Halaman 26

4.5K 480 37
                                    

Sisa waktu sebelum tengah malam digunakan Mark untuk berlatih bersama dengan Jeno dan Sungchan, sesekali mereka akan berhenti ketika Haechan meminta mereka untuk istirahat. Meskipun pada dasarnya mereka tidak akan merasa lelah.  

Dan kini jam sudah menunjukkan pukul dua belas tepat, Mark sudah berada di tempat mereka akan duel. Mereka memilih untuk melakukannya di ladang rumput yang jauh dari pemukiman, agar tidak mengundang warga dan Jaehyun hanya ingin menjaga nama keluarganya. 

Haechan dan yang lain melihat dari jauh karena tidak aman jika dalam jarak dekat, menunggu salah satu dari mereka saling menyerang. Hingga akhirnya waktu itu datang, ketika Mark yang mengambil langkah maju terlebih dahulu, dengan kecepatan mereka saat ini, Haechan tidak bisa melihat siapa yang terluka dan mana yang mundur karena tidak ada salah satu dari mereka yang ingin mundur untuk sekedar memberi jarak dan memikirkan serangan. 

"Mereka berdua sama-sama kuat." komentar Renjun. 

Haechan menganggukkan kepalanya, setuju dengan ucapan Renjun. 
"Ini tidak akan selesai jika salah satu dari mereka tidak menusukkan pedang dijantung." ucap Jeno. 

Mendengar itu Haechan menjadi semakin siaga, dia terus memandang kearah Jaehyun dan Mark, harus bisa mengerti kapan dia bergerak untuk memberikan perlindungan jika situasi sudah tidak bisa diatasi. 

Jaehyun hampir menusukkan pedangnya jika saja Mark tidak menangkis pedang Jaehyun dengan cepat kemudian memberikan serangan dari jarak dekat.
"Aku tidak pernah berfikir untuk lengser secepat ini." ucap Jaehyun.

"Ayah telah membuatku muak dengan peraturan tak berdasar dengan tujuan mengagungkan nama keluarga." Mark mendorong tubuhnya lebih keras, membuat Jaehyun mundur. 

"Tak kusangka kau akan mengajak duel untuk melakukan kudeta." ucap Jaehyun sebelum dia kembali menyerang Mark.

Selama satu jam ini, hanya luka yang mereka berdua dapatkan. Mark sudah tidak tahan lagi, dia tidak bisa begini sampai pagi menjelang. Mark berdiam diri, memikirkan taktik yang akan dia gunakan, ia sudah mengerti gerakan lawannya, mengamati semua pergeraka Jaehyun yang diberikan setelah Mark memberikan serangan. Mark sudah mengerti polanya, jika dia berhasil menebak, maka dia bisa dengan mudah mengalahkan Ayahnya.

Mark menyerang lebih dahulu untuk menguji pemikirannya, dan itu berhasil, dia berhasil memukul mundur Jaehyun. Ia tersenyum miring, kemudian mengambil langkah untuk kembali menyerang dengan bertubi-tubi. 

Tak!

Mark menangkis pedang Jaehyun hingga membuatnya terlepas dari genggaman Jaehyun, kemudian menderjang Jaehyun dan berhasil menekan tubuh Jaehyun dengan kakinya agar tetap dalam posisi tidur setelah terjatuh. Mark mengarahkan pedangnya ke arah jantung Jaehyun, namun belum sempat pedang itu mengenai dada Jaehyun, seseorang menahan pedang Mark dengan tangan, Taeyong.

"Jangan bunuh Ayahmu sendiri." ucap Taeyong, tak peduli dengan tangannya yang berdarah karena menggenggam benda tajam milik Mark. 

"Untuk melakukan kudeta, salah satu dari kami harus mati, Ibu." ucap Mark, dia mendorong pedangnya lebih kuat, perlahan menggesek telapak tangan Taeyong dan membuat pedang Mark terkena darah. 

"Posisi Raja akan tetap padamu, kami akan pergi!" seru Taeyong. 

Ujung pedang Mark sudah mengenai dada Jaehyun, hampir masuk mengenai jantung Jaehyun namun terhenti. Mark menatap Ayahnya, dilihatnya kalau Jaehyun tidak membantah. 

Mark menarik pedangnya, menatap kedua orang tuanya. 
"Kalian akan diasingan begitu perjanjian sudah dibuat." ucap Mark sebelum dia berbalik badan. 

"Mark." panggilan Ibunya itu membuat langkah Mark terhenti,

"Apa kau seperti ini hanya karena rasa sukamu pada hybrid itu?" Mendengar pertanyaan dari Taeyong membuat Mark tersenyum kecil, namun dia memilih untuk tak menjawab. Ini hanya akan memicu pertengkaran lain diantara keluarga Alexander nantinya. 

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang