Seperti apa yg dikatakan Navasha. Cewek itu benar-benar sibuk. Sebelum acara class meeting, apalagi saat kegiatan itu berlangsung, Navasha masih tampak sibuk. Alva hanya bisa memperhatikan cewek itu yg mondar mandir ke sana kemari mengurusi segala keperluan.
Navasha terlalu menonjol. Ia tampak bersinar dengan gaya pemimpinnya.
Navasha memerankan tugasnya sebagai ketua dengan baik. Sikap tegas nya membuat anggota nya patuh padanya.
Alva sedikit tak menyangka jika itu Navasha. Karena yg ia tahu, cewek itu selalu bersikap manja dan centil jika berada di dekat nya.
Tatapan Alva menajam saat Navasha bersama Lio. Mereka tampak merundingkan sesuatu. Dengan berkas yg jadi pusat perhatian mereka, di tangan keduanya.
Tangan Alva terkepal tanpa sadar.
"Cemburu lo ?!"
Alva menoleh, melihat Johan di sisinya yg menyunggingkan senyum sinis.
"Cemburu apaan. Sok tahu lo" kilah Alva
Johan tertawa mendengarnya. Alva memamg sulit jujur, meski pada dirinya sendiri sekalipun. Harus nya temannya itu bisa sedikit terbuka agar tidak menyiksa diri terlalu jauh.
"Mereka serasi ya"
Johan menatap lurus pada Navasha, namun ia dapat merasakan tatapan tajam Alva pada nya.
"Dia cewek gue !" desis Alva tegas
"Tapi Lio lebih cocok jadi cowok Navasha, Al"
Johan benar-benar menyiram bensin pada percikan api.
Tubuh Johan terjungkal saat tekuk kakinya si tendang Alva dari belakang. Cowok itu mengaduh mengusap kaki nya yg jadi korban kekerasan Alva. Sedangkan matanya menatap kesal pada punggung Alva yg menjauh.
"Alva bangke !" rutuknya
🍀
"Navasha lomba basket bakal ada putri nya gak ?"
"Navasha lomba nyanyi bisa di ubah ke hari lain ?"
"Navasha peserta volly pada complain karna perlombaan mereka paling belakang"
"Navasha !"
"Navasha !"
"Navasha"
"AAAARGGHHH ...!!!" Navasha berteriak frustasi. Duduk dihadapan para anggota, menduduki kursi paling ujung dengan posisi nya sebagai ketua. Navasha tampak paling berantakan diantara mereka semua.
Para anggota nya hanya terdian memandangi wajah frustasi ketua mereka. Tidak ada lagi yg berani bersuara setelah mencerca Navasha dengan segala keluhan, respon Navasha yg seperti ini membuat mereka memilih bungkam.
"Gue capek" keluh Navasha lirih. Wajahnya tampak nelangsa, dengan gurat kelelahan yg tampak jelas di wajah manis nya.
Lio menepuki pundaknya pelan. Ia paham betul bagaimana pusingnya Navasha menghadapi perannya sebagai ketua. Selama beberapa hari ini, Navasha benar-benar sibuk. Lio saja sebagai wakilnya tidak sesibuk itu. Tapi Navasha sangat cekatan dalam menghandle semua tugasnya. Itu sebabnya, semua tenaga nya terkuras habis. Dan inilah titik dimana kelelahannya sudah mencapai batas.
Lio membiarkan Navasha menelungsupkan kepala di kedua tangan yg terlipat di meja.
"Kali ini, tugas Navasha gue yg ambil alih" Lio buka suara. Anggota nya hanya mengangguk patuh. Karena mereka pun mengerti jika Navasha sudah kewalahan.
"Kalo ada masalah apa-apa, kasih tahu sama gue secara langsung. Jangan lewat Navasha, paham ?!""Paham, kak" seru para anggota nya serempak.
"Oke, rapat kita tutup disini. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya"
🍀
Dua minggu, dan Alva dibuat uring-uringan karena Navasha benar-benar absen dari kehidupan nya. Cewek itu memang masih berkeliaran di sekitarnya. Tapi saking sibuknya. Mata Navasha tak pernah sampai padanya. Bahkan untuk sekedar chat saja, Navasha hanya sempat mengirim chat sekali dua kali dalam seminggu.
"Argh !" Alva mengacak rambutnya frustasi "Bisa gila gue"
Setiap hari, yg ia pikirkan hanya Navasha-Navasha-Navasha. Alva tidak bisa tenang karena keabsenan Navasha di setiap harinya. Senyum, sikap, dan perhatian kecil nya membuat Alva merindukannya.
Alva menghempaskan tubuhnya di ranjang. Lengannya ia gunakan untuk menutup kedua mata. Deru nafas yg berat berusaha ia tenangkan.
"Navasha ..." desah Alva lirih
"Lo pelet gue pake apa sih ?"🍀
Navasha menyandarkan punggungnya di kursi belajar nya. Ia melepas kaca mata yg sedari tadi terpasang di wajahnya. Menyimpan benda itu di meja. Navasha memegang lehernya yg terasa kaku. Ia meregangkan nya demi mengurangi rasa kaku itu.
Helaan nafas panjang keluar dari bibirnya. Navasha sangat lelah dengan kesibukkan nya akhir-akhir ini. Meski telah pulang ke rumah pun, Navasha masih harus menyusun laporan setiap paginya.
Tangan Navasha meraih ponselnya. Layarnya mati.
Navasha mendengus sebal. Benda itu kehabisan baterai, dan Navasha lupa untuk men-charger nya.
Bangkit dari kursinya. Navasha mencolok ponselnya dengan sambungan USB. Membuat gambar baterai mengisi tampak di layar ponselnya yg semula gelap.
Setelah itu ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah nya Navasha ingin segera mengistirahatkan diri dengan tidur di kasurnya yg empuk.
Membayangkan nya, Navasha semakin tidak sabar. Ranjang akhir-akhir ini menjadi godaan terberatnya. Menggantikan Alva sebelumnya.
Mengingat cowok itu, kedua sudut Navasha sedikit terangkat. Ia merindukan pacarnya itu. Sudah sangat lama terasa mereka berjauhan. Meski masih berada di lingkungan yg sama. Tapi kesibukan Navasha menyita semua perhatian dan waktu nya.
Ternyata, jadi ketua itu merepotkan.
"Wait for me, honey. Aku akan segera selesai. Dan setelah itu, kita bisa saling menumpahkan kerinduan masing-masing. Hahaha" Navasha bicara sendiri seperti orang gila.
Untung saja saat itu Navasha berada di kamar mandi di kamarnya. Sehingga tak ada yg bisa melihat tingkah nya barusan.
Jika ada, sudah di pastikan Navasha akan di bawa ke psikiater, karena di kira otaknya bergeser.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvasha (End)
Teen FictionHari-hari Alvaro tidak bisa setenang biasanya, ketika ia berhadapan dengan Navasha. Saat cewek itu memaksanya untuk berpacaran dengannya. "ALVARO ATTAREKSA, WILL YOU BE MY BOYFRIEND?" "CEWEK GILA!"