Part 47 (I). Pertemuan dengan Lilith

3.3K 524 28
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang nunggu chapter ini? Mana suaranya??

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx


BELUM DIEDIT

BELUM DIEDIT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aeris POV

"Riri, apa kau yakin dengan keputusanmu ini? Rencana yang kau jabarkan penuh dengan resiko, kau tahu itu bukan?" Daciana bertanya dengan penuh nada kekhawatiran saat kami berjalan keluar ruangan, meninggalkan Robin dan Carden beserta petinggi Silvermoon Pack untuk membahas hal penting lainnya menyangkut Lilith. Aku menoleh sekilas ke pintu yang tertutup rapat sebelum menatap Daciana dengan senyum menenangkan. "Bagaimana jika ada pengkhianat diantara kita saat ini? Apa yang harus aku katakan pada bibi Emy?"

"Cia," gumamku seraya meraih kedua tangannya, mengganggam tangan sahabatku dengan begitu lembut. "Percayalah padaku, aku dapat menyelesaikannya. Jikapun ada pengkhianat, aku yakin Carden dapat mengatasinya."

"Apa semua ini karena percakapan Robin dengan Yang Mulia Raja mengenai garis keturunanmu yang merupakan pemburu? Aeris, kenapa kau memikirkan itu? Ini semua bukanlah kesalahanmu, bahkan bukan kesalahan kakekmu. Jangan membuat keputusan seperti ini, aku tidak mau kau terluka, apa yang akan terjadi pada bayiku nanti jika kau tak ada?"

Aku menarik napas panjang, ucapan Daciana memang benar. Rencana yang kuberikan ini memang penuh dengan resiko, aku sendiri tidak menyangka bisa memikirkan sebuah rencana yang terbilang nekat seperti ini, tapi aku merasa ini adalah hal yang tepat. Setidaknya, bagiku ini adalah hukuman karena memiliki darah seorang pemburu, pihak yang bertanggung jawab atas kematian kedua orang tua Carden. Mengingat akan mimpiku mengenai masa lalu Carden membuat hatiku berdenyut sakit. Rasa bersalah menguasaiku dan melihat bagaimana tubuh kecil nan mungil meringkuk bersembunyi dibalik semak belukar, menatap dengan air mata mengalir deras ke arah api membara dimana tubuh kedua orang tuanya termakan oleh api ... Aku ingin sekali berbalik dan kembali ke dalam ruangan, memeluk tubuh Carden dan memberikan kata maaf padanya.

"Riri ... dengarkan aku baik-baik, kau akan masuk ke dalam wilayah Lilith. Tidak ada yang bisa menolongmu selain dirimu sendiri."

"Beruntung Robin mengajarkanku menggunakan senjata bukan?" ujarku dengan nada snatai, walaupun itu adalah hal yang percuma karena timah panas biasa tidak akan melumpuhkan makhluk iblis yang menjadi pasukan Lilith. "Aku hanya ingin membantu, dan kurasa hanya ini yang bisa kulakukan."

"Riri ..." gumam Daciana dengan mata yang berkaca-kaca.

Aku kembali meremas tangnannya dan memberikan cengiran lebar. "Kau tahu aku keras kepala. Cia kau tidka pelru khawatir, jangan sampai kau stress dan memepengaruhi kandunganmu. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika itu terjadi." Setelah aku selesai berbicara seperti itu, pintu ruang pertemuan terbuka dan Carden diikuti Robin beserta petinggi pack berjalan keluar. Semua orang menatapku dengan khawatir, terlebih Robin, sedangkan Carden, pria itu hanya menatapku dengan manik biru dalam yang begitu dingin sedingin kutub.

AN RÍ FÍOR BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang