~'|50|'~

1.3K 253 57
                                    

🐤
















































"Ngerti, kalian berdua?"

Gue sebagai yang punya rumah cuma diem sambil natap Hangyul yang berani-beraninya ngotorin rumah gue dengan kelakuannya.

"Kak Uyon, Jima beneran minta maaf," ujar Jima memohon.

"Jangan minta maaf sama aku, minta maaf sama yang punya rumah," ketus Mas Seungyoun.

Hah, gue lengah, gue capek. Dan karena itu, gue lebih memilih beranjak dan pergi ke kamar.

"(Y/n), kamu mau ke mana?" tanya Mas Seungyoun yang gak gue hiraukan.

"Kak (Y/n)," panggil Jima.

Terserah lah kalian mau gimana, gue capek. Rasanya pengen banger bilang kayak gitu. Tapi gue gak ada tenaga buat marah-marah atau cuma sekedar ngeluarin suara.

Saat di kamar, gue tutup dan kunci pintunya dari dalem. Gue tahu, Dohyon lagi gak pengen ketemu sama Mas Seungyoun. Maka dari itu gue kunci pintu kamar dari dalem.

Segera gue rogoh ponsel gue di saku, buka ruang obrolan gue sama Subin.

Subin si tetangga lucuww :
|😥

You :
Bin, maafin kakak, ya. |
Tadi bukan kakak, kok. |
Itu temen kakak yang lagi nonton. |
Mungkin dia pikir ruangannya kedap suara. |
Bilangin ya sama mamah Subin, maaf. |

Setelah selesai ngirim pesan buat Subin, gue simpen ponselnya kemudian duduk di tepian kasur. To be honest, hari ini kayaknya Yang Maha Kuasa lagi ngasih ujian hidup buat gue.

Jujur, sampe sekarang gue gak tahu sebenernya apa status antara gue sama Mas Seungyoun. Masa iya masih sebatas majikan dan pekerjanya? Tapi kan Mas Seungyoun gak pernah gaji gue. Pacaran? Ah, itu kayaknya gak mungkin. Mas Seungyoun gak pernah nyatain perasaannya ke gue.

Terus kita itu apa? Gue itu apa buat Mas Seungyoun? Pengganti mama Dohyon buat sementara selagi dia nyari pengganti baru?

Bukan apa-apa, gue cuma ngerasa dikhianati aja sama Mas Seungyoun gara-gara kejadian di taman tadi. Dia yang bahkan bilang lagi ada kerjaan, justru malah jalan sama cewek lain.

Sebentar, apa mungkin di sini gue gak ada hak buat cemburu? Hm, mungkin banget. Tapi Mas Seungyoun bilang kalo dia mau lamar gue lusa, lalu apa maksudnya semua ini? Tolong gue.

Hal lain yang bikin gue marah hari ini. Hangyul. Gue udah gak ngerti lagi sama jalan pikiran dia atau bahkan apa tujuan dia ngelakuin semua ini di rumah gue. Kalo mama Subin tahu suara *sensor* itu dari rumah gue, bisa-bisa gue yang kena. Atau bahkan bukan cuma gue, tapi emak juga bapak gue.

"(Y/n)?" panggil Mas Seungyoun dari luar kamar.

"Hangyul lagi keluar sama Jima, kita ngobrol sebentar, ya?" serunya.

"Sebentar doang, kok, kamu udah tidur, ya?" serunya lagi.

Dengan langkah berat, gue pun beranjak untuk ngebukain pintu kamarnya.

"Apa?" tanya gue ketus.

"Kita ngobrol dulu di bawah, yuk?" ajaknya.

"Gak usah, di sini aja. Apa yang perlu diobrolin?" tanya gue.

"Banyak, makannya ayok turun," jawabnya.

Hah, ngalah deh gue. Lekas gue nutup pintu kamar dan jalan mendahului Mas Seungyoun. Turun dari lantai dua dan duduk di sofa tanpa bersuara sedikit pun.

"(Y/n)," panggil Mas Seungyoun.

"Duduk, apa yang mau diobrolin?" tanya gue langsung.

Mas Seungyoun pun duduk di samping gue, dengan tangannya yang nyoba buat ngeraih tangan kanan gue, yang pastinya gue tepis.

"Ngomong aja, gak usah pegang-pegang," cetus gue.

"Oke, mungkin kamu lagi sensi. Aku mau minta kamu jaga dulu Dohyon buat dua hari ke depan, boleh?" tanyanya bikin dahi gue berkerut secara otomatis.

"Maksudnya? Emang Mas Seungyoun mau ke mana?" tanya gue.

"Kamu pasti masih inget cewek di taman tadi," ucapnya yang membuat gue menghela napas saat itu juga.

"Aku mau nemenin dia ketemu sama adiknya. Dia tadinya atasan aku, tapi dia dipecat dari perusahaan dan harus- ,"

"Hubungannya sama Mas Seungyoun, di mananya?"

"Kamu gak ngerti, dia baru aja dipecat beberapa hari yang lalu, dan aku mau dia semangat lagi. Dia harus ketemu adiknya dan bilang semua yang terjadi," ucapnya sedikit ngejelasin.

"Bentar, Mas. Aku masih gak ngerti, kenapa harus Mas Seungyoun?"

"Kamu cemburu?"

UHUK UHUK, Hampir aja gue keselek ludah sendiri.

"Hah?"

"Kamu cemburu kalo aku nemenin dia ke kampung halamannya?" tanya Mas Seungyoun.

"Nih, ya, denger. Dia ini hidup berdua sama adiknya. Dan dia mau minta bantuan ke adiknya buat nyariin kerjaan baru buat dia," ucapnya melanjutkan.

"Enggak, maksud aku, apa hubungannya sama Mas Seungyoun yang harus nganter dia ke sana?"

"Karena aku sayang dia, eh, itu, maksud aku- ,"

"Iya, Mas?"

"Maksud aku, sayang dia sebagai rekan kerja. Dia itu gak gampang menyerah. Pokoknya aku harus nemenin dia, boleh kan?"

"Kalo Mas maksa kayak gini, apa perlu minta izin? Tapi, kenapa Mas mesti bohong sama aku tentang Mas yang harus kerja tadi pagi?"

"Tentang itu, aku sengaja. Aku pikir aku harus bohongin kamu, karena mungkin kamu gak akan izinin aku ketemu dia kalo gak bawa Dohyon."

Gue hela napas berat, "Kalo gitu, kenapa Mas gak sekalian nikah sama cewek itu aja? Mas berani bohong sama Dohyon supaya bisa jalan sama cewek tadi?"

"(Y/n), aku gak jalan sama dia. Aku nemenin dia," elak Mas Seungyoun.

Huff, apa bedanya sih?

"Udahlah, Mas. Terserah kamu mau ngapain. Selagi Dohyon ada sama aku dan gak kamu bikin nangis lagi," ucap gue mulai lengah.



































Gak kerasa banget, udah 50 chapter aja:( sebentar lagi udahan nih:)

Oiya, selamat malem semuanya, hehe💞

Majikan ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang