[23]

14.8K 824 9
                                    

Sudah hampir dua minggu mereka mempersiapkan untuk pernikahannya. Hari ini Lila akan melihat gaunnya namun Leo memekasa ikut untuk melihatnya juga.

Lila memberhentikan mobilnya tepat di depan butik milik Caca. Mereka masuk dan Lila mencoba gaun yang sudah ia pesan. Sedangkan Leo menunggu di luar dan melihat gaun-gaun yang terpajang di toko itu.

Lila keluar dari fitting room dan memanggil Leo untuk melihat pakaiannya. Leo hanya diam dan tidak berkata apapun.

"Gak bagus ya?"

Leo menggeleng. bukan tidak bagus Leo tidak bisa berkata-kata. Lila sangat amat cantik.

"Bagus, sangat cantik... kamu."

Pipi Lila merona, "Makasih"

Leo mendekat ke arah Lila yang kebingunngan, ia menarik dagunya lalu mencium bibirnya dan Lila membalasnya. Ciuman mereka semakin dalam, hingga Lila kehabisan nafas.

Leo melepaskannya dan melihat wajah Lila yang memerah seperti tomat. Leo tersenyum dan menyubit pipi Lila, "Beautiful as always, Lila"

Leo sangat tau cara membuat Lila menjadi salah tingkah seperti sekarang, Lila hanya mengganguk dan melarikan diri agar pipinya tidak tambah seperti tomat.

Leo menunggu Lila berganti pakaian dan satu hal yang baru ia sadari, kalung Lila. Cincin yang ia beri masih ada? Kenapa ia baru menyadarinya?

Saat Lila keluar dari fitting room, Leo mendekat dan mengeluarkan kalung Lila yang tertutup bajunya. Benar, itu adalah cincin pemberian Leo delapan tahun lalu. Leo menatap Lila dan bertanya "Cincinnya masih ada?"

"Masih, dan ya... tidak pernah hilang," ucap Lila memegang cincin yang ia gantung di kalungnya, "Kamu baru menyadarinya?"

Leo mengangguk, "Berarti kamu bohong soal cincin hilang? Kenapa?"

"Hm, biar bisa aku simpan"

"Kamu simpan? Untuk apa, Lila?"

"Ya... untuk kenang-kenangan"

Leo menyipitkan matanya, "Selama ini selalu kamu pakai?"

"Ya, setiap hari"

"Kamu mengingatku selama ini?"

Lila mengangguk, "Tentu aku mengingat kamu, Leo. Kamu satu-satunya orang yang masih setia walaupun aku sepertinya menyakiti kamu dulu."

"No... no.. kamu gak pernah nyakitin aku," Leo tersenyum dan memeluk Lila, "Terima kasih masih menyimpannya, Lila."

"Iya, Leo," Lila melihat Caca yang baru saja masuk toko namun Leo belum juga melepaskan pelukannya, "Leo, bisa lepaskan pelukannya? Ada pemiliknya disini."

Lila menghampiri Caca setelah Leo melepaskan pelukannya. Caca sedang duduk di sofa yang ada di ruang tunggu. Ia melihat perut Caca yang semakin besar, mungkin tidak lama lagi akan melahirkan, pikirnya.

"Oh hai, sudah selesai?" Tanya Caca saat Lila duduk disebelahnya. Lila mengangguk, "Sudah. Terima kasih, Ca"

"Gak perlu terima kasih, kan kamu juga udah bantu aku," ucap Caca dengan senyum manisnya.

Leo baru saja menyusul Lila dan langkahnya terhenti ketika melihat orang yang sedang bersama Lila sekarang. Leo mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya, benar itu Caca yang ia kenal. Caca yang meninggalkannya tujuh bulan yang lalu tanpa alasan yang jelas.

Lila yang melihat Leo terdiam memating akhirnya memanggilnya, "Leo sini". Saat Leo tiba di dekatnya, Lila memperkenalkan Leo ke Caca, "Leo, ini Caca yang aku bilang waktu itu."

Caca menoleh, "Leo!"

Caca berdiri dan memeluk Leo, Lila yang melihat itu hanya bisa kebingungan. Lila hanya diam di tempatnya dan memperhatikan kedua orang itu.

"Leo, aku nyariin kamu dua bulan ini"

"Nyariin aku?"

Caca mengangguk, "Aku mau minta maaf udah ninggalin kamu."

"Udah aku maafin. Kamu udah nikah?"

"Belum"

Leo yang bingung melihat Caca sudah hamil besar, dan menatap Lila yang lebih kebingungan melihat mereka berdua. Ekspresi Lila sekarang sulit untuk dibaca. Leo ingin melepaskan pelukan mereka, namun Caca menahannya.

"Aku hamil." Walaupun kesusahan, Caca tetap memeluk erat Leo. Ia tidak ingin melepaskan Leo lagi, "Aku ninggalin kamu, karena aku bingung bilang ke kamu kalo aku hamil."

"Ca, lepasin dulu."

Caca menggelengkan kepalanya berulang kali, "Enggak, aku gak mau kehilangan kamu lagi."

Lila mendengar dan yang ia lakukan hanya diam di tempatnya berdiri. Tidak mau kehilangan lagi, berarti mereka mempunyai hubungan yang special. Ya tidak masalah kan, Lila? tapi gimana kalo bayiny ternyata anak Leo?. Lila mengelengkan kepalanya, menghilangkan semua pikiran buruknya. Ia menatap Leo dengan tatapan kebingungan.

"Ca, aku mau menikah."

Caca melepaskan pelukan mereka, ia menatap Leo tajam dengan matanya yang sudah berair. Caca menoleh sekilas ke arah Lila, "Tapi aku butuh kamu"

"Kenapa baru sekarang kamu butuh aku?"

"Dari aku hamil, aku udah butuh kamu. Tapi aku tidak bisa menghubungi kamu lagi,"

"Apa yang kamu butuhi dari aku?"

Caca menghela nafasnya, "Aku butuh ayah anak aku"

Leo mengernyitkan dahinya bingung dengan perkataan Caca yang ambigu, "Ayah anak kamu siapa?"

"Kamu," Caca menunjuk dan sedikit berteriak tepat di wajah Leo, "Kamu ayahnya."

Perkataan Lila menjadi kenyataan. Lila hanya diam ditempatnya dan melihat Leo yang sama bingungnya dengan dirinya. Kata-kata Leo malam itu teringat di kepalanya.

Aku baru pertama kali tidur bersama perempuan disatu ranjang

Lila menertawakan dirinya sendiri, menertawakan takdirnya yang begitu kejam, dan rasanya ia ingin menghilang dari dunia ini.

Single MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang