[24]

13.7K 772 0
                                    

Satu hal yang paling menyakitan yaitu harus menerima kenyataan walaupun kita tidak sanggup menerimanya. Kenyataan yang menyakitkan bagaikan mimpi buruk yang menjadi kenyataan.

Sudah tiga hari Lila memilih untuk tinggal dirumah Omanya dan sampai sekarang ia belum menceritakan apapun kepada Ratu, Omanya. Hal yang terakhir ia ingat ketika mengetahui fakta itu, Leo tidak mau bertanggung jawab dan Leo merasa dia tidak pernah berhubungan dengan siapapun selama ini. Setiap Caca mencoba meyakinkan Leo tentang kenyataan itu, Leo selalu menolaknya dan satu hal yang bisa Lila lakukan untuk menghentikan pertengkaran dua orang itu adalah dengan membuka suara.

"Leo, mungkin itu memang anak kamu. Tanggung jawab saja Leo dari pada kamu menyesal besoknya."

Itu kalimat pertama yang Lila keluarkan. Namun Leo masih menolak dan terus menolak kenyataan yang tiba-tiba membuat hidupnya seakan begitu menderita.

"Ini bukan anak aku, LIla percaya sama aku. Dia udah ninggalin aku tujuh bulan lalu, bagaimana bisa dia hamil anak aku? Lila, aku mohon percaya sama aku."

"Leo, dia lagi hamil. Mungkin kamu lupa pernah melakukannya."

"Aku gak pernah lupa, Lila. Aku pertama kali tidur sekasur cuma sama kamu. Aku tidak punya waktu melakukannya, Lila aku mohon."

"Leo, I trust you. Please, listen to me. Jika kamu memang tidak percaya itu anak kamu, kamu pastikan sendiri kebenarannya."

"Lila, tapi dua minggu lagi kita akan menikah."

Kalimat selanjutnya yang Lila katakan adalah kebohongan dan kebohongan, Lila mengatakan hal tersebut agar Leo bertanggung jawab dan pertengkaran mereka berhenti. Lila mengingat kembali kalimat yang ia keluarkan, dan semakin ia mengingat semakin nyesek rasanya.

"Menikah bisa dibatalkan, Leo."

"Aku gak mau, Lila. Please."

"Leo, kamu harus tanggung jawab. Mana Leo yang aku kenal? Leo yang bertanggung jawab dan tidak lari dari perbuatannya. Kamu pastikan, jika benar itu anak kamu. Kita batalkan saja pernikahan kita. Aku disini Leo, aku bakal nemanin kamu apapun hasilnya."

Semua yang ia katakan tiga hari lalu adalah kebohongan, Lila akan menemani Leo? Sekarang Lila sedang kabur karena tidak sanggup bertemu dengan Leo. Membatalkan pernikahan? Lila merasa seperti pahlawan super yang mengorbakan dirinya demi kebahagian orang lain.

Ponsel Lila berdering, pesan yang masuk tentu saja dari Leo yang menanyakan kabarnya selama tiga hari ini. Lila pengecut yang hanya bisa lari dari kenyataan. Lila membuka pesan itu dan membalas seperti biasanya.

"Aku lagi di rumah Oma, lagi jaga Oma. Kabar aku juga baik, jika butuh sesuatu ke rumah Oma saja," Lila bergumam sembari menuliskan balasan pesannya. Ia berbohong. Oma tidak sakit, ia hanya mengarang agar Leo tidak kesini. Ia kabur ke tempat yang tepat karena rumah Oma sangat jauh dari tempat tinggal Leo dan sudah pasti Leo juga sibuk dengan pekerjaannya.

Ponselnya berdering lagi, biasanya Leo tidak pernah membalas lagi karena Lila larang. Ia membuka pesan itu dan bergumam pelan membacanya, "Kamu tidak menanyai kabar aku selama tiga hari ini? Apa aku belum boleh menelepon dan membalas pesan kamu?"

Lila beberapa kali mengetik lalu menghapus pesannya dan akhirnya ia memilih menutup ponselnya tanpa mengirim pesan balasan. Lila naik ke atas dan masuk ke dalam kamar Ratu. Ia duduk memeluk Ratu yang sedang membaca buku.

"Sudah mau cerita?"

Lila mengangguk, selama tiga hari Ratu selalu menunggu Lila cerita sendiri. Lila menarik nafas panjang dan memeluk Ratu lebih erat.

"Aku sepertinya batal menikah, Oma. Maaf Oma, aku buat malu keluarga Oma lagi ya? Maaf Oma."

Ratu mengusap rambut cucunya itu, "Kamu gak pernah buat malu Oma dan yang lainnya, kalo memang pernikahannya batal itu juga bukan salah kamu. Tapi Oma belum dengar alasannya apa dan kenapa terburu-buru membatalkan pernikahan?"

Lila menceritakan semua kejadian tiga hari lalu, ia menceritakan betapa menyedihkan takdir hidupnya. Ia susah payah mencoba meyakinkan hatinya agar bisa memulai kehidupan yang baru lagi, namun kejadian seperti dulu terulang kembali.

Lila masih mempercayai kata-kata Leo tiga hari lalu, ia terus menyangkal dan akan membuktikan jika itu bukanlah anaknya. Lila hanya menunggu semoga kabari baik itu ada.

Setelah menceritakan semuanya, Ratu menenangkan Lila yang sedang menangis. Ratu sudah mengetahuinya dari kemarin karena Bunda Leo menelepon dirinya. Ratu hanya menunggu Lila bercerita kepadanya dan ia ingin mendengar dari kedua belah pihak.

Ceritanya tidak beda jauh dari yang apa Lila ceritakan, hanya saja Leo selalu menakankan bahwa itu bukan anaknya. Leo mengatakan akan membuktikannya dan menemukan ayah dari bayi yang sedang di kandungan Caca.

"Kamu bilang bakal nemenin Leo?" Tanya Ratu saat tangis Lila sudah mereda. Lila mengangguk dan menatap Ratu dengan mata sayunya, "Aku janji, tapi gak aku tepati."

"Kamu percaya itu anak Leo?"

Lila mengangguk dan mengelengkan kepalanya, ia ragu akan dirinya sendiri.

"Kamu pasti masih ragu dan tidak tau kebenarannya. Oma tau kamu pasti kaget dan belum bisa nerima kenyataan, Leo pun pasti begitu. Kalo misalnya ternyata itu anak Leo kamu bakal musuhan dan benci sama Leo?"

"Enggak Oma, buat apa aku benci Leo toh itu juga udah takdir."

"Nah, jadi Oma saranin kamu tepati janji kamu. Mungkin Leo juga butuh kamu sebagai kekuatannya. Jika kenyaatannya tidak sesuai sama yang kamu harapkan, kamu gak boleh terlalu kecewa. Mungkin ada hikmah dibalik semua kejadiann ini."

Single MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang