Part 27 (I). The Town

3.6K 615 13
                                    

UPDATE!


Ayo semua merapat! siapa yang nunggu chapter ini? mana suaranya? 


Oke, langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁😁


Vote comment share


follow recommend


Love,

DyahUtamixx



BELUM DI EDIT




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Carden POV



"Hmm ... Sebaiknya kita kembali ke penginapan dan mempersiapkan diri untuk penyerangan. Aku tidak mau membuang banyak waktu dengan percakapan ini," ujarku seraya bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan restoran. Aku akan biarkan Jonathan sendiri untuk memikirkan keputusan yang terbaik baginya. Langkahku terhenti dan menatapnya dari balik punggung selama beberapa saat sebelum mendorong pintu dan keluar.

Senyum miring terukir di bibirku saat melihat ada beberapa manusia menyedihkan yang tadi kuperintahkan untuk pergi, tapi sepertinya beberapa dari mereka memilih untuk berdiri di luar dengan tubuh yang menggigil kedinginan serta raut wajah yang jelas takut akan kehadiranku. Entah apa yang mereka inginkan hingga rela berdiri di tengah dinginnya malam seperti ini. Aku menoleh ke arah salah satu prajurit dan bertanya, "apa yang para manusia ini lakukan disini? Aku tidak mau melihat mereka saat ini."

Aku merasakan kehadiran Jonathan di belakangku. "Yang Mulia, sejak anda memulai perjalanan ini, anda belum sekalipun meminum darah." Manik merahku memperhatikan satu demi satu manusia yang berlutut di tanah. "Jadi saya memerintahkan prajurit untuk menghentikan dan mengumpulkan beberapa manusia yang memiliki darah sesuai dengan keinginan anda."

"Hmm ..." Aku melangkah mendekati para manusia yang sedang berlutut tersebut dan memperhatikan mereka satu persatu. Langkahku terhenti pada salah satu wanita yang terlihat masih berumur di awal dua puluh. Dia mengingatkanku pada Aeris karena warna rambutnya yang hampir mirip. Langkah kakiku terhenti tepat di depannya. "Angkat kepalamu," titahku dengan dingin. Perlahan kepala wanita itu terangkat dan seringai kecil perlahan terukir di bibirku. Tanpa mengalihkan tatapanku dari wajah wanita ini, aku berkata pada Jonathan, "kau benar. Antarkan wanita ini ke kamarku."

AN RÍ FÍOR BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang