Halaman 8

5.6K 613 16
                                    

Hingga malam sudah menyapa, Mark masih menunggu Haechan untuk bangun, bahkan setelah makan malam ia langsung kembali ke kamar untuk mengawasi Haechan dan menjaga Haechan. Siapa tahu jika penyihir itu kembali untuk melukai Haechan atau dirinya lagi. Taeyong juga membiarkan anaknya itu menjaga Haechan, mau bagaimanapun ini salah satu bentuk tanggung jawab Mark terhadap Haechan.

"Eungh... sakit..." suara rintihan itu membuat Mark langsung menoleh dan menatap Haechan, 

"Dimana yang sakit?" tanya Mark, ia meraih tangan Haechan dan menggenggamnya. Belum sempat Haechan menjawab, lelaki itu terbatuk-batuk dan Mark langsung berdiri untuk mengambil gelas berisi air di nakas. 

"M-mark- huek!" Haechan yang sudah terduduk itu muntah darah, Mark belum sempat membawa anak itu untuk ke kamar mandi. Lumayan banyak darah yang keluar, Mark khawatir 

"Pelayan!" Mark berteriak, dalam hitungan detik beberapa pelayan sudah masuk dan kaget melihat keadaan Haechan yang berlumuran darah. 

"Markie...aku akan baik-baik saja kan?" tanya Haechan, ia sendiri kaget ketika ia muntah darah dan lumayan banyak yang keluar.

"Kau akan baik-baik saja." balas Mark.

"Bersihkan ini semua." lanjutnya, Mark menggendong tubuh Haechan ala brydal style dan membawanya ke kamar mandi untuk dibersihkan. 

"Mark, aku akan baik-baik saja kan?" tanya Haechan memastikan,

"Kau akan baik-baik saja Haechan, efek obatnya." jawab Mark, ia menurunkan tubuh Haechan lalu menatap wajah Haechan yang masih pucat dengan bibir yang berlumuran darah. 

"Damn, he look so fuckin' sexy." Mark mengusap bibir bawah Haechan, wajahnya mendekat hingga bibir keduanya bertemu. Lidah Mark menyapu bibir bawah Haechan, menyecap rasa darah disana, manis. 

Haechan yang masih kaget tidak menolak sentuhan Mark, dan lagi ini pertama kalinya dia berciuman. Ketika bibir Mark mulai bergerak menghisap bibirnya perlahan, Haechan memejamkan matanya, mengikuti naluri alaminya untuk melakukan hal yang sama seperti Mark. Tangannya mengalung di leher Mark untuk menjaga tubuhnya, Mark melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Haechan, sedikit mendorong hingga punggung Haechan menempel di tembok. 

Haechan merasakan ada kupu-kupu diperutnya, sensasi itu begitu menggelitik namun juga membuat Haechan menginginkan lebih. Dia sudah melewati masa remaja, dan hybrid pada dasarnya memang sangat mudah tergoda. 

"Emhh..." Haechan mendorong pelan bahu Mark untuk melepaskan ciumannya, meskipun Mark melepas pangutan mereka, namun lelaki itu yang sudah terpancing nafsu beralih untuk mengecupi leher Haechan dan sesekali menjilatnya. Haechan pasrah, mau melawanpun dirinya masih belum memiliki energi. 

Gigi taring Mark mencuat keluar, disaat dirinya ingin menancapkan taringnya di leher Haechan, seseorang mengetuk pintu kamar mandi. 

"Mark, Haechan. Kalian tidak apa-apa di dalam sana?" suara Taeyong mengalun lembut dan masih terdengar dari balik pintu. Mark menjauhkan kepala lalu menatap pintu kayu itu,

"Kami baik-baik saja Ibu, hanya membersihkan Haechan." jawab Mark.

"Ibu akan menunggu di ruang santai, segera kesana." setelah itu tak terdengar suara lagi, Mark kembali menatap Haechan yang sudah berantakan, 

"Markie...tadi itu apa?" tanya Haechan. 

"It's call kisses kitty. Sekarang bersihkan tubuhmu dan aku akan menunggu diluar, pelayan akan membawakan baju ganti untukmu." Mark sempat memberikan satu kecupan di bibir Haechan sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamar mandi. 

"Kenapa dia manis sekali? astaga Mark." Mark hanya bisa merutuki dirinya sendiri, dia tidak bisa menahannya ketika melihat dan mencium darah dari Haechan, rasanya pun manis seperti orangnya. 

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang