SLOWLY EDITING.
A Wattpad Fantasy Story
#1 in Werewolf
#1 in Vampire
#1 in Supernatural
#1 in beloved
#1 in Romansa
#2 in Manusia
#11 in romance
DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY RESPECT FOR SOMEONE WHO COPY MY WORK!
Di saat dunia telah dikuasai o...
Kuy semua merapat! Siapa yang nunggu chapter ini? Mana suaranya?
Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁
Vote comment share
Follow recommend
love,
DyahUtamixx
BELUM DI EDIT
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aeris POV
Aku dan Calantha saling bertukar pandang mendengar kalimat yang diucapkan oleh Lord Jonathan. "Tidakkah kau berlebihan? Apa kau berpikir Aeris ingin merencanakan pelarian diri?" tanya Calantha dengan nada malas karena baginya kalimat yang dikatakan oleh Lord Jonathan terdengar begitu konyol. Calantha menggenggam tanganku dan memberikanku senyum manis, lantas dia berkata, "Aeris adalah manusia yang baik, jadi dia tidak mungkin melakukan tindakan pengecut dan melarikan diri, benar bukan Aeris?" Aku memaksakan diri untuk tersenyum pada Calantha. Jika ucapan Lord Jonathan sudah membuatku merinding, maka apa yang Calantha lakukan sekarang, justru membuat jantungku berdegup cepat karena takut. Aku mengerti dnegan jelas bahwa Calantha saat ini sedang mengancamku dan tentu aku tidak bodoh dengan mengabaikannya.
"Umm ... iya, Calantha."
Calantha bertepuk senang, lalu matanya melirik ke arah layar tablet yang masih dalam status koneksi panggilan. "dan jikapun Aeris berusaha kabur, dia hanya akan berhasil sampai gerbang utama istana." Napasku tercekat mendengar ucapan Calantha yang begitu dingin menusuk. "Ah! Sudah tersambung! Aku penasaran dengan soulmate dari Alpha Robin!"
Dengan tarikan napas panjang, kufokuskan diri pada kedua temanku dan menepis ancaman Calantha untuk saat ini. Aku tidak berniat untuk melarikan diri, karena dengan melakukan itu sama saja membahayakan nyawa keluargaku. "Aeris? Itu sungguh kau?" Suara familiar yang sangat kukenal adalah hal yang menyambutku saat koneksi tersambung. Aku tersenyum kecil ketika melihat wajah Robin yang begitu jelas khawatir sekaligus lega karena akhirnya bisa melihatku lagi. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sekali lagi, kali ini sambil memperhatikan keadaanku lewat layar.
"Ya Robin, ini aku dan aku baik-baik saja." Aku melirik sekilas kea rah Lord Jonathan yang sedang mengawasiku lekat, lalu melirik ke arah Calantha dari sudut mataku sebelum kembali terfokus ke layar. "Dimana Cia?" tanyaku dengan penasaran.
"Sebentar lagi dia datang." Robin diam sejenak, sepertinya menyadari kalau aku tidak sendiri. "kau tahu, tidak ada kau disini, membuatku harus menjadi tumbal untuk menemaninya berbelanja. Astaga kenapa wanita butuh waktu berjam-jam hanya untuk memilih pakaian?"
Aku terkekeh pelan, tipikal Daciana yang senang berbelanja. "Oh ayolah Robin, aku yakin kau senang bisa memiliki waktu berdua lebih banyak dengannya, tanpa orang ketiga sepertiku."