~'|65✅|'~

495 61 13
                                    

Selamat Membaca!
























Seperti yang telah gue ucapkan sebelumnya, lembaran kali ini hanya akan diberi coretan indah. Lembaran baru yang mungkin di dalamnya hanya akan mencakup cerita indah gue dan keluarga kecil ini. Gue tinggal di rumah Mas Seungyoun sebelumnya, namun kali ini tanpa Hangyul.

"Ma, Om Hangyul ngajak Dodo jalan-jalan sama Tante Jima. Boleh gak?"

Dodo muncul dari kamarnya, menghampiri gue yang lagi masukin deterjen ke mesin cuci.

"Loh, sekarang?" tanya gue.

Dia mengangguk, "Iya. Ini aku udah ganti baju sendiri. Pake baju ini boleh?" jawabnya sekaligus bertanya mengenai apa yang dia pakai.

Iya, gue ngajarin dia buat milih dan pake bajunya sendiri. Jadi dia gak usah rewel mau pake baju ini itu atau nanya harus pake baju mana buat ke luar rumah. Mas Seungyoun bilang Dodo masih terlalu kecil untuk ngelakuin hal itu, tapi siapa tahu 'kan. Mencoba lebih baik.

"Udah ganteng kok anak Bunda." Gue pun menyimpan deterjen yang tadi gue pegang, beralih buat benerin baju Dodo yang masih berantakan. Namanya juga masih belajar, jadi gue juga harus bantu dia dalam proses belajarnya.

"Om Hangyulnya yang mau jemput kamu ke sini? Atau gimana?"

"Kemarin Om bilang mau ke sini jam 12 lebih. Sekarang udah jam 12."

"Sambil nunggu Om Hangyul, Dodo makan dulu, ya?" tawar gue.

"Gak mau. Kata Om, nanti mau makan sama Om Hangyul sama tante Jima."

Tumben Hangyul ngajak Dodo makan sama dia, biasanya gak mau. "Loh, Om Hangyul bilang gitu? Yaudah, nanti kalo Dodo lagi makan terus belum kenyang, bilang sama Om Hangyul, ya? Kalo gak dikasih, minta tolong Tante Jima buat nelpon Bunda, oke?"

"Oke, Bunda."

"Permisi, ada pangeran kerajaan dateng nih, tolong disambut dengan meriah."

Seruan gak asing dari luar itu bikin Dodo berlari ke arah pintu buat mastiin itu Hangyul atau bukan, dari suaranya sih emang Hangyul. Apalagi dari pemililhan kalimatnya, udah pasti Hangyul.

"Bunda, ada orang gila," seru Dodo sembari membuka pintu, yang di hadapan pintu tersebut terdapat Hangyul dengan Jima tengah saling menatap setelah mendengar ucapan Dohyon.

"Enak aja lu, anak bontot. Diajarin siapa jadi kurang nagajar sama Om sendiri kayak gitu?" sungut Hangyul tak terima disebut orang gila oleh si keponakan.

"Udah, jangan sama aja. Kamu itu Om-nya, bukan temen seumurannya," lerai Jima.

"Kak, ini Dohyonnya kita ajak jalan-jalan gak papa? Udah lama gak jalan-jalan sama Dodo." Jima masuk sembari menggandeng lengan Dodo, meminta izin dari gue.

"Iya ga pa-pa, ajak aja. Dia juga sekarang jarang main semenjak Dongpyo nginep di rumah neneknya. Asal jangan dibikin nangis, awas aja kalo dibikin nangis." Gue mengizinkan.

"Siap, Kak. Gak akan Jima bikin nangis, Gak akan juga Jima biarin Hangyul bikin Dodo Nangis. Pokoknya Kakak gak usah ngekhawatirin Dodo, percaya sama aku, hehe."

"Iya deh, aku percaya. Mau berangkat sekarang emangnya, gak istirahat dulu?"

Hangyul yang ada di belakang Jima itu mendelik, "Dari tadi aja gak disuruh duduk, gimana kita mau istirahat."

"Ih, Hangyul!" pekik Jima.

"Emang bener ya kata orang-orang, cinta itu muncul karena adanya rasa benci, dan benci juga datang karena adanya rasa cinta. Dahlah, kita berangkat sekarang." Hangyul berbalik dan keluar rumah mendahului Jima yang masih ada di depan gue.

Majikan ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang