Alva berjalan di koridor yg sepi, jam pelajaran tengah berlangsung. Alva keluar karena meminta ijin untuk ke kamar kecil.
Diperjalanan, ia melihat Navasha di depannya membawa tumpukkan buku paket. Cewek itu berjalan dengan hati-hati, karena khawatir buku nya bisa berjatuhan.
Alva melengos, seharusnya Navasha tidak melakukan tugas seberat itu sendirian.
Alva memutuskan mendekat, ia membuat Navasha tersentak mundur karena kaget saat sadar Alva berada di depannya.
"Allahu Akbar" pekik nya spontan. Jika bisa, Navasha ingin mengusap dadanya karena kaget. Ia tidak fokus pada sekitar sehingga tidak menyadari kedatangan Alva yg tiba-tiba sudah ada di depannya.
"Sayang, ngagetin aja ih !""Lo ngapain bawa buku sebanyak ini sendirian ?" tanya Alva
"Disuruh bu Wita" jawab Navasha
Alva berdecak, "Maksud gue, kenapa lo bawa nya sendirian. Kenapa gak minta bantuan yg lain ?"
"Gak ada yg mau. Aku gak mau ribet, jadi ya udah aku ambil aja sendiri"
Alva jadi kesal sendiri karena ketidak pedulian teman-teman Navasha. Bukannya Navasha itu memiliki banyak teman, masa tidak ada satu pun yg bersedia menolongnya.
"Al mau kemana ? Gak masuk kelas ?" tanya Navasha
"Gue dari toilet" jawab Alva jujur. Ia mengambil sebagian besar buku yg di bawa Navasha. Membuat Navasha mengernyit bingung.
"Di bawa kemana ini ?" tanya Alva
"Al, gak usah. Kamu kan harus balik ke kelas" Navasha berusaha mengambil buku nya kembali. Namun Alva mengelak.
"Udah tahu gue musti cepet balik ke kelas. Makanya cepetan kasih tahu, ini dibawa kemana"
Navasha akhirnya membiarkan Alva membantunya. Daripada berseteru dan hanya akan membuang-buang waktu. Navasha menuntun Alva untuk mengikuti nya.
Mereka masuk ke ruang Lab Biologi, dimana disana teman-teman Navasha sudah menunggu. Alva melirik ke meja guru, kursi itu masih kosong.
"Al, simpen disini !" seru Navasha.
Alva mengikutinya. Namun saat Alva menyimpan buku-buku di meja. Ia menimbulkan bunyi gebrakkan yg cukup keras. Seketika, kelas yg tadinya bising langsung hening.
Tatapan dingin Alva menyapu ruangan. Mengabsen tiap wajah teman-teman Navasha yg tampak segan.
"Lain kali, jangan ngandelin Navasha, kalo sikap kalian gak tahu diri kayak gini !" sindir Alva sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan kelas itu.
Navasha menggigit bibir bawahnya, menatap kepergian Alva.
"Navasha !" Fara menghampiri Navasha degan wajah gemas, "Lo ngomong apa sih ama si Al hah ?! Ampir mati berdiri kita ama tatapan si Al !"
"Gue gak ngomong apa-apa kok" kilah Navasha
"Gila, Nav" Deni menyandarkan punggungnya sambil mendesah berat. Ia menyugar rambutnya ke belakang. "Jantung gue langsung maraton gara-gara cowok lo"
"Hwahh...., gue pengen nangis ..." Zia merengek keras. Matanya mengembun "Si Alva nyeremin banget"
Sinta menggelengkan kepalanya. Tidak menyangka Alva bisa membela Navasha sejauh itu. Ya, meski tahu Sinta pun kena sindirannya itu sebenarnya. Karena ia teman dekat Navasha, dan Sinta menolak saat Navasha meminta bantuan sebelumnya.
Dania disisinya menyeringai tipis. Ternyata Alva bisa juga melakukan hal seperti itu demi Navasha. Seperti nya tidak buruk juga cowok itu memerankan tugasnya sebagai pacar Navasha, jika ia bisa diandalkan seperti tadi.
🍀
Alva baru keluar dari kelas bersama teman-teman nya yg lain. Untuk kembali ke rumah mereka setelah bel pulang berbunyi.
"Alva !"
Alva dan ketiga temannya menoleh bersamaan. Navasha mendekat dengan senyum manis di wajah nya.
"Apa ?" sahut Alva malas. "Gue gak bisa nganterin lo balik. Hari ini gue mau kumpul di rumah Ares buat ngerjain tugas Fisika"
"Ih, pacar ku rajin banget sih" Navasha mencubit kedua pipi Alva dengan gemas. Namun, segera di tepis Alva dengan kesal. "Aku bukan mau minta pulang bareng kok. Aku ke sini cuman mau bilang makasih"
"Makasih buat apa ?" tanya Alva bingung
"Buat tadi, karena kamu udah belain aku di kelas. Aku seneng banget. Ternyata pacar ku so sweet juga ya" Navasha tersenyum sipu, Alva malah bergidik melihatnya.
"Emang lo serius, Nav ?" tanya Ares penasaran
"Ngibul kali lo ?! Siapa tahu lo tidur di kelas, terus ngimpi kaya gitu" timpal Geo
Dua teman Alva itu tampak nya tidak percaya dengan ucapan Navasha. Membuat Navasha menggeram kesal.
"Ya serius lah. Masa gue bohong sih" decak Navasha. "Asal kalian tahu, tadi tuh Alva marahin temen sekelas gue. Ampe mereka pada gemeter semua di tempat karena ngadepin marahnya Alva. Keren kan cowok gue" Navasha berujar bangga
Sementara Alva memutar bola mata, ketiga teman Alva melongo tak percaya. Mereka kompak menoleh pada Alva. Alva langsung melotot sengit,
"Apa lo pada ?!""Lo kesurupan Al ?!"
"Ngigo kali tuh si Al. Belum bener-bener bangun"
"Atau otaknya mulai geser. Coba !coba ! cek isi kepalanya"
Geo dan Ares kompak memeriksa kepala Alva. Membuat Alva kesal setengah mati. Ia meronta melepaskan dirinya dengan cepat.
"Apaan sih lo bangsul !" hardik Alva. Ia menatap mereka marah.
"Lagian lo aneh, Al. Lo beneran belain si Navasha kayak gitu ?!" tanya Johan heran
"Apa nya yg aneh. Dia cewek gue, emang salah kalo gue marah liat cewek gue di jadiin babu"
Mendengar ucapannya, Navasha semakin tak bisa menahan senyumnya. Sedangkan untuk ketiga teman Alva menganga tak percaya.
"Serius ini beneran lo Al ?!"
"Wah, bahaya nih" Johan menggerakan jari nya sambil menggelengkan kepala dramatis.
"Kayaknya si Al beneran kesurupan""Bawa ke pak Ustad, Jo !"
"Ayok, buru !"
Tiga cowok itu, menarik Alva pergi dari sana. Dengan Johan yg mengapit leher Alva, Alva meronta dalam kukungannya.
"Lepasin kalian semua goblok !" seru Alva, namun dihiraukan oleh mereka. Mereka terus berjalan membawa Alva seperti itu.
Sementara Navasha tersenyum geli melihat kepergian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvasha (End)
Teen FictionHari-hari Alvaro tidak bisa setenang biasanya, ketika ia berhadapan dengan Navasha. Saat cewek itu memaksanya untuk berpacaran dengannya. "ALVARO ATTAREKSA, WILL YOU BE MY BOYFRIEND?" "CEWEK GILA!"