Part 2. Pertemuan ✔️

7K 993 53
                                    

UPDATE!

Ayo semua langsung merapat sekarang juga! Siapa yang udh nunggu chapter ini? mana suaranya? Pasti pada ga sabar ya??

Oke, langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

follow recommend

love,

DyahUtamixx

DyahUtamixx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aeris POV

"Ha!" Aku terbangun dengan peluh keringat membasahi kening serta tubuhku. Kepalaku menoleh ke kiri dan kanan sebelum menghela napas lega, menyadari bahwa itu hanyalah sebuah mimpi buruk yang tidak berarti apapun dan tidak akan menjadi nyata, lagipula Vampire tidak akan bisa masuk ke dalam mimpi bukan? Dengan lengan pakaian, aku menyeka keringat yang membasahi keningku, kemudian mendongak dan menatap ke arah pendingin ruangan yang aku sadari berada dalam suhu dingin. Sepertinya mimpi buruk yang hadir di dalam tidurku yang telah membuatku berkeringat hingga pendingin ruangan tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik untuk mendinginkan suhu tubuhku. Setidaknya kamarku terasa begitu sejuk, dan tubuhku yang panas serta berkeringat bisa kembali ke temperatur semula.

Tanganku terulur meraih tas yang sebelumnya aku letakkan di atas nakas dan mengeluarkan ponsel dari dalamnya, berniat untuk mengecek pesan apakah Daciana mengirimkan pesan padaku atau tidak. Aku menarik napas saat melihat notifikasi panggilan tidak terjawab sebanyak sepuluh kali dari sahabatku itu. Sepertinya sahabatku yang satu ini tidak sabar untuk mengelilingi resort, mendatangi semua fasilitas yang tersedia di resort. Aku menyentuh nomornya, berniat untuk balas menelepon Daciana dan memastikan kalau wanita itu tidak memutuskan untuk pergi sendiri serta meninggalkanku, tapi belum sempat panggilanku terhubung, aku mendengar bel pintu kamarku berbunyi. Aku mendengus pelan dan mematikan ponsel, kemudian berjalan ke arah pintu.

Ketika aku membuka pintu, hal pertama yang menyambut diriku adalah wajah masam Daciana dan hal kedua adalah paper bag yang dibawa oleh sahabatku dengan lambang restoran tertera di depannya. Seketika perutku langsung berbunyi saat tahu ada makanan di depan mata dan menatap Daciana dengan cengiran lebar. "Ups. Maaf aku ketiduran."

Daciana memutar bola matanya sebal dan memberikan makanan yang dibawanya padaku sebelum masuk ke dalam kamar. Dia mendudukkan diri di set sofa yang tersedia di dalam kamar dan menatapku dengan tatapan jengkel serta ekspresi datar. "Kau tahu betapa bosannya aku di kamar sendirian, menunggumu? Telepon tidak diangkat, pesan tidak dibalas ... beruntung kau adalah sahabatku, kalau tidak aku akan meninggalkanmu sendiri," terangnya dengan nada tajam.

Tanganku terangkat dan menggaruk kepalaku yang tak gatal sambil tersenyum malu, lantas duduk di lantai beralaskan karpet, mengeluarkan semua makanan yang ada di dalam paper bag dan membuka penutup makanan. Seketika aroma makanan yang begitu menggugah selera menyeruak ke seluruh ruangan. Perutku kembali berbunyi dan jika saja di kartun, mungkin salivaku sudah menetes keluar. "Aku minta maaf. Kau tahu, aku tidak tahan dengan kasurnya yang empuk dan begitu nyaman," ujarku seraya mengambil salah satu menu makanan dan juga peralatan makan sebelum memakannya dengan lahap.

AN RÍ FÍOR BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang