Ch 12

1.2K 103 4
                                    

Alva tahu betul detik pertama Navasha menginjakkan kaki ke kelasnya. Dan langkah cewek itu yg mendekatinya. Meski pandangan Alva tertuju pada ponsel di tangannya. Alva masih memperhatikan Navasha.

Gebrakkan di meja membuat seluruh penghuni disana terlonjak kaget. Terutama bagi Alva dan ketiga temannya.

Navasha langsung jadi pusat perhatian.

Kini fokus Navasha bukan pada sang pacar. Sebelah kakinya naik ke atas bangku, tubuhnya sedikit condong ke depan, dengan tatapan menghunus Johan dengan tajam.

"Ke-kenapa sih, Nav ?" tanya Johan gugup

Ia tidak mau berurusan dengan cewek di depan nya ini. Alasan terbesarnya, tentu saja karena Navasha pacar Alva. Meski terlihat cuek, bagi Johan Alva cukup sensitif mencangkup segala hal tentang Navasha.

Dan sikap cemburu Alva cukup merepotkan.

"Lo punya masalah ama gue !" desis Navasha penuh penekanan.

"Navasha !"

Tubuh Navasha terhuyung ke belakang saat Alva menariknya. Tubuh mereka bertubrukan. Navasha mendongkak, melihat Alva yg berdiri di belakangnya. Tinggi Alva memang jauh lebih tinggi dari nya.

"Jangan bersikap kayak preman gini ! Ini kelas gue, bukan kelas lo" Alva berucap dengan nada datar. Namun tersirat kemarahan di kedua bola matanya.

Navasha menghiraukannya. Ia masih sangat marah pada Johan.

"Aku gak akan bikin kekacauan disini kok" kilah Navasha. Ia menyorot Johan lagi dengan sengit "Aku bakal bawa temen kamu ini ke tempat lain dimana aku bisa nyakar dia sepuas nya"

Pelototan Navasha membuat Johan meringkik di bangku nya. Ia merasakan bulu kuduknya meremang.

Ya tuhan, rasanya seperti menghadapi kemarahan emaknya.

"Lo ada maaalah apa sih ama Johan, hah ?!" decak Alva kesal

"Aku gak bisa kasih tahu. Ini urusan aku sama Johan"

"Tapi gue cowok lo !"

Seruan Alva membuat sekitarnya langsung hening. Alva tersadar, ia jadi salah tingkah. Sedangkan Navasha melengkungkan senyumnya senang.

"Ahh, jadi Alva sayang cemburu .." goda Navasha. Cewek itu mencolek pipi Alva usil. Alva menepis nya dengan kesal.

Alva merutuk, gara-gara Navasha ia jadi keceplosan seperti tadi.

Alva menarik Navasha pergi dari kelasnya. Akan lebih baik jika mereka melanjutkan pembicaraan itu berdua. Daripada di kelas jadi tontonan gratis lagi.

Alva membawa Navasha ke belakang sekolah. Disana cukup sepi, hanya ada satu dua murid yg sibuk dengan dunia nya sendiri. Seperti tidur, atau larut dalam novel yg di baca nya.

Berbeda dengan Alva dan Navasha yg kini duduk berduaan di salah satu bangku.

"Lo ada masalah apa ama Jo ?"

"Bukan aku sih, sebenarnya .. Sinta yg punya" jawab Navasha

"Sinta ?" beo Alva. Mengangkat sebelah alisnya bingung.

Navasha mengangguk, "Iya, Sinta. Cuman Sinta diem aja. Jadinya malah aku sama Dania yg geremet ama tuh anak"

"Emang Sinta di apain ama Johan ?" tanya Alva penasaran. Setahunya Johan bukan cowok brengsek yg mudah melakukan sesuatu yg menyakiti orang lain. Terlebih pada cewek.

"Dia gantungin Sinta"

"Emangnya jemuran pake di gantungin" cetus Alva yg lagsung mendapat pukulan di paha nya oleh Navasha.

"Masa kamu gak peka sih, Al ?! Maksud aku tuh si Jo temen kamu udah php-in Sinta. Dan aku sebagai temennya gak terima" Navasha terlihat kesal. Membayangkan wajah Johan ia jadi merasa ingin mencakarnya hingga puas.

"Jangan ikut campur urusan orang !" Alva memperingati.

"Tapi Sinta tuh temen aku" bela Navasha

"Johan juga temen gue"

"Dan temen kamu yg brengsek"

Alva tercenung, pandangan Navasha tajam padanya. Sangat jarang cewek itu melemparkan tatapan seperti itu pada Alva.

Si Jo yg bersalah kenapa jadi Alva yg kena getahnya.

"Kenapa lo jadi sewot ama gue sih ?" ketus Alva tak suka. Ia tidak menyukai tatapan Navasha yg seperti ini padanya.

"Ya karena kamu belain dia terus. Udah tahu temen kamu tuh brengsek"

"Temen lo aja yg baperan. Di kasih perhatian dikit aja baper, udah tahu kenyataan nya cuman di anggap temen, nyalahin cowok nya. Tolol !" ketus Alva

Navasha melengos kesal. Alva memang tidak akan membantunya meredakan kemarahannya. Yang ada malah menyulut api baru yg membuat Navasha semakin meradang.

"Kamu sama Jo sama aja. Sebelas dua belas. Sama-sama brengsek !" tukas Navasha sebelum pergi meninggalkan Alva sendirian di sana.

Alva mengacak rambut belakangnya geram.
"Bangke ! Si Jo yg punya masalah. Gue yg berantem ama Navasha. Ini yg salah siapa sih ?"

Alva tidak pernah sadar jika dirinya dan mulutnya itu sering kali melukai orang tanpa sadar. Maklum saja, mulut silet Alva sudah bawaan sejak lahir. Dan tidak bisa diubah. Jadi, meski sudah punya pacar sekalipun, cara bicara Alva tidak bisa di rubah dengan mudah.

Alva memutuskan kembali ke kelasnya. Lagipula Navasha sudah meninggalkan nya lebih dulu. Dan bel masuk juga sebentar lagi akan berbunyi.

Saat langkah Alva sampai di kelas. Ia melihat Navasha menjambak rambut Johan dari belakang. Dengan Johan yg terus meronta meminta dilepaskan. Ares dan Geo malah tertawa terpingkal-pingkal melihat nya. Temen sialan kan ? Si Jo menderita, mereka malah seneng.

Beberapa murid cewek sekelas Alva berusaha memisahkan Navasha dari Johan. Murid cowok hanya diam menonton. Mereka tak mau ikut campur. Karena sudah tahu bagaimana karakter Alva yg tidak menyukai jika seseorang mengusik pacarnya.

Menyentuh Navasha se-inchi saja, rasanya mereka bisa langsung mati oleh tatapan Alva.

Alva terlalu mengerikan. Dan tidak terduga.

Alva masih berdiri di ambang pintu. Ia menghembuskan nafas panjang.

"AL !! TOLONGIN GUE !! CEWEK LO GILA !" Johan berusaha meminta bantuan.

"Sorry, Jo. Kali ini, lo berusaha aja sendiri"

Jo kembali menelan kekecewaan. Setelah dua teman kampretnya malah tertawa melihat Jo dianiaya. Alva sebagai harapan terakhir nya malah ikut-ikutan tidak peduli melihat nya disiksa habis-habisan.

"Bangsat lo semua !!" teriak Jo kesal

Alva bersedekap di tembok samping pintu. Ia kali ini tidak mau ikut campur. Karena malas bertengkar dengan Navasha. Terlebih hanya karena orang yg sama sekali tak ada sangkut pautnya dalam hubungan mereka.

Alvasha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang