Halaman 4

6.3K 667 17
                                    

Mark membawa Haechan pergi pada akhirnya, kucing itu sampai mengikuti kemanapun Mark pergi hingga Taeyong sendiri yang memaksa agar Mark membawanya karena Haechan yang terus mengeong. 

Dengan menggunakan mobil, mereka berangkat menuju ke rumah keluarga besar Hamilton, mereka mengundang untuk makan siang bersama untuk para anak-anak sih karena Renjun ingin teman-temannya berkumpul di rumah. Dan tentu saja Jeno sudah datang lebih dahulu menemui orang dia sukai itu. 

Selama di mobil Haechan juga hanya duduk dipangkuan Mark, membiarkan tangan besar itu mengusap-usap kepalanya dengan lembut hingga dia mengantuk. Memang dasar kucing kerjaannya makan, main dan tidur saja.

Ketika sampai dirumah besar itu kucing itu ada di gendongan Mark, menolak untuk berjalan sendiri. Haechan baru tahu kalau mereka akan pergi ke rumah Renjun, dia sudah hendak kabur dari gendongan Mark namun semuanya sudah terlambat, karena Renjun keluar dari balik tembok pembatas menuju ke halaman belakang. 

"Oh?" Renjun menatap Haechan yang ada di gendongan Mark, kemudian dia berjalan sedikit tergesa dan berdiri tepat dihadapan Mark, membuat pria itu kaget. 

"Oh! gendut! kenapa bisa ada padamu?" Renjun menunjuk Haechan,

"Kau tahu dia?" tanya Mark. 

"Dia peliharaanku, tapi kabur saat ku ajak ke pasar." jawab Renjun, ia hendak menyentuh Haechan namun kucing itu malah mencakarnya, membuat Renjun berjingkat kaget dan mengusap tangannya.

"Hey! aku majikanmu dan merawatmu sejak kecil dasar bodoh! tidak tahu terimakasih!" protes Renjun. 

"Meow~" kucing itu mendusal ke dada Mark, membuat Renjun membulatkan matanya. 

"Dasar tidak tahu terimakasih." ujar pemuda bersurai blonde itu menoyor kepala Haechan lalu beranjak pergi kembali ke halaman belakang disusul Mark dibelakangnya, Renjun tadi keluar juga untuk menjemput Mark karena penjaga memberikan pengumuman kalau pangeran sudah datang, tak mungkin Renjun melanggar etika ini saja dia menjemput Mark diawasi oleh Ayahnya. Kalau saja tidak ada orang Renjun akan membiarkan Mark masuk sendiri tanpa harus dia jemput, hal yang sama tadi juga berlaku pada Jeno. 

Di gazebo belakang sudah berkumpul Jeno, Chenle, Jisung, Jaemin dan Sungchan. Renjun kembali duduk disebelah Jeno, sedangkan Mark duduk disebelah Jisung yang sedang memakan buah jeruk. 

"Hey hey, aku ada sesuatu yang ingin aku diskusikan." Chenle membuka pembicaraan lagi, dengan tangan yang masih sibuk mencomot apel yang sudah dikupas dan dimasukkan ke dalam mulutnya. 

"Aku kemarin pergi menemui peramal." lanjut pemuda dengan rambut coklat itu dengan mulut yang masih mengunyah apel.

"Kau masih percaya hal-hal seperti itu?" tanya Sungchan, 

"Memang kenapa? aku juga masih percaya dengan adanya ramalan." Jisung menyahut, 

"Hey, ramalan itu sudah pernah ada yang terbukti, banyak malah. Dan kemarin dia bilang kalau akan ada seorang penyihir yang menghancurkan Neo Town." ucap Chenle. 

"Jangan bercanda, Neo Town adalah kota paling maju, mengalahkan satu penyihir adalah hal yang mudah." ucap Mark menambahi, 

"Semuanya bisa terjadi, jika penyihir bisa mencapai puncak revolusi paling tinggi, tak ada yang bisa menghentikannya kecuali menikam jantungnya." Jaemin menjelaskan. 

"Bukankah kaum penyihir sudah disingkirkan? bahkan white witch sudah diasingkan ke pulau sana." tanya Renjun. 

"Lihat, kita bahkan tidak tahu apakah penyihir masih ada atau tidak? ada kemungkinan mereka masih ada yang tersisa, penyihir jahat yang serakah dan ingin menghancurkan negri ini." jelas Chenle.

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang