"Kita mau nonton apa?" Tanya Leo yang kini sedang menunggu antrian untuk membeli tiket bioskop bersama Lila. "Cinderella mungkin?", lanjut Leo yang dibalas anggukan oleh Lila.
Sudah satu minggu ini, Leo selalu menemani Lila kemanapun. Leo ingin dekat kembali dengan Lila dan menjaga Lila. Leo ingin bertanggung jawab penuh terhadap Lila, ia tidak ingin Lila merasakan sakit lagi.
Lampu bioskop kini sudah padam dan filmnya sudah mulai tayang. Lila memakan popcorn yang ia beli tadi, dan menyaksikan filmnya dengan damai. Leo menatap Lila sekilah dan tersenyum hangat. Tidak ada suara diantara mereka berdua, hanya suara film yang terdengar. Leo kembali melirik Lila yang sudah tertidur. Leo terkekeh pelan. Tidak berubah, pikirnya.
Leo menyandarkan kepala Lila di pundaknya dan kepala Leo juga bersandar dikursi. Ia memejamkan matanya dan tertidur. Mereka hanya numpang tidur di bioskop. Seakan film yang menonton keabsurdnya mereka.
Cahaya lampu bioskop membuat Leo membuka matanya, ia melihat Lila yang sudah duduk menatap kearahnya.
"Dasar tukang tidur" kekeh Lila
"Kamu yang tidur duluan"
"Mana ada, kamu yang tidur dari tadi"
Leo menarik pipi Lila pelan, "Gak berubah ya kamu"
"Ish sakit tau" Lila mengelus pipinya yang tidak sakit dan berkata, "Emangnya aku powerrangers bisa berubah ubah?"
Leo dan Lila berjalan keluar bioskop, "Tapi kadang kita harus jadi power rangers juga"
"Loh kenapa?"
"Power rangersnya kalo gak berubah, pasti bakal kalah. Sama kayak kita. Kalo kita gak berubah saat situasi udah gak baik lagi, kita bakal terkalahkan" Leo menjeda ucapannya, melirik Lila sekilas dan berkata "Seperti perasaan kita, saat kita tau orang itu salah tapi kita tetap berusaha seperti tidak terjadi apapun itu disebut kalah. Kenapa? Karena ego kita kalah melawan hati yang lemah. Jadi agar hati yang lemah tidak tersakiti, kita harus berubah"
Leo terkekeh, ia bahkan tidak mengerti apa yang ia katakan. "Aku ngomong apasih, gak paham" ucapnya melihat Lila yang diam tidak berkata apapun.
"Lila, are you okay?"
"Not okay"
"Kamu sakit?"
Lila tertawa, "Not okay. Otak aku gak bisa mencerna kata-kata kamu Hahahahaha"
"Aku juga gak paham" kata Leo yang ikut tertawa melihat Lila.
"Yang aku paham cuma power ranger kalah kalo gak berubah hahahahahaha"
Leo merangkul Lila dan menutup mulut Lila dengan tangannya, "Udah dong, ketawa kamu nular"
"Modus ni tangannya" kata Lila menarik tangan Leo menjauh. Leo terkekeh dan berkata, "Sekalian modus"
Kini mereka kembali berjalan bersampingan, "Mau makan apa?" Tanya Leo
"Sushi"
"Okay lets go"
————————————————————
"Aduh" gumam Lila
"Kenapa?"
"Aku masih mikir yang power rangers tadi, kok otak aku gak sampai ya mencerna perkataan kamu"
Leo terkekeh, "Kamu gak bakal paham, aku aja gak paham hahaahha". Lila mengangguk setuju karena sekeras apapun ia memahaminya, tetap tidak bisa di mengerti.
"Kamu besok liburannya berapa lama?"
Lila tampak berfikir, namun tidak lama berkata "Hm, mungkin seminggu"
"Pulang kamu liburan, aku mau ajak kamu ketemu Bunda. Boleh kan?"
"Ha? Ngapain?"
"Bunda pengen ketemu kamu katanya"
"Tapikan—"
"Bunda gak marah sama kamu, dia senang kalo kamu bahagia" ucap Leo yang sudah tau kalimat apa yang akan dikatakan oleh Lila. Sampai detik ini, Lila bahkan tidak berani bertemu dengan mantan mertuanya itu karena merasa tidak enak sudah menceraikan anaknya.
"Hei, gimana? Maukan?"
Lila mengangguk pasrah, "Iya iya mau"
"Makasih ya"
"Makasih untuk apa?"
"Makasih untuk semuanya"
Lila terkekeh, "Seharusnya aku yang bilang makasih, bukan kamu. Dasar aneh"
Leo tersenyum, bahkan hari-hari seperti ini tidak pernah ia bayangkan. Berdua bersama Lila. Leo tidak perlu lagi menyembunyikan perasaannya. Leo mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja.
"Ini buat kamu"
"Ulang tahun aku masih satu bulan lagi. Kok udah di kasih hadiah aja"
Lila mengambilnya dan membuka kotak kecil itu. Ia speechless melihat benda yang ada di dalam kotak itu. Sebuah cincin.
"Ini beneran buat aku?" Tanya Lila lagi untuk memastikannya. Karena ini sebuah cincin yang sangat indah. Leo mengangguk dan berkata, "Buat kamu, coba kamu pakai"
Lila memasang cincin itu ke jarinya dan bergumam, "Cantik"
"Gimana? Kamu suka?"
Lila tersenyum sumringah, "Sangat sangat suka Leo. Cincinnya sangat indah"
Lila meraih tangan Leo yang sedang duduk di depannya, "Makasih banyak Leo"
"Maaf ya masih cincin biasa, besok-besok aku beliin yang lebih bagus dari ini"
"Ini sudah bagus, sangat bagus" kata Lila yang sedang menggenggam tangan Leo. "Kalo besok-besok berarti kamu mau melamar aku?"
Leo yang mendengar kata melamar itu seketika terdiam membisu. Pipinya memerah karena salah tingkah. Lila kenapa mudah sekali mengatakannya.
"Hahahah pipi kamu merah" Tawa Lila membuat pipi Leo semakin merah karena malu. "Kamu kalo lagi salting lucu juga ya"
"A-aku gak salting"
"Terus apa?"
"Gak tau ahh" ucap Leo yang tidak tahan diledekin Lila terus menerus. "Minggu depan kerumah aku sekalian aku mau ngomongin tentang kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mom
Short StoryLila seorang ibu muda yang sudah menjadi single mom di usia 21 tahun.