"ALVA !!!"
Teriak itu menyambut pagi para penghuni kelas Alva. Alva menggulirkan matanya malas. Ia tak menanggapi teriakan Navasha. Ia sibuk dengan buku di tangannya.
Pagi tadi, ia teringat belum mengerjakan tugas. Jadilah ia mencontek tugas temannya, dan mengerjakannya di sekolah sejak pagi.
"Alva kok gak jemput aku sih ?!" Navasha sudah berada di hadapan Alva. Cewek itu mencebik sambil menghentakkan kaki nya kesal.
Tapi Alva tak menyahut, ia masih sibuk menulis tugasnya. Alva di kejar waktu sebelum bel masuk, tugas nya harus sudah selesai di salin.
"Alva !" panggil Navasha gemas
Alva masih saja tak menyahut. Membuat amarah Navasha naik ke ubun-ubun.
Dada Navasha naik turun menahan amarah. Oke, tenang. Menghadapi kutub es seperti Alva perlu kesabaran sebanyak buih di lautan. Navasha berusaha mengukir senyum. Ia menundukkan kepalanya, mengusap kepala Alva.
"Sayang, .. telinga kamu masih berfungsi kan ?!"Suara Navasha terdengar mengalun lembut, namun membuat bulu kuduk Alva merinding. Ia memandang horor pada Navasha. Menyingkirkan tangan cewek itu dari kepalanya.
"Jijik Sha !"
"Tinggal ditambah yang tuh, Al. Jadi, Sha-yang" Navasha mengerjap manja
Alva mendengkus, "Mau apa sih lo ?! Gue ada tugas ini. Bentar lagi bel masuk, jangan ganggu gue !"
Navasha melihat apa yg sedang Alva kerjakan. "Ih, Al nyontek ya !? Katanya pinter, tapi kok nyontek"
"Terserah gue lah. Hidup hidup gue juga. Lo kenapa jadi banyak protes gini sih ?!"
Navasha menegakkan tubuhnya kembali. Mengumpulkan kesabaran.
"Ya wajar kalau aku protes, Al. Kamu harus jadi orang yg bertanggung jawab, biar nanti bisa jadi suami dan ayah yg baik buat anak-anak kita""JO !"
Alva memanggil temannya yg baru memasuki kelas. Navasha ikut menoleh.
"Kenapa ?" sahut Johan
"Usir nih orang gila !" tunjuk Alva pada Navasha
Navasha cemberut, "IH ! ALVA JAHAT !"
"Bodo !" tukas Alva tak peduli. Baginya kehadiran Navasha di kelas tidak lain hanya membuat Alva terganggu. Dan membuatnya malu karena sering di perhatikan oleh sekitarnya.
"Pegi sono lo ! Sebelum gue panggil security buat nyeret lo""Oke, aku pergi !" Navasha mengalah, ia berjalan pergi, namun sebelum benar-benar menghilang, ia berbalik
"Tapi kalo aku pergi jangan lupa kamu kejar"Alva mengambil kotak pensilnya bersiap melempar nya ke arah Navasha,
"Pergi lo, cabe !"Navasha kontan berlari cepat meninggalkan kelas Alva. Alva menyandarkan punggungnya lemas. Baru merasa sedikit tenang, Alva kembali dibuat naik pitam oleh Navasha yg melongokkan kepalanya di pintu kelas.
"Dasar terong !"
"NAVASHA !"
Johan tertawa melihat interaksi mereka. Ia duduk di samping Alva. Wajah Alva keruh sekali. Sangat kentara wajah nelangsa nya.
"Panggilan sayang kalian unik banget ya ?" sindir Johan
Alva mendelik jengkel, "Diem lo onta !"
Johan kembali tertawa, benar-benar membuat Alva kesal merupakan hiburan yg menyenangkan.
"Cewek lo cakep, sayang aja otaknya kayak nya kurang se-ons"Alva tak menanggapi nya. Ia kembali mengerjakan tugasnya yg belum selesai. Hari kedua, dan Navasha sudah membuat Alva kesal di pagi hari. Ia yakin masih ada tingkah-tingkah Navasha yg lain yg menanti nya hari ini. Memikirkan itu, bahu Alva semakin lemas. Rasanya ia ingin libur dari sekolah.
🍀
Bel istirahat berbunyi. Alva yg baru berdiri dari duduknya langsung di rangkul oleh Ares. Diikuti Johan dan Geo. Empat cowok itu berniat pergi ke kantin untuk mengisi perut.
Awalnya Alva bersyukur karena tak mendapati Navasha datang ke kelasnya. Tapi kesenangannya pupus saat ia masih berjalan si koridor.
"Sayang !" Navasha memeluk lengan Alva
Alva dan teman-temannya langsung menoleh ke arahnya.
"Lo gak capek apa gangguin gue mulu ? Lepasin Sha !" Alva berusaha melepaskan pelukan Navasha, tapi Navasha malah memeluknya lebih erat.
"Nggak ! Nggak mau !" tolak Navasha
Fokus teman-teman Alva terpusat pada satu hal yg di lakukan Navasha, entah Alva sadar atau tidak. Lengannya tenggelam di antara dua dada Navasha.
"Geli ya Al ?"
"Kenyel-kenyel ya ?"
"Rejeki banget, menang banyak lo, Al"
Alva menatap teman-teman nya dengan alis bertaut, bingung, "Lo pada ngomong apaan sih ?!"
Navasha ikut menatap mereka tak paham.
Johan menunjuk ke pegangan Navasha. Sontak, Navasha dan Alva segera melepaskan diri saat sadar apa yg dimaksud mereka.
Dada Alva berdegub kecang. Sialan ! Kenapa ia jadi seperti baru melakukan hal mesum. Padahal itu tidak sengaja, Alva juga tidak sadar jika bagian tubuh Navasha itu menempel erat di lengannya.
Sementara wajah Navasha memerah padam. Kepercayaan dirinya menciut digantikan rasa malu.
"Al !"
Alva menoleh pada Navasha, saat cewek iu memanggilnya dengan suara pelan.
"Aku ke kelas ya ! Kamu ke kantin aja sama temen-teman kamu. Aku .. mau ajak Sinta aja"Alva mengangguk samar. Setelah itu Navasha benar-benar pergi meninggalkan mereka.
Teman-teman Alva menggelengkan kepalanya. Merasa aneh, ternyata Alva dan Navasha bisa bersikap normal. Sedangkan yg biasa mereka saksikan hanya keributan keduanya.
"Cewek lo kalo lagi malu lucu juga ya ?" komentar Ares
Geo mengangguk setuju, "Iya bener. Imut gitu"
"Woy ! Inget lo ! Yang kalian omongin tuh pacar nya temen lo sendiri. Ngomong lagi, beku lo ama tatapan si Al !"
Celetukan Johan membuat Alva yg sempat kesal karena Ares dan Geo yg memuji Navasha, seketika berusaha menetralkan ekspresi nya kembali.
"Apaan sih lo, Jo" Alva berusaha menampik
"Eh, sorry Al. Gue khilaf" ucap Geo
Sedangkan Ares memilih untuk tidak peduli, "Kayak si Al bakal cemburu aja. Tuh anak kan gak ada suka-suka nya ama cewek sendiri, ANJIR !!" Teriakan Ares membuat Johan dan Geo menoleh spontan ke arahnya. Cowok itu memegangi kakinya yg baru diinjak seseorang.
"Sorry gak sengaja" ucap Alva datar
Tak ada raut merasa bersalah sama sekali di wajahnya. Membuat ketiga teman Alva menatapnya heran.
"ALVA, SAKIT BEGO !!"
Alva tak menanggapi amarah Ares. Ia berjalan lebih dulu meninggalkan ketiga temannya. Ada yg tidak beres. Alva merasa tidak terima saat teman-temannya mengatakan semua hal tentang Navasha. Bagaimana pun juga Navasha itu pacarnya sekarang. Jadi Alva tidak suka saat mereka menjadikan Navasha bahan obrolan. Meski Alva tak menyukai cewek itu, tapi Navasha tetap saja miliknya.
Benar kan ? Itu hanya bentuk keegoisan Alva. Bukan perasaan.
Alva tidak mungkin punya peraaaan pada cewek seperti Navasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvasha (End)
Teen FictionHari-hari Alvaro tidak bisa setenang biasanya, ketika ia berhadapan dengan Navasha. Saat cewek itu memaksanya untuk berpacaran dengannya. "ALVARO ATTAREKSA, WILL YOU BE MY BOYFRIEND?" "CEWEK GILA!"