadanya. Ia tidak tau apa yang terjadi, ia hanya ingin menyusul Lila kerumah orang tuanya untuk memberikan teleponnya yang tertinggal di restoran tadi.

Leo mengeratkan pelukannya, ia menepuk beberapa kali punggung Lila yang bergetar. Hujan mulai turun, namun Lila masih menangis di pelukannya.

"Kalila", Leo mencoba memanggil Lila. Ia tidak ingin Lila sakit karena terkena hujan terlalu lama. Lila melepaskan pelukannya, ia hanya menunduk dan tidak berkata apapun.

Leo menggendong Lila untuk masuk ke mobilnya, "aku antar kamu pulang ya". Namun tidak ada jawaban, Leo mendudukan Lila di kursi depan. Ia mencoba mencari sweater yang biasa ia gunakan.

"Ini, kamu ganti baju dulu", Leo menyerahkan sweaternya. Namun Lila hanya diam tidak bergerak.

"Lila, kasihan anak kamu kedinginan"

Baru Lila bergerak untuk menukar bajunya. Leo memalingkan wajahnya agar Lila leluasa mengganti pakaiannya.

"Udah selesai?", tanya Leo

"Udah"

"Gue antar kerumah?"

Lila menggeleng, "Rumah oma"

"Oke, mau keliling dulu?"

"Gak, aku capek"

Leo mengangguk, ia melajukan mobilnya menuju rumah Ratu.

————————————————————

Mereka sudah sampai di depan rumah Ratu, namun Leo tidak tega untuk membangunkan Lila yang ketiduran. Leo memperhatikan wajah Lila yang sangat pucat, mata yang bengkak, dan rambut yang berantakan. Hatinya sakit melihat Lila seperti ini, namun dia tidak bisa berbuat apapun.

Ia merapikan helaian rambut di wajah Lila, "Cantik" gumamnya.

Leo menjauhkan badannya saat Lila menggeliat.

"Udah sampai ya?" tanya Lila yang sedang mengucek matanya, "kok gue gak dibangunin".

"Gak tega"

Lila tersenyum, "Kebiasaan lo ya"

"Cantik"

"A-apa?"

"Lo tambah cantik kalo senyum gini", Leo menarik sudut bibirnya dan membuat senyuman yang merakah. Lila yang melihat itu terkekeh.

"Lo ada masalah ya sama bokap lo?"

"Gak bokap aja sih, semuanya deh kayaknya"

Leo mengerutkan keningnya heran, "Ha? Sama kakak gue juga?"

"Iya, kakak lo sih penyebabnya hahaha", Lila tertawa hambar

"Karena yang malam itu? Maaf ya La"

"Bukan salah lo. Lagian bukan itu inti permasalahan yang buat gue gugat-", Lila memukul mulutnya, dia keceplosan.

"Gugat cerai? Lo serius?"

Lila mengambil barangnya dan hendak turun dari mobil namun tangannya ditahan oleh Leo.

"Leo, udah jam 11 malam. Gue takut di marahin oma kerumahnya kemalaman"

Leo tetap memegang tangan Lila dan menariknya hingga Lila terduduk. Leo mengunci pintu mobilnya. Leo tidak melepaskan genggamannya.

"Jawab dulu, Kalila"

Karena tidak ada jawabaan, Leo memajukan badannya mendekat kearah Lila dan berbicara tepat di telinga Lila, "Kalila, are u okay?"

Lila yang terkejut spontan memukul wajah Leo, "Astaga, Leo sorry"

"Kok lo kaget sih, kirain gue lo udah budeg", kekeh Leo yang mendapat pukulan dari Lila.

"Ngeselin banget sih lo"

"Jawab dulu, biar gue gak ngeselin lagi"

"Iya"

Leo mengangkat alisnya, "Iya apa?"

"Gue serius gugat cerai kakak lo, udah kan? Gue mau keluar"

Leo kembali menahan Lila, "Kenapa? Kesalahannya fatal?"

Lila menghelakan nafas, "Emang kenapasih lo kepo banget"

"Ooh jadi Ardhan selingkuhin lo?"

"Apasih, lo kenapa pengen tau sih Leo? Apa untungnya lo tau? Lo mau ngelarang gue biar gak cerain mas Ardhan?"

Lila terlihat kesal dan marah setiap kali menngingat alasannya menggugat Ardhan. Lila kembali menghembuskan nafasnya.

"Gue gak akan ngelarang lo. Lo bisa lakuin apapun yang buat lo bahagia. Kalo emang Ardhan selingkuh, dia bodoh", kini Leo menatap Lila intens. Tatapan yang sudah lama tidak ia tatap.

"Dia brengsek, Lila. Gue yang relain lo demi brengsek itu, gue jadi merasa bersalah sama lo"

"Bukan salah lo"

"Salah gue, seandainya gue dulu bisa ngasih tau bunda tentang hubungan kita. Gue gak punya keberanian, Lila. Gue terlalu takut bilang ke bunda, bunda dan ayah udah terlalu baik ke gue. Gue udah sangat bersyukur diangkat dan dikasih tempat tinggal layaknya keluarga mereka sendiri. Gue pengecut yang gak bisa pertahanin orang yang gue sayang"

Leo memegang tangan Lila, "Maafin gue ya"

"Apaansih, lo gak salah. Gak ada yang salah, cuman mungkin emang gini takdirnya", Lila menepuk lengan Leo, "Pulang gih, gue udah ngantuk"

Leo cemberut, sudah lama ia tidak berduaan seperti ini dengan Lila. Ia ingin menahan Lila pergi, tapi dia bukan siapa-siapa.

"Thanks Leo", kata Lila yang sudah diluar mobil.

"Kalila", panggilan Leo membuat Lila berbalik dan mengangkat alisnya.

"Nikah sama gue yok"

Lila tidak menanggapi dan berjalan dengan cepat masuk ke dalam halaman rumah Ratu. Leo melihat kepergian Lila tersenyum merkah. Hatinya seperti berdetak sangat cepat mengalahi kecepatan valintino rossi.

Single MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang