Part 47 (II). Pertemuan Dengan Lilith

2.9K 559 38
                                    

UPDATE!

Ayo semua merapat! Siapa yang menunggu chapter ini? Mana suaranya?

Apa aku harus mengatakan kalau aku kena writer block? Hohoho

Oke, langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx


BELUM DIEDIT




BELUM DIEDIT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aeris POV

Selama satu jam perjalanan menuju lokasi pertemuan, baik aku maupun Carden tidak ada satupun yang berbicara atau berusaha untuk memecah keheningan yang menegangkan, sibuk dengan pikiran dan juga rasa gelisah akan apa yang akan terjadi nanti saat pertemuan dengan Lilith. Apakah semua akan berjalan dengan baik? Atau semua berjalan tidak sesuai dengan harapan, yang menyebabkan semua rencana hancur berantakan.

Perlahan kupejamkan kedua mata dan menyenderkan punggungku di sandaran kursi mobil, kemudian membayangkan semua wajah orang-orang yang aku sayangi. Sekali lagi aku harus ingat kalau semua ini kulakukan demi kekuargaku, demi kebahagiaan dan kedamaian mereka, walaupun pada akhirnya aku harus menyerahkan nyawaku sekalipun.

Kemudian kubuka kembali kedua mataku dan kualihkan tatapanku dari langit-langit mobil ke luar jendela, memperhatikan suasana Capital yang ramai. Melihat semua penduduk kota, membuatku membayangkan kalau suatu saat nanti, manusia juga bisa akan berbaur dengan mereka, hidup berdampingan tanpa ada rasa permusuhan. Makhluk supernatural dan manusia ... hidup bersama ... senyum perlahan terukir di bibirku. Jika Bridge Town dan Silvermoon Pack sudah hidup berdampingan sejak lama, bukankah itu merupakan gambaran yang nyata untuk dunia nantinya?

Aku bergerak untuk mengubah posisi duduk, tapi desisan sakit langsung lolos dari bibirku ketika rasa sakit dan nyeri menghantam tubuhku, dengan seketika Carden melingkarkan tangannya di sekeliling tubuhku seraya mengatakan kekhawatirannya akan diriku, tentu semua itu langsung aku hilangkan dengan senyum kecil penuh menenangkan. Kutatap manik birunya yang begitu jelas memancarkan penyesalan begitu jelas, karena bagaimanapun juga kondisiku saat ini adalah bagian dari kesalahannya. "Carden, hentikan. Ini bukan salahmu. Kau tidak perlu menyesal. Semua ini bagian dari rencana bukan?"

Carden menarik napas sebelum memelukku begitu erat. Telingaku dapat mendengar suara degup jantungnya yang lemah. "Jiwaku berteriak sakit melihat keadaanmu seperti ini," gumamnya sedih. "Aeris, pikirkan kembali rencanamu, sebelum kita sampai di tujuan. Aku bisa menarik semuanya dan kita kembali ke istana. Untuk apa semua kekuatan yang kumiliki, jika kau yang harus melangkah ke depan untuk melindungiku? Aku sudah berjanji untuk melindungimu, bukan sebaliknya."

Aku membalas pelukannya dan meringis melihat darahku mengotori jubah serta gaun yang kukenakan. Tubuhku begitu lemah akibat pukulan para prajurit tersebut, tapi aku tidak menyalahkan siapapun untuk kondisiku ini, karena ini adalah hal yang kuminta. "Aku tahu." Mataku menatap pin dengan ukiran lambang kerajaan Vampire yang tersemat di pakaian Carden sebelum berkata, "hei bukankah ini hal yang bagus? Dengan aku melakukan semua ini, kaum Vampire dapat menerima diriku nantinya karena telah menyelamatkan mereka."

AN RÍ FÍOR BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang