Halaman 22

4.3K 495 54
                                    

Malam ini tak seperti biasanya, ia sendirian dan sangat dingin disini, bahkan mereka tak memberikan selimut padanya. Tadi seorang prajurit sudah memberitahu jika hukumannya akan diberikan besok, 50 cambukan di depan umum.

Haechan tak masalah, yang menjadi masalah adalah jika hukumannya dilakukan di depan umum maka semua orang akan melihatnya, termasuk Renjun dan teman-temannya. Dia tidak mau mereka sedih karena ini.

Haechan semakin menenggelamkan kepalanya ke lipatan tangan, masih meringkuk diatas matras dingin.
"Haechan." suara itu membuat Haechan mendongak, mengenali si pemilik suara. 

"Renjunie." Haechan mendekat ke arah jeruji, mengulurkan tangannya meminta digenggam oleh sang Tuan. 

"Renjunie, besok tidak perlu datang untuk melihatku." ucap Haechan, ia nampak memohon pada Renjun. Padahal Renjun kemari untuk menghibur Haechan, tapi kenapa malah dia yang sedih lebih dulu. 

"Maaf, karena tidak bisa melindungimu." ucap Renjun, ia mengusap pipi Haechan dengan lembut. Kepala hybrid itu menggeleng,

"Tidak, harusnya aku yang melindungimu. Ini tidak ada apa-apanya, aku akan baik-baik saja." ucap Haechan. 

"Anak ini, dasar. Pandai sekali berpura-pura." batin Renjun. 

Haechan bahkan masih bisa mengulas senyum di depannya, Renjun sampai tak habis pikir, terbuat dari apa hati Haechan ini? Renjun jadi membenci Raja jika begini caranya. Tapi dia tidak bisa karna Renjun sendiri sudah mengakui perasaannya terhadap Jeno. 

"Sudah makan?" tanya Renjun.

"Hum, Sungchan membawakan roti untukku tadi." jawab Haechan sembari menganggukkan kepala, Renjun mendudukkan dirinya karena lelah berjongkok.

"Renjunie tidak pulang saja? disini dingin." ucap Haechan. 

"Aku memang sudah dingin, kau saja yang hangat Haechan." balas Renjun. Mendengar itu Haechan tersenyum kikuk, dia lupa kalau Renjun vampire.

"Aku akan menemanimu disini." ucap Renjun.

"Tapi-"

"Aku yang menginginkannya, Haechan." potong Renjun. Setidaknya Renjun bisa melakukan ini, menemani Haechan sebelum masa hukumannya besok. Dan malam itu Haechan mendengarkan cerita Renjun hingga dia tertidur, dengan Renjun yang berjaga diluar jeruji. 


Pagi sudah menyambut, Renjun dipaksa keluar dari penjara bawah tanah dan tidak diperbolehkan menemui Haechan sebelum hukumannya selesai. Kini tersisa Haechan, yang dipaksa membuka baju dan menyisakan celana pendeknya, kedua tangannya diikat kebelakang. Sejujurnya, jika Haechan mau dia bisa melarikan diri dengan mengubah dirinya menjadi singa, namun dirinya tidak bisa, hati kecilnya memaksa untuk menerima hukuman ini agar menjadi pelajaran baginya untuk lebih berhati-hati, dan berharap Mark bisa melupakan semua ini setelahnya. 

Setelah tubuh Haechan diguyur dengan air dingin tadi, ia langsung dibawa ke tempat penghukuman umum. Letaknya di lapangan kota, kepala Haechan terus menunduk, tak bisa terangkat karena rasa malu dan sedih yang ditanggungnya. Banyak orang yang berkumpul untuk melihat dirinya dihukum cambuk, memberikan contoh juga bagi rakyat jika ada yang melanggar aturan akan dikenakan hukuman sesuai dengan pelanggarannya. 

Kedua tangan Haechan diikat pada dua kayu besar yang ditancapkan di kanan dan kirinya dengan dirinya yang setengah duduk, 

"Dia adalah Haechan Weldon! salah satu dari kaum hybrid yang telah melanggar aturan kerajaan. Dia telah memanipulasi pikiran putera mahkota hingga membuat putera mahkota membangkang pada perintah Raja!" seorang penghukum mengumumkan identitasnya serta kesalahan yang telah dia perbuat, meskipun Haechan tak menyetujui alasan itu tapi dia bisa apa? dia akan mendapatkan hukuman sosial setelah ini, hidupnya tak akan sama lagi. Renjun pasti malu nantinya. 

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang