Lila merasakan cahaya matahari tepat di wajahnya, ia terbangun dan melihat Leo yang sudah tidak ada di sebelahnya. Setelah tadi malam ia menangis sejadi-jadinya, Leo membawanya ke kamar dan membuatnya tertidur.
Lila berjalan keluar dari kamarnya mencari Leo namun tidak ada tanda-tanda Leo di rumahnya, Lila melihat ada beberapa piring di meja makan dan ada sebuah note. Tentu saja itu dari Leo.
Kalila, maafkan aku. Aku tidak sempat berpamitan karena tidak tega membangunkan kamu. Aku buatin kamu omelet, semoga kamu suka. Maaf dan terima kasih, Lila.
Lila meletakkan lagi note itu, sebelum mulai memakan itu Lila mandi dan bersiap-siap dahulu. Hari ini, Lila kembali memantau toko Caca untuk mengetahui kebenarannya. Setelah selesai melakukan semua kegiatannya di rumah, Lila langsung menuju ke tempat tujuannya. Lila menunggu tepat di seberang toko Caca.
Lila memeriksa ponselnya dan ada beberapa pesan masuk dari Leo.
Leo : Hai, gimana omeletnya?
Leo : Maaf aku ninggalin kamu gitu aja, aku ada pasien.
Leo : Kamu hari ini kemana?
Leo : Kalo kamu baca, aku tunggu balasan kamu.Sebuah ketukan dari jendela mobilnya membuat Lila tersentak, ia melihat Caca sedang berada di luar mobilnya. Lila membuka pintu mebilnya, ia seperti tertangkap basah sedang menguntit seseorang. Lila sedang memikirkan alasan ia berada disini.
"Oh, hai!" sapa Lila canggung.
"Kamu ngapain disini?"
Mampus, harus jawab apa. Lila bingung mau menjawab apa, "Oh iya tadi lewat sini, terus berhenti sebentar." Sudah pasti itu jawaban terbodoh dari mulutnya.
"Berarti Leo belum ngasih tau kamu," ucap Caca dengan senyumannya yang membuat Lila bingung. Caca melihat jam di tangannya lalu berkata, "Jam satu siang ini kamu sibuk?"
"Oh, enggak"
"Aku mau ajak kamu makan siang, aku tunggu di Pasola Restaurant ya. See you, Kal!"
Setelah mengatakan itu Caca pergi meninggalkannya, Lila masih bingung dengan perkataan Caca. Leo belum memberi tahu apa? Kenapa Caca mengajaknya makan siang? Apa Caca akan memberikan undangan pernikahan dia dan Leo?
"AHHHHH!" Lila berteriak frustasi memikirkan berbagai hal di kepalanya. Lila memilih pulang sebelum pergi ke tempat yang Caca katakan.
—————————————
Lila masuk ke dalam restaurant dan mencari keberadaan Caca yang ternyata duduk di meja pojok restauranta bersama seorang pria. Leo? Tapi sepertinya bukan.
Lila menghampiri Caca yang sudah melambaikan tangan ke arahnya. Lila duduk di depan kedua prang itu dan ia bersyukur pria itu bukanlah Leo.
"Kal, kenalin ini Rangga," kata Caca memperkenalkan pria di sebelahnya. Rangga tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Rangga"
Lila menerima uluran tangan itu, "Kalila"
Siapa pria ini?
"Kita makan dulu ya baru ngobrol," kata Caca yang dibalas anggukan oleh Lila. Ia juga sangat lapar sekarang. Ternyata restaurantnya sangat jauh dari rumah Lila dan di sepanjang perjalanan tadi ia menahan lapar.
Setelah selesai makan dan membayar makanannya Caca kembali duduk di sebelah Rangga. Lila yang bingung hanya diam sampai akhirnya Caca yang membuka pembicaraan.
"Kamu belum ketemu Leo?" Pertanyaan pertama yang Caca tanyakan. Lila mengangguk, "Tadi malam aku ketemu Leo."
"Tapi kenapa kamu masih pantau aku di toko tadi?"
Lila kehilangan kata-katanya, dari kemarin Caca tau kalo Lila sedang memantaunya. Lila menggigit bibirnya karena bingung mau menjawab apa.
"Leo belum cerita?" Tanya Caca lagi yang membuat Lila semakin bingung. Leo tidak menceritakan apapun tadi malam, ia hanya menenangkan Lila yang menangis.
"Sepertinya belum, Ca." Ucap Rangga yang sedari tadi diam. Lila menatap bingung kedua orang di depannya itu dan bertanya, "Cerita apa? Dia tidak menceritakan apapun."
Rangga dan Caca saling bertatapan, mereka juga bingung. Leo bilang akan memberitahu Lila secepatnya namun sampai sekarang Lila tidak mengetahui apapun.
"Yakin kamu yang mau cerita?" Tanya Rangga ke Caca yang dibalas anggukan olehnya, "Iya ini juga salah aku sebelumnya."
Caca menatap Lila lalu berdehem, "Kamu hanya perlu dengarin aja sampai aku selesai," ucapnya.
"Setelah kejadian waktu itu, Leo minta tolong Hans membantunya karena dia sibuk. Ya pekerjaannya banyak. Namun dia berusaha semaksimal mungkin setelah bekerja mencari dan membuktikan bahwa aku salah. Aku tidak tau dia secinta itu sama kamu, bahkan dulu waktu kami berpacaran dia jarang sekali ada waktu untuk aku."
"Awalnya aku juga gak tau ini anak siapa dan Rangga bilang dia mau tanggung jawab padahal dia juga baru kenal aku lima bulan lalu. Saat aku ketemu Leo di toko aku, aku kehilangan akal dan membuat Leo seperti pria brengsek yang membuat aku hamil."
Rangga mengenggam tangan Caca untuk menguatkannya, "It's okay, Ca. I am here."
"Aku terlalu takut anak aku tidak punya Ayah ketika lahir, padahal Rangga ada namun aku selalu membuangnya seakan aku tidak mau menerima Rangga yang bukan siapa-siapa sebagai Ayah anak aku. Aku egois lebih tepatnya. Aku mementingkan ego ku dari pada kebahagian orang lain. Aku hampir saja membuat kebahagian orang hancur."
"Hans bertemu Rangga saat mendatangi toko aku dua hari lalu. Hans menceritakan semuanya ke Rangga dan Rangga sangat marah saat itu ke aku. Selama aku mengenal Rangga bahkan sejahat apapun aku, dia tidak pernah marah."
"Kemarin dia sangat marah ke aku karena tanpa sadar aku merusak kebahagiann orang lain. Rangga yang akhirnya membuat aku tersadar kalau yang aku lakuin ke kamu dan Leo itu salah. Aku sudah minta maaf ke Leo kemarin."
Caca menatap lekat Lila, "Aku mengakui kesalahan aku dan aku minta maaf ke kamu. Aku hampir membuat kalian batal menikah. Maafin aku, Kal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mom
Short StoryLila seorang ibu muda yang sudah menjadi single mom di usia 21 tahun.