Part 38. Fae Territory

3.5K 596 8
                                    

UPDATE!

Ayo semua merapat! siapa yang nunggu chapter ini? Mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx



BELUM DI EDIT



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aeris POV

Satu jam kemdian persiapan untuk perjalanan kami menuju Routledge telah selesai. Carden pun te;ah memberitahu Lord Marquis, yang baru kuketahui adalah penannggung jawab yang ditunjuk oleh Carden untuk mengawasi dan menjalankan wilayah tersebut. Aku tahu disituasi seperti ini, tidak seharusnya aku merasa senang, tapi ini adalah pertama kalinya aku pergi ke luar wilayah Capital, apalagi pada masanya dahulu wilayah Routledge adalah benua Asia. Bukankah aku beruntung sebagai seorang manusia biasa bisa pergi ke luar wilayah? Jadi aku tidak bisa menyembunyikan senyum dari bibirku selama perjalanan menuju bandara dimana pesawat pribadi milik kerajaan menunggu.

Aku melirik ke arah Carden melalui sudut pandang mataku, dan mendapatinya sedang menatap ke jendela mobil. Dia mengamati pemandangan luar mobil dengan tatapan kosong, membuatku bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkannya. Apakah mengenai masa lalunya? Mengingat itu, aku harus memberitahu Carden mengenai mimpi-mimpiku, tapi entah kenapa aku merasa ragu. Helaan pelan meluncur dari bibirku, kemudian aku menyenderkan punggung di senderan kursi jok mobil sebelum memejamkan mata. Tidak. Tidak sekarang. Aku harus mencari waktu yang pas. Disaat hanya ada kami berdua, saat itulah aku harus menceritakan isi mimpiku pada Carden. Memastikan apa yang aku lihat di dalam mimpi itu adalah salah.

Perlahan laju mobil melambat dan saat aku membuka mata, aku menyadari kalau kami telah sampai di bandara. Mobil memasuki area khusus VIP dan berhenti di dekat pesawat yang mesinnya telah menyala. Carden yang pertama turun dari mobil. Dia mengulurkan tangannya padaku dan aku langsung menerima uluran tangan itu dengan suka cita. Dia membantuku turun dari mobil, ekspresinya yang dingin dan datar, tanda bahwa dia sedang menjadi Raja Vampire yang terkenal akan kekejamannya, dna bukan Carden yang kukenal, namun semua itu begitu kontras dengan genggaman tangannya pada tanganku, begitu lembut dan nyaman. Kami berjalan menuju tangga yang menghubungkan landasan dengan pintu masuk pesawat.

Carden menghentukan langkah di depan pria berseragam pilot, dan dari manik matanya yang berwarna merah, aku tidak perlu terkejut kalau sang pilot adalah seorang Vampire. Ketika Carden memperkenalkanku dengan pilot tersebut, aku langsung bisa melihat rautnya berubah, dari yang ramah penuh bersahabat, menjadi tatapan tidak suka. Hanya dengan itu saja, aku dapat menyimpulkan kalau kehadiranku memang tidak diterima oleh kaum Vampire. Sikap dan ekspresi yang ditujukan oleh mereka semua, hanya diperuntukkan untuk Carden, bukan untukku.

AN RÍ FÍOR BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang