Rokok

1.6K 112 0
                                    

Lanjutan bagian cerita Lia ketemu Alva. Mereka udah di villa. Tepatnya di luar Villa, duduk di rerumputan.

__________

"Lo ngapain disini ?!"

Alva menoleh, mendapati Lia yg berjalan mendekat dengan kening berkerut.

"Perlu gue jawab lo ?!" balas Alva sinis

Lia berdecih kecil, "Lo emang nyebelin"

Lia duduk di samping cowok itu, dengan jarak setengah meter diantara mereka. Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat.

Lia menoleh ke arah Alva saat mencium aroma tak asing yg sudah ia kenali dimanapun. Ia tertegun saat bibir Alva menyesap santai gulungan putih di tangannya dengan ujungnya yg menyala.

"Lo ngerokok ?" pekik Lia kaget

Alva meliriknya sekilas, namun tak membalas sepatah katapun. Lia mendekat, posisi mereka kini hanya berjarak satu jengkal.

Alva sedikit menjauhkan tubuhnya, ia merasa risih apalagi saat Lia menatapnya antusias. Tangan cewek itu terbuka membuat Alva menatapnya bingung.

"Bagi gue !" pinta Lia

Alva melengos. Gila saja, Lia ini perempuan. Mana mungkin Alva mau berbagi benda bernikotin itu dengannya.

"Lo perokok ?" tanya Alva

Lia menggeleng "Gue cuman penasaran"

Alva merogoh sakunya, Lia tersenyum senang karena Alva mau berbagi dengannya. Tapi senyum nya luntur saat mendapati bukan rokok yg diletakkan Alva di telapak tangannya.

"Ini permen bukan rokok, bego !" protes Lia kesal

Alva acuh, kembali menikmati rokoknya.
"Gue gak mau dibunuh kembaran lo"

Alva tak takut pada Lio. Tapi merepotkan jika ia harus berurusan dengan teman sekelasnya itu. Lio cenderung over pada Lia. Memberi Lia rokok artinya siap mati di tangan Lio.

"Gue belum mau mati, belum ngawinin Navasha juga"

Lia melotot, tangannya secara spontan memukul pundak cowok itu.
"Cabul lo ih !"

Alva tak membalas. Ia bersikap acuh lagi. Lia mulai membuka bungkus permen nya, lalu memasukan makanan itu ke dalam mulutnya. Menyisakan batang putih nya di sela bibirnya.

"Alva !"

"Lia !"

Dua orang yg di panggil itu menoleh bersamaan. Melihat Lio dan Navasha menghampiri mereka.

"Lo kemana aja ? Gue nyariin juga" Lio berucap cemas pada Lia.

"Panas di dalem, yo. Gue gak bisa tidur"

"Tapi disini dingin, ya. Ntar lo sakit"

"Gak bakal. Gue kan pake jacket"

Lio hanya bisa menghela nafas pelan. Ia mengambil posisi duduk di samping Lia. Menarik kepala Lia untuk bersandar di pundaknya.

"Lain kali kalo keluar bilang dulu sama gue. Ntar gue temenin"

"Hn" balas Lia malas

Navasha mencebik kesal. Semantara Alva hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Kamu ngapain berduaan disini ama cewek ?"

Alva membuang rokok nya. Tak ingin menghisap benda itu di depan Navasha. Meski cewek itu sebenarnya tak pernah mempermasalah kan nya. Tapi Alva merasa tidak nyaman jika harus merokok didekat Navasha.

"Dia bukan cewek, Sha. Tapi bocah"

Lia mendelik, kaki nya menendang pelan kaki Alva yg tak jauh dari nya. Dengan tanpa mengubah posisi nya.

"Jangan kayak gitu, Al"

"Kayak gitu gimana ?" tanya Alva bingung

"Jangan berduaan ama cewek" ucap Navasha memperjelas. Wajahnya tertekuk dengan bibir cemberut.

Alva menghembuskan nafas kasar, kedua mata Navasha kini sudah mengembun. Alva tak suka saat Navasha jadi cengeng begini. Tapi Alva juga tak bisa marah pada cewek itu.

"Gue gak sengaja ketemu dia disini. Lagian ini di luar, Sha"

Alva berusaha membuat Navasha mengerti jika ia tidak mungkin berbuat yang aneh-aneh sedangkan posisi mereka di alam terbuka seperti ini.

Alva menarik tangan Navasha hingga duduk di samping nya. Tangannya merangkul Navasha dengan erat. Kepala Navasha bersandar di pundak Alva, ia sedikit mendongkak saat Alva terus menatapnya.

"Jangan curigaan !"

"Maaf"

Wajah mereka sangat dekat. Bahkan terpaan nafas terasa saat mereka saling bicara. Mengalirkan hawa panas pada wajah masing-masing.

Lio menutup kedua mata Lia dengan tangannya. Lia meronta, berusaha melepaskannya. Namun Lio tak membiarkan.

"Lio, kok di tutup sih ?!"

Lio tak menjawab, ia pun membuang pandangan ke arah lain. Tak ingin menyaksikan pasangan di sampingnya yg tidak tahu malu berciuman di depan orang lain.

"Kenapa gak ke kamar aja sekalian ?!" sindir Lio

Sontak Navasha menjauhkan tubuhnya. Baru sadar jika ia dan Alva bukan satu-satu nya di sana. Bersama Alva memang sering membuat Navasha lupa diri dan lupa akan sekitarnya.

Berbeda dengan Navasha yg tampak tak enak dengan Lio. Alva acuh saja, ia mangut-mangut sendiri.
"Ide bagus" cetus Alva.

Ia bangkit dari posisinya. Menarik Navasha untuk ikut. Mereka pergi dari sana meninggalkan Lia dan Lio.

"Kita mau kemana, Al ?" tanya Navasha. Sambil mengikuti kemana Alva menarik tangannya.

"Ngikutin saran temen lo"

"Hah ?!"

Alvasha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang