(8)

25.7K 1.5K 13
                                    

"Kita keliling aja?" Tanya Leo yang baru saja menjalankan mobilnya. Lila mengangguk.

Sesuai permintaan Leo tadi, ia mengajak Lila untuk berkeliling Jakarta. Keliling Jakarta ini salah satu hal yang sangat Lila sukai sedari dulu. Bahkan setiap ia merasa capek akan hidupnya, ia akan pergi berkeliling mendinginkan pikirannya.

Cuaca dan angin malam ini sangat sejuk. Tapi Lila menyukainya lebih dari apapun.

"Kamu gak kedinginan?"

Lila mengangguk, "Iya, tapi aku suka"

"Ini pakai, biar gak terlalu dingin" Leo memberikan jaketnya.

Mobil terus melaju ditemani dengan suara musik dan suara kendaraan lainnya. Tidak ada yang berbicara. Hanya Lila yang menyanyikan sebait-sebait lagu yang sedang dimainkan. Melihat pemandangan malam hari kota Jakarta sangat menyenangkan.

Rintik hujan mulai turun, Leo melihat kearah Lila yang tidak terpengaruh oleh rintik hujan. Leo beberapa kali menatap Lila yang sedang terpesona dengan keindahan malam. Leo pun terpesona dengan keindahan Lila.

Rintik hujan semakin deras dan Leo menutup mobilnya, "Lila, aku tutup ya"

Lila menoleh dan tersenyum, "Oh iya"

Senyuman Lila, membuat dada Leo berdebar tak karuan. Ia memegangi dadanya yang berdetak kencang. Ahhhhhhh Leo ingin melihat senyuman Lila lagi.

"Lo kenapa?" Tanya Lila yang melihat Leo senyum-senyum sendiri.

"E-ah-" Leo salting, "Eh gue lapar"

"Ohh mau makan?"

Leo mengangguk, padahal ia sudah kenyang. Leo merutuki mulutnya yang asal bicara.

"Kita makan bakso yuk?" Ajak Lila yang membuat Leo mengangguk dan melihat jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam, "Ayok. Ditempat langganan aku biasanya masih buka jam segini"

——————————————————————

"Pakde, bakso kek biasa dua ya" kata Leo kepada tukang bakso itu. Pak de melihat ke arah Leo, "Siap mas"

Leo menyusul Lila yang sudah duduk. Hujan semakin deras dan hawa dingin semakin menusuk kulit. Lila yang hanya memakai kaos oversize dan celana jeans pendek. Lila mengosokkan kedua tangannya untuk mengurangi rasa dingin ditangannya.

Leo melepaskan jaketnya dan memakainya ke tubuh Lila. Leo duduk berhadapan dengan Lila. Ia melihat Lila yang terus menggosokan kedua tangannya dan memasukkan kedalam saku bajunya ketika makanan tiba.

"Eh masnya tumben bawa pacar? Biasanya alone mulu" kata Pak de yang baru saja meletakkan bakso mereka dimeja. Leo mengelengkan kepalanya cepat, "Bukan Pak de, calon istri kalo ini mah"

Lila mendelik dan melototi Leo, Pak de yang melihat itu tertawa dan berkata. "Oh, poor you. Gak diakui jadi calon suami hahaah"

Leo hanya menyeringai, "Harus sabar kalo ini Pak de"

"Hwaiting yo mas, ditunggu ae undangannya"

Mereka mulai memamakan bakso setelah Pak de meninggalkan meja mereka.

"Hm Oma tau ya?"

Leo mengangkat alisnya tidak paham maksud perkataan Lila, "Tau apa?"

"Maa Ardhan sama Bella"

"Tau, Kina cerita ke Oma masalah kamu"

"Oma yang nyuruh kamu buat halangin aku tadi?"

Huk....huk....

"Ini", Lila menyodorkan gelas yang berisi air, "Minum, biar gak sakit"

"Sorry ya La" kata Leo menatap Lila yang sedang memakan baksonya. Lila tidak menjawab dan terus memakan baksonya hingga habis.

"Lila"

"Iya?"

"Lo marah?" Tanya Leo yang melihat Lila tidak mengangkat kepalanya, tetap fokus pada ponselnya dan hanya menjawab, "Gak"

"Maaf" ulang Leo karena Lila masih mengabaikannya. Lila meletakkann ponselnya dan menatap Leo, "Lo kenapa sih minta maaf terus? Gue gak marah Leo, gue lagi fokus main hp"

"Serius?"

"Iyaloh, bawel banget sih"

Leo terkekeh, "Soalnya lo kalo marah nyeremin, kek mau makan orang"

"Enak aja lo!" Lila menatap Leo, lalu membuang pandangannya, "Gue bersyukur lo halangin gue, jadinya gue gak perlu lihat mereka lagi dihadapan gue"

Lila tau dan Lila melihat dengan kedua matanya, Mas Ardhan dan Bella sedang memilih baju-baju untuk anak bayi. Hatinya masih sakit, apalagi menerima kenyataan bahwa adek tirinya juga hamil dari anak suaminya.

Leo berdiri dari tempat duduknya membuat Lila heran, "Udah mau pulang ya?"

Leo tidak menjawab dan duduk tepat disamping Lila. Leo tersenyum menatap Lila yang kebingungan, Leo menggenggam tangan Lila yang sangat dingin.

"L-lo ngapain?" Tanya Lila yang terkejut dengan tindakan Leo. Lila mencoba melepaskan genggaman Leo namun tidak berhasil. "Leo, lepas anjir. Lo ngapain sih"

"Bentaran doang, sampai lo gak dingin lagi"

"I-iya tapi gak gini juga posisinya"

Leo semakin mendekatkan kursinya, tangan kanannya merangkul Lila dan tangan kirinya mengenggam tangan Lila. Berapa kali Lila mencoba untuk melepaskn genggamannya, namun tidak berhasil.

Lila tidak bisa membohongi perasaannya, ia sangat suka posisi ini. Posisi yang membuatnya merasa nyaman dan terlindungin. Ia tersenyum tipis saat Leo membisikan sesuatu ketelingannya, "Gue kangen lo dan kita"

Bagaiamana bisa hanya sebuah rangkulan dan genggaman tangan bisa membuat Lila senyaman dan sebahagia ini?

Single MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang