"Kamu ngapain ?!"
"Tidur" jawab Alva cuek. Membaringkan tubuhnya di samping Navasha. Navasha segera menjauh karena berdekatan dengan Alva membuat perasaan nya gelisah. Namun tangannya ditarik, membuat Navasha kembali terbaring di tempat tidur.
"Tidur !" titah Alva tegas
"Tapi-" rasanya canggung. Navasha tidak tenang dengan posisi mereka saat ini.
"Tidur doang juga, bukan gue tidurin"
Celetukan Alva sontak membuat Navasha melotot. Ia memukul cowok itu kesal.
"Kamu ngomong aneh-aneh lagi aku kabur ke kamar bang Askara !" ancamnya
Alva berdecih sinis, "Lo lari kesana, besok udah gak gadis lagi"
"Kayak disini nggak aja" cetus Navasha
Alva berbaring miring, menghadap Navasha. "Menurut lo begitu ?"
Navasha menoleh, tapi hanya sebentar. Sadar ucapannya seperti memancing singa kelaparan. Navasha buru-buru meralat.
"Gue-, gue cuma becanda"Navasha tersentak saat pinggangnya di tarik. Merapat pada tubuh Alva. Ia mengerjap, menatap wajah Alva yg berada dekat dengan nya. Tangan Navasha berada di dada Alva, menjaga jarak mereka agar tidak terlalu menempel erat.
"Lo tahu gue gak suka becanda"
Navasha tak menjawab. Ia hanya diam terpaku, bahkan saat Alva mulai mendekat, mengikis jarak diantara mereka. Navasha masih diam, sampai ia merasakan bibir mereka bersentuhan.
Lumatan lembut yg membelai bibirnya membuat mata Navasha terpejam. Ciuman Alva selalu membuatnya terbuai. Hasratnya melayang, melambung tinggi hingga menghempaskan akal sehat.
Tubuh Alva berpindah ke atas Navasha. Memangut bibirnya semakin dalam. Ia menelungsupkan lidahnya kedalam. Memaksa lidah Navasha ikut beradu. Saling membelai, membelit, beradu saliva.
Entah sejak kepan, tangan Navasha sudah mengalung di leher Alva. Sesekali meremas rambutnya gemas di tengah permainan lidah mereka.
Tangan Alva mengusap lekuk pinggang Navasha, menyikap kaosnya untuk menyentuh kulit nya tanpa penghalang.
Namun lengguhan pelan yg keluar dari bibir Navasha membuat mata Alva semakin menggelap. Belaian itu semakin sensual, usapannya naik ke atas hingga berhenti di bukit indah milik Navasha. Alva menunggu, hingga Navasha menyingkirkan tangannya. Namun tak ada respon berarti dari cewek itu.
Tangan Alva pun meremas gundukkan itu gemas. Navasha mengerang tertahan. Alva menggeram frustasi.
Damn ! Ia semakin tak bisa menahan diri
Alva menjatuhkan diri di samping Navasha. Menutup matanya dengan lengan.
Nafas Navasha memburu. Ia melirik Alva disisinya. Kenapa cowok itu tiba-tiba berhenti ?
"Al !"
"Tidur !" potong Alva cepat
"Kamu kenapa ?"
Alva berdecak keras, menyorot Navasha dengan marah, "Tidur atau gue tidurin beneran lo Navasha !!"
Ancaman Alva terdengar tidak main-main. Jadi Navasha segera menurutinya. Ia berbaring memunggungi Alva. Tak lupa membalut tubuhnya dengan selimut hingga setinggi leher.
Alva menatap punggung Navasha. Jika saja ia tidak bisa menahan diri, Navasha mungkin sudah meraung-raung, menangis di bawah kendali nya.
Sayangnya, Alva terlalu takut menyakiti Navasha. Ia tidak mau sampai merusak cewek itu.
Alva bergerak, mendekati Navasha. Ia melingkar kan lengannya memeluk Navasha dari belakang. Kepalanya beradu dengan kepala Navasha. Hidungnya bersentuhan dengan rambut Navasha yg tergerai. Alva menghirup aroma gadis itu dalam. Alva merindukannya. Merindukan moment bersama gadis itu seperti saat ini.
🍀
Alva duduk di atas motornya, memainkan ponsel, menunggu seseorang yg sudah membuat janji dengannya.
"Woy !"
Alva mendongkak, melihat seorang mahasiswa tersenyum hangat, melangkah mendekati nya.
"Bang Gib !"
"Bang Gibran !" ralat nya, ia berdecak sebal "Gantung banget lo manggil gue"
Gibran merangkul bahu Alva saat pemuda itu sudah turun dari motornya.
"Jadi, kenapa lo ngajak gue kesini adek ipar ?!""Gue udah putus ama Navasha bang"
Gibran mengibaskan tangannya,
"Alahh, tuh anak status doang yg putus ama lo. Bucin nya tetap aja setengah mati, drama doang dia mah. Pengen di kejar ala Cinta dan Rangga"Alva tak paham apa yg tengah di bahas Gibran saat ini. Siapa Cinta, dan siapa juga Rangga.
Alva menggelengkan kepalanya. Berusaha tak memperdulikan celotehan Gibran yg tidak di pahaminya.
"Gue mau minta bantuan lo"
"Bantuan apa ?" tanya Gibran, mengangkat sebelah alisnya penasaran
🍀
Seminggu libur dari sekolah. Navasha datang ke sekolah dengan riang. Ia masuk ke dalam kelasnya dengan senyum cerah.
"Morning people ! I miss you so much, All"
Sapaan riang nya malah dibalas tatapan heran teman-teman sekelasnya. Navasha tercenung seketika.
"Kalian kenapa ? Kok liatin gue kayak gitu ?"
Sinta melengos. Ia bangkit dari kursinya. Lalu menarik Navasha agar duduk di bangku nya. Kini Navasha berada di hadapan Sinta dan Dania yg sudah menatapnya seperti seorang tersangka.
"Apa sih ?! Kalian suka banget liatin gue kayak gitu. Gue bukan kriminal !" sungut Navasha
"Nat, lo gak tahu ?" tanya Dania
"Tahu apa ? Setahu gue, gue emang gak punya salah apa-apa. Kenapa kalian natap gue seperti gue abis ngelakuin kejahatan" ucap Navasha
Sinta berdecak, "Mantan lo mau tunangan"
"Mantan ?!" alis Navasha bertaut bingung
"Siapa ?""Alva, Nat ! Lo gak tahu !?"
Tubuh Navasha mematung. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Setengah jiwa nya terasa melayang.
Ya tuhan, apa ini mimpi ?
"Lo jangan becanda ama gue, Sin !" tatapan Navasha kini berkabut emosi
Dania sampai tak menyangka jika itu Navasha. Karena temannya yg satu ini hampir tak pernah terlihat semarah ini.
"Dia gak becanda" Dania menyahut, "Satu sekolah udah tahu. Undangan nya di sebar di grup sekolah. Emang lo gak liat ?"
Navasha mengecek handphone nya cepat-cepat. Grub sekolah ia senyapkan. Karena dentingan notifikasi nya amat menganggu bagi Navasha. Jadi dia memilih untuk men-silent grub itu.
Bahu Navasha melemas saat melihat kenyataan yg diketahuinya. Ternyata benar, Alva akan bertunangan.
Bagaimana bisa setelah beberapa hari lalu mereka berciuman, Alva malah bertunangan dengan cewek lain. Navasha pikir, Alva punya perasaan padanya.
"NAV !!" Dania mencoba menahan saat Navasha bangkit dari duduknya. Berjalan keluar kelas. Namun temannya itu menghiraukannya.
Saat ini yg Navasha pikirkan hanya menemui Alva. Ia harus meminta penjelasan dari cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvasha (End)
Novela JuvenilHari-hari Alvaro tidak bisa setenang biasanya, ketika ia berhadapan dengan Navasha. Saat cewek itu memaksanya untuk berpacaran dengannya. "ALVARO ATTAREKSA, WILL YOU BE MY BOYFRIEND?" "CEWEK GILA!"