Halaman 6

5.9K 656 6
                                    

Jalan-jalan sore kini sudah menjadi rutinitas Mark dan Haechan setelah pulang sekolah atau dihari libur. Di hari biasa, Haechan akan ikut Mark ke sekolah, tak ada yang melarang toh Haechan malah menjadi supporter bagi anak-anak sekelas Mark di universitas karena memang kucing pada dasarnya bisa menjadi supporter terbaik manusia. 

Sore ini selepas membersihkan diri dan mengganti baju, Mark dan Haechan pergi berjalan-jalan, dengan bentuk manusianya, Haechan bisa lebih menikmati perjalanan meskipun hanya berjalan kaki. Mereka pun berjalan-jalan kalau tidak ke pasar ya ke hutan atau paling jauh ke rumah Johnny menaiki kuda. 

"Markie..." Haechan berjalan disamping Mark sembari memegang ujung kemeja yang digunakan oleh Mark.

"Hm?" Mark menjawab tanpa menoleh, dia masih memperhatikan hutan sekitarnya, ini jalan pintas menuju ke air terjun yang biasa Mark kunjungi ketika pikirannya lelah dan ingin healing. 

"Menurutmu, aku bagaimana?" tanya Haechan tiba-tiba. 

"Kau?" pertanyaan Mark dibalas anggukan oleh Haechan,

"Bodoh." lantas jawaban Mark mengundang raut kesal Haechan,

"Markiee!" protes hybrid kucing itu masih dengan berjalan pelan mengikuti Mark,

"Aku sudah menjawab dengan jujur." balas Mark. Kemudian Haechan tak membalas, ia memelankan langkahnya dan melepas cengkraman tangannya pada kemeja Mark, kemudian Haechan berlari kecil dari belakang dan berakhir naik ke punggung Mark. 

"Hey! kau berat, turun." protesan Mark tidak dihiraukan oleh Haechan yang hanya tertawa sambil mengeratkan pelukannya pada leher Mark, pada akhirnya mau tak mau Mark menggendong Haechan. 

Dasar kucing pemalas! batinnya. 

"Oh Mark, aku bisa mendengar suara air." telinga Haechan bergerak lucu ketika mendengar suara air dari kejauhan,

"Ya memang karna kita akan ke air terjun. Kalau mau bunuh diri kau hanya akan mendengar suara lucifer." balas Mark.

"Markie pernah melihat Lucifer?" tanya Haechan, ia melongokkan kepala hingga pipi keduanya bersentuhan. Namun anehnya Mark tidak berniat menjauhkan wajahnya ketika pipi Haechan menyentuh pipinya, padahal diusap oleh Taeyong saja Mark tidak terlalu terbiasa. Mungkin karena pipi Haechan yang selembut tofu, 

"Tidak pernah." jawab Mark. Memang siapa yang mau bertemu dengan Lucifer? hanya orang-orang yang diujung maut yang bisa melihatnya. 

"Aku pernah melihat penyihir, kau pernah melihatnya?" tanya Haechan. 

"Tidak pernah." Mark masih memberikan jawaban yang sama,

"Mereka cantik, sangat cantik. Tetapi nenek bilang penyihir itu cantik karena mereka melakukan ritual yang mengorbankan seorang manusia." jelas Haechan. Mendengar itu Mark sedikit tertarik dengan obrolan ini,

"Oh ya? apa kau pernah mengobrol juga dengannya?" tanya Mark. Kepala Haechan mengangguk antusias,

"Iya. Waktu itu aku menemani nenek ke hutan, tetapi malah tersesat dan aku bertemu dengannya. Dia hanya bercerita kalau dia merasa kesepian di hutan luas itu, katanya para penyihir diasingkan di sebuah pulau dan tidak boleh kemana-mana. Kenapa kalian melakukan itu?" tanya Haechan.

"Karena dahulu kaum penyihir dan kaum vampir mengalami perang yang dipancing oleh kaum penyihir." jawab Mark. 

"Jadi Ayah memutuskan untuk mengirim semua penyihir ke sebuah pulau dan tidak boleh kemari kecuali untuk urusan genting." lanjutnya. 

"Tapi kata penyihir itu yang ada di pulau hanya ada penyihir baik, bukan penyihir jahat." Haechan turun dari punggung Mark ketika mereka sampai di dekat air terjun. 

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang