21 CAME BACK GRANDPA

6 1 0
                                    

Donio melangkah menyusuri area rumah nya.dengan siulan di bibirnya. Rencana selalu berhasil. terlihat lebih menyenangkan dengan adanya mainan wanita itu. Kedua sudut bibir Donio terangkat membentuk segaris senyuman. Polos sekali wanita itu .

"Heehhhh.. Shit!" umpatnya. Membayangkannya saja justru semakin membuat Donio ingin melakukannya lagi.

Donio menatap pria yang menatapnya tajam. Pria yang selalu menjadi rivalnya itu, kini terlihat tersenyum sengit kearahnya. Merasa tak takut dengan tatapan tajam pria itu, Donio balas menatapnya pelik.

Keduanya berjalan saling menghampiri dan berhenti di titik tengah. Melayangkan kebencian dari pandangan mereka.

"Hey sepupu. Ku kira kau sudah mati. Aku sudah akan mendatangi pemakamanmu setelah ini." sinis Donio.

"Oh ya, jika itu terjadi mungkin kita sudah akan bertemu di neraka. Tapi sayangnya... Pesta penyambutanku untuk mu sepertinya gagal." Ujar pria itu.

Dahi Donio berkerut mendengarnya. Ia cukup faham untuk mengerti maksud ucapan saudaranya itu. Donio berkilat marah. Menarik kerah baju pria itu dan menghimpit tubuh besarnya di dinding.

"Apa yang sedang kau rencanakan ," geramnya dengan penuh penekanan di setiap ucapannya.

Hendry melihat arloji di tangannya. Menyeringai menjawab tanpa takut-takut.
"Kurasa gadis murahanmu itu akan mati."

Donio terpaku.
Berpikir kapan dia tahu dia tahu mainan nya.

"Sial!" rutuknya. Melepaskan cengkramannya. Berjalan menjauh.

"Arnot! Cepat pergi dan lacak wanita itu,dimanapun , sekarang? titahnya tak terbantahkan.

Arnot selaku orang kepercayaan Donio, secepat kilat melaksanakan tugas majikannya itu.

Setelah memberikan perintah pada arnot,. Donio kembali ke arah Hendry dan langsung melayangkan pukulannya. Hendry yang terkejut dengan pukulan yang tak terelakkan itu jatuh tersungkur di lantai.

Donio mengambil kuasa menindih tubuh Hendry. Memukuli wajah Hendry dengan membabi buta. Semua pukulan itu tak dapat Hendry hindari. Akibatnya ia harus menerima lebam-lebam merah di wajah tampannya.

"Hendry" pekik suara lembut yang kini tengah menatap nanar perkelahian itu.

Donio menatap sumber suara. Hendry merubah situasi, ia memukul telak di rahang Donio. Kini pria itu yang menerima pukulan bertubi-tubi dari Donio. Donio tak tinggal diam, Membalas pukulan Hendry tanpa ampun.

Gadis yang sedari tadi memperhatikan tanpa berani menghalau perkelahian itu, hanya mampu memanggil nama Hendry berkali-kali. Berharap tak terjadi cidera yang fatal pada pria itu.

"Nio."

Suara itu mampu meredam amarah Donio.. Donio langsung berbalik dan menyusul Aresta yang memanggilnya. Meninggalkan Hendry yang kini di hampiri gadisnya.

Copra membantu Hendry berdiri. Air mata gadis itu terus mengalir tanpa henti.

"Hendry, are you okay?" tanyanya cemas.

Hendry terbatuk dan menatap kekasihnya itu penuh sayang. Janjinya untuk tidak berkelahi kini kandas. Hendry mengusap rambut copra. Menenangkan gadis itu dengan senyumannya.

"I'm okay."

Copra langsung berhambur kepelukan Hendry. Menangis tersedu-sedu.

- - - - - - - - - -

Aaakk..." rintih Donio. Mengeryit saat Aresta menekan bekas luka di wajahnya.


"Kau sungguh lemah bebe. Apa di saat berkelahi tadi kau tidak merasa kesakitan? Hah!" sungutnya kesal.

Miss you bastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang