Part 30 (I). Annual Imperial Party

4.1K 627 21
                                    

UPDATE!

Ayo semua merapat! Siapa yang nunggu chapter ini? Mana suaranya???

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Love,DyahUtamixx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aeris POV


"Ya, kau sekarang telah menjadi beloved-ku." Kalimat itu terus terngiang di kepalaku, mengingatkan diriku kalau sekarang aku memiliki sebuah ikatan dengan seorang Vampire, dan bukan seorang vampire biasa, melainkan Raja Vampire yang terkenal akan kekejamannya-Carden Killian. Perlahan kami melepaskan pelukan dan kepalaku mendongak, menatap lurus manik mata Carden yang telah kembali berubah warna menjadi biru setelah sebelumnya berwarna merah.

Aku menghela pelan dan mengambil langkah menjauh, namun Carden tidak mengizinkanku untuk jauh darinya, hingga dia kembali menarik tubuhku kembali ke sisinya sampai jarak yang ada diantara kami kembali menghilang. "Sekarang, bukankah ada yang harus kau lakukan untukku, my rose?" Cardan melepaskan satu tangannya dari tubuhku dan menggunakan tangan yang sama untuk menyentuh pipiku dengan lembut. "Kau tahu, malam masih begitu panjang dan akan sangat membosankan jika tidak melakukan apapun untuk sisa malam yang indah ini, benar bukan?"

Seketika pipiku bersemu merah, mengerti akan maksud dari ucapannya, tapi aku tidak bisa melakukan hal itu, tidak sekarang. Dengan deheman pelan, aku menepis tangannya, kemudian melepaskan rangkulan tangannya dari tubuhku. Tanganku terangkat dan mengusap area dimana Carden menancapkan taringnya sebelum melirik ke arah jam yang ada di dinding. "Uh ... tapi sepertinya waktu sudah sangat larut, dan tubuhku merasa le—"

"Aeris." Carden memanggil namaku dengan nada yang berbeda. Seluruh tubuhku, bahkan tiap sel di dalam tubuhku langsung berpusat padanya. Manik abuku mengarah ke arahnya dan entah kenapa panggilan pria itu memiliki pengaruh besar padaku. "Mendekatlah," bisiknya seraya mengulurkan tangan padaku. Aku menelan ludah dan berjalan mendekat. Seluruh tubuhku seperti memiliki pemikiran tersendiri dan tidak mau mendengar perintah dari otakku. Mataku memperhatikan seringai yang perlahan terukir di wajahnya.

Bulan purnama semakin menerangi kamar, memberikan efek halo yang begitu indah untuk Carden yang berdiri di depan jendela. Aku tidak tahu rencana apa yang akan dilakukannya padaku, tapi apapun itu perasaan antisipasi ini mampu membuat jantungku berdegup berkali lipat lebih cepat dari normal. Aku menarik napas panjang dan mengulurkan tangan, meraih tangan Carden yang terentang ke arahku. Dia langsung menggenggam tanganku dengan erat dan menuntunku  ke arah ranjang yang mendominasi ruangan, dan seketika ekspresi wajahku berubah.

Kekehan pelan terdengar dari sampingku dan seberapapun usahaku untuk berhenti, kakiku tetap bergerak, mengikuti tiap gerak langkah yang diambil oleh Carden. Saat akhirnya langkah kami berhenti tepat di sisi ranjang, Carden mengganti posisinya dengan berdiri di belakangku, lalu memelukku dari belakang. Dagunya diletakka di pundakku sebelum berbisik di telingaku dengan nada sensual, "mulai malam ini kau tidur disini, bersamaku."

AN RÍ FÍOR BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang