Ch 6

1.2K 108 3
                                    

Langkah Alva baru menapaki gerbang sekolah. Ia langsung di sambut suara cewek yg sudah menjadi sarapan setiap harinya

"Alva !"

Alva berhenti, sebelum berbalik ia menghembuskan nafas malas. Ia melihat Navasha bersandar di tembok samping gerbang, bersedekap dengan wajah kesal.

"Apa ?" sahut Alva malas

Navasha berdecih kecil. Ia berjalan mendekat ke arah Alva.
"Kamu kemana semalem ?"

"Apa urusannya ama lo ?" Alva mengangkat sebelah alisnya.

Sudah sifat alami Alva, tidak peduli meski status nya sengan Navasha pasangan kekasih sekalipun. Navasha harus menabung sabar sebanyak-banyaknya demi menghadapi karakter Alva yg seperti ini.

"Aku pacar kamu, Al !" ucap Navasha gemas

"Baru pacar" sinis Alva
"Belum jadi istri. Gak usah terlalu posesif"

"Jadi Alva pengennya cepet-cepet diresmiin nih ?!"

Navasha membalas dengan senyum geli. Balasan Alva bukannya membuat Navasha tersindir, malah membuatnya kegirangan. Alva seperti mengajaknya meresmikan hubungan.

Bilang saja, Navasha kepedean. Karena itulah kenyataannya.

"Masih pagi, jangan bikin gue kesel, Sha" cetus Alva. Sebelum akhirnya ia berjalan pergi memasuki sekolah.

Navasha mengikutinya. Ia berjalan disisi Alva. Masalah kekesalannya, telah menguap. Navasha memang tak pernah bisa marah pada Alva lama-lama. Karena hanya dengan melihat wajah cowok itu saja, kemarahan Navasha akan menguap begitu saja.

Aneh memang. Karena dari semalam hingga beberapa saat lalu, kekesalan Navasha sudah mencapai ubun-ubun. Dikarenakan Alva yg tidak bisa dihubungi sejak kemarin sore hingga pagi tadi.

Tapi sekarang, ia berjalan beriringan dengan Alva seakan tak ada masalah apapun sebelumnya.

"Al udah sarapan ?" tanya Navasha

"Belum"

"Kok belum sih ?"

"Denger ocehan lo, udah bikin gue kenyang" tukas Alva jengkel.

Navasha malah tersenyum. Ia merapatkan tubuh pada Alva.
"Ih, Alva romantis banget sih !"

"Apaan sih lo, gila ! Gue gak muji lo sama sekali" Alva berusaha menjauhkan kepala Navasha dari tubuhnya.

Senyum Navasha tak luntur sedikitpun. Ia sudah kembali berjalan dengan Alva karena cowok itu yg memisahkannya.

"Biar Alva makin kenyang, aku kasih makanan penutup ya ?"

Alis Alva terangkat sebelah, menatap Navasha penasaran.

"Eh, itu Johan !" seru Navasha menunjuk ke samping mereka. Alva sontak mengikuti arah tunjuknya. Namun bola matanya melebar saat merasakan kecupan di pipinya.

Ia kembali menolehkan kepala. Melihat Navasha yg sudah berlari menjauh.
"Semoga kamu suka makanan penutup dari aku, sayang .... Muach !" cewek itu memberi flying kiss yg membuat beberapa murid yg melihatnya bergidik ilfeel.

Tak terkecuali Alva. Ia mengusap pipinya sendiri. Tidak menyangka Navasha berani melakukan hal seperti itu di wilayah sekolah.

"Dasar cabe !" umpat Alva kesal

🍀

Bel istirahat sudah berbunyi, Alva kini bersama tiga temannya tengah bermain game online. Beberapa cemilan dan minuman berserakan di meja mereka.

Tiba saat Navasha memasuki kelas, Johan langsung menyenggol Alva disisinya. Alva menoleh.

"Cewek lo tuh !" seru Johan, menunjuk dengan dagu nya.

Alva hanya berdecak kecil tak membalas ucapan Johan. Ia kembali memainkan ponselnya.

"Lio !"

Suara Navasha yg terdengar membuat mereka mengernyit bingung.

Biasanya cewek itu akan menghampiri Alva sambil berteriak tidak tahu malu. Tapi kini, ia bersikap normal dan anehnya, bukan Alva yg ia hampiri. Malah cowok sekelas Alva yg lain.

Navasha menghampiri Lio yg duduk dibangku terbelakang. Cowok itu sibuk mengotak atik laptop di depannya. Ia mengalihkan perhatiannya saat Navasha sampai di depannya.

"Kenapa Nav ?"

"Laporan kemarin kok belum lo kirim ?"

"Udah kok"

"Belum ada, yo"

Mendengar ucapannya. Lio kembali mengecek email nya. Ia menepuk dahi nya pelan saat pesannya malah tersimpan di draft. Ia meringis kecil, menatap Navasha.

"Sorry ketua. Gue lupa"

Navasha yg sempat mencondongkan tubuhnya, mengintip layar laptop Lio, kembali menegakkan tubuhnya.
Ia berdecak kecil.

"Lain kali lebih teliti ! Gue nungguin laporan lo semaleman"

"Iya, sorry. Gue sibuk nyusun acara nya semaleman. Jadi gak sempet ngecek email"

"Kan gue udah bilang, lo jangan libatin diri terlalu jauh" omel Navasha

"Tapi kan gue yg jadi wakil nya, Nav. Masa iya gue gak kerja"

"Kerjain apa yg udah gue kasih buat jadi tugas lo" ucap Navasha tegas "Sisa nya kan udah gue kasih ke Amara"

"Gak adil lah" protes Lio, ia menyandarkan punggungnya di kursi dengan wajah kesal
"Gue berasa gak guna kalo cuma di kasih tugas kecil"

Navasha melipat kedua tangannya di dada. Memang seharusnya dirinya dan Lio yg banyak melibatkan diri. Memiliki tugas yg lebih banyak. Tapi masalahnya, Lio punya pawang di sisinya yg akan merepotkan jika Lio di beri tugas yg lebih besar.

"Gue gak mau ampe kembaran lo ngancurin acara kita lagi !"

Navasha menatap tajam pada Lio, sedangkan cowok itu langsung menggaruk belakang kepalanya. Tak mampu menampik karena apa yg di ucapkan Navasha benar adanya.

Lia selalu marah jika Lio di beri tanggung jawab terlalu besar. Membuat waktu Lio tersita banyak demi melakukan tugasnya. Dan Lia akan meluapkan kekesalannya pada organisasi yg diikuti Lio.

Navasha sudah kapok mendapati tingkah absurd kembaran cowok itu.

"Sorry" ucap Lio lirih

"Pokoknya kerjain tugas lo. Jangan ngerjain yg lain. Paham ?!"

"Iya, paham" balas Lio setengah tak rela.

Navasha pun berlalu pergi meninggalkan kelas itu. Meninggalkan Alva dkk yg melongo menatap kepergiaannya.

Seperti bukan Navasha. Jika cewek itu seacuh ini, terlebih di kelas pacarnya sendiri.

Namun sepertinya dugaan mereka terpatahkan saat Navasha kembali masuk ke kelas mereka.

Kali ini langkahnya benar-benar menuju Alva.

"Al !"

Alva tak menjawab. Hanya mendongkakkan kepalanya menatap Navasha yg berdiri di sampingnya.

"Aku bakal sibuk akhir-akhir ini. Karena acara Class Meeting kan sebentar lagi. Maaf ya ?!"

Alva mengendikkan bahu nya tidak peduli, "Terserah"

Tampilan Navasha sedikit berbeda. Dengan Jas Almamater dan sebuah kaca mata yg bertengger di wajahnya, seperti inilah Navasha saat memerankan tugasnya sebagai ketua OSIS.

"Aku balik ke kelas kalo gitu"

"Hn" sahut Alva acuh

Tubuh santainya berubah membeku saat Navasha mencium pipinya sekilas. Lalu berjalan pergi begitu saja.

Sepertinya bukan hanya Alva yg terkejut dengan sikap Navasha barusan. Karena teman-teman Alva yg lainpun ikut melongo kaget melihatnya.

Alvasha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang