Satu bulan kemudian......
"Hallo sayang, kamu apa kabar?" Tanya Lila pada batu nisan di depannya ini. Batu nisa dengan nama Leonardo Wijaya.
Lila mengusap ujung batu nisan itu, ia tersenyum hangat. Kenangannya dengan Leo yang tidak akan pernah ia lupakan dan kepergian Leo juga hal yang tidak pernah ia lupakan.
Pagi setelah mereka jalan-jalan seharian, Leo sudah tidak sadarkan diri. Ia sudah tidak bernafas, Lila mengetahuinya ketika Kania menangis namun Leo tidak bangun dan menggendong Kania seperti biasanya.
Lila beberapa kali memanggil dan menggoyangkan tubuh Leo yang dingin namun tidak ada respon, ia mengecek hidung Leo namun ia tidak bernafas. Dunianya runtuh seketika.
Lila terduduk di ujung kasur, ia menggenggam tangan Leo lalu menghubungi Oma untuk memberitahukan kabar itu. Kabar buruk itu kenapa begitu cepat terjadi?
Lila bahkan melupakan Kania yang menangis di pelukannya karena sekarang ia juga sedang menangis. Kevin anaknya bertanya namun Lila abaikan karena ia tidak bisa fokus. Kevin mengambil Kania dari pelukan Lila dan ia menggendongnya hingga Kania diam.
Kevin mungkin sudah paham saat itu, dia tidak menangis karena melihat Lila menangis. '"Dia memeluk aku, seperti kamu memeluk aku saat aku menangis".
Dunia Lila benar-benar berubah, bahkan ia melupakan anak-anaknya untuk sesaat. Hampir satu minggu Kevin dan Lisa yang menguatkan Lila. "Padahal seharusnya aku yang menguatkan anak-anak, tapi aku sedang tidak berdaya Leo. Kamu pergi itu seperti duniaku yang menghilang. Kamu itu duniaku, Leo."
"Seketika aku teringat kata-kata kamu malam itu, kamu percaya aku bisa jaga anak-anak dan kamu percaya aku. Tapi aku tidak sekuat itu, Leo. Kepergian kamu itu sangat mendadak, Leo. Aku tidak sanggup dan tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu."
"Sekarang setiap aku masak dan Kania menangis, Kevin selalu bangun dan menggendongnya. Aku merasa bersalah pada Kevin, dia masih kecil dan seharusnya tidak melakukan hal seperti itu."
Lila menaburkan bunga di makam Leo dan memberishkannya dari daun yang berantakan, ia mengelus batu nisan itu.
"Kania sepertinya juga kangen kamu, tiap malam dia nangis walaupun sudah aku gendong dia tetap nangis. Mungkin dia kangen di gendong kamu setiap pulang kerja. Orang-orang juga kehilangan kamu, Leo."
"Oh iya, Bunda dan ayah kamu sepertinya nanti sore datang ke sini bersama Mas Ardhan. Keluarga kamu sangat kehilangan orang baik seperti kamu."
Lila tersenyum dan mengusap air matanya, "Aku belum melihat Kevin menangis semenjak kamu pergi. Aku takut dia memendam perasaannya, Leo. Aku takut dia menjadi seperti aku dulu. Aku harus bagaimana Leo? Kevin juga tidak banyak bicara sekarang. Bantu aku Leo, biar aku bisa membuat Kevin lebih terbuka. Aku tau kamu selalu ada di dekat aku."
Lila kembali menaburkan bunga di makam Leo, ia mencium nisan itu. "I love you more, Leo."
Lila berdiri dan meninggalkan makam Leo, ia kembali menjadi single mother. Dan kali ini, ia akan menikmati menjadi ibu untuk ketiga anaknya. Lila akan membuat anak-anaknya lebih dekat dan terbuka dengan dirinya. Karena Lila tau Leo ada di dekatnya dan selalu membantunya.
The End
##############################
From author :
Terima kasih banyak buat yang telah membaca cerita ini, aku sangat berharap kalian menikmatinya. Maaf jika masih banyak kata dan kalimat yang berantakan. Semoga kalian menyukai cerita pertamaku.
Oh iya, buat yang komentar. Terima kasih banyak saran dan masukan serta yang sudah nungguin part selanjutnya.
Sekali lagi aku, terima kasih semuanyaaaaa.......Jangan lupa mampir di cerita aku yang lainnya ya, hehee
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mom
Short StoryLila seorang ibu muda yang sudah menjadi single mom di usia 21 tahun.