Part 18. Vampire Blood ✔️

4.6K 774 19
                                    

UPDATE!!!

Langsung aja deh ya ke cerita, aku mau kembali ke dunia manhwa hehe 🤭🤭

Semoga kalian suka dan happy reading 😁😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Kaisar Killian (Carden) POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaisar Killian (Carden) POV

"Apakah kau ingin tahu alasanku tidak menghukummu dan membiarkanmu seperti ini?" Tanyaku dengan nada yang begitu dingin menusuk. Kemarahan sudah menguasai seluruh tubuhku. Pria itu, sudah berani menyentuh milikku, melukai milikku, dan sudah berani melawanku. Beruntung aku datang di waktu yang tepat, jika sampai sedikit saja aku terlambat, maka Aeris akan mati di tangan pria bangsawan bajingan itu.

Manik merahku melirik sekilas ke arah Aeris yang terlihat berada di ambang kesadaran, dan itu adalah tanda bagiku untuk menyelesaikan semua ini dengan cepat. "Karena aku menunggumu untuk berbuat kesalahan." Setelah berkata seperti itu, aku berlari secepat angin menghampirinya, satu tanganku terulur dan menerobos masuk ke dadanya, menembus tulang rusuknya, lalu mencengkram jantung pria itu sebelum menariknya keluar.

Mataku memperhatikan jantungnya yang berdetak pelan. Pria sepertinya tidak pantas terlahir sebagai pureblood. Pria yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan sama sekali tidak mematuhi perintah dariku. Aku mengalihkan tatapan ketika mendengar suara tubuh yang ambruk ke lantai dan memperhatikan Darius sedang di dalam keadaan sekarat. Dia tidak pantas mendapat hukuman biasa, karena bagiku Darius lebih pantas mati. Aku membuang jantung di tanganku yang penuh dengan darah hitam ke lantai sebelum berjongkok di sisi tubuh Darius yang sekarat. "Darius Luschubert, kau telah melakukan kejahatan besar dengan menyerang serta melukai imperial concubine, Aeris Valerié. Wanita milikku." Setelah berkata seperti itu, aku meraih lehernya, memutus kepalanya dari badan, kemudian membuang mayat itu secara asal.

Tidak peduli dengan tubuhku yang berlumuran darah, aku berdiri dan berjalan menghampiri Aeris. Tatapan manik abu itu terlihat mulai kosong dan darah segar terus mengalir dari luka di lehernya. Perlahan aku berlutut di sisinya, meraih tubuhnya, dan memangkunya di atas pahaku. Tanganku bergerak mengusap darah yang mengalir deras itu dan menjilatnya dengan perlahan. Ucapan Darius membuatku bertanya-tanya. Apa hanya aku yang dapat merasakan rasa berbeda dan istimewa dari darah milik Aeris? Rasa yang bagaikan ambrosia ini, rasa yang membuatku tidak ingin meminum darah lain selain miliknya.

Helaan pelan meluncur dari bibirku. Tanganku menangkup pipinya yang lembut, membuat pipi wanita itu kotor oleh darah. Senyum terukir di bibirku, lalu dengan perlahan aku menunduk dan mencium keningnya pelan. "Kau tidak akan aku izinkan untuk pergi kemanapun, my rose. Bahkan aku tidak akan izinkan kematian merenggutmu dariku." Kemudian aku menggigit lenganku dan mendekatkan lenganku yang mengalirkan darah segar ke dalam mulut Aeris. Tidak seperti Vampire lainnya, hanya darahku yang berwarna merah pekat layaknya darah manusia. Fakta akan perbedaan darahku ini, hanya aku dan Lilith yang mengetahuinya. "Minumlah, Aeris ..." titahku dengan nada pelan.

AN RÍ FÍOR BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang