Halaman 17

4.4K 517 10
                                    

Meskipun Mark menolak, namun dirinya masih tetap bersiap-siap untuk pergi, jika dia tak bisa menolak dihadapan Ayahnya, maka dia akan menolak di depan keluarga Damarian. Mark masih memaku bayangannya di cermin tatkala pintu kamarnya terbuka menampakkan sosok cantik dan menawan seorang Taeyong Atley Carrington. Lelaki berparas manis itu berjalan menghampiri Mark, ikut membantu anaknya bersiap dengan menyematkan sebuah bunga mawar segar di saku jas atas milik Mark.

"Jangan mengacaukan pertemuan ini dan jangan berfikir untuk menolaknya dihadapan keluarga Damarian." Ucap Taeyong memperingatkan Mark, kemudian Taeyong mencium pipi Mark.
"Jangan mempermalukan keluarga kita." Kemudian Ibunya pergi keluar dari kamar Mark. Kedua tangan Mark mengepal disisi badan, menahan amarahnya. Ibunya selalu tahu apa yang Mark hendak lakukan jika niat Mark sudah disampaikan sejak awal.

Pagi itu keluarga Damarian sangat terkejut mendengar pesan dari salah satu prajurit yang datang ke rumahnya mengenai kedatangan keluarga Alexander. Dan itu membuat seisi rumah langsung ribut, menyiapkan semua keperluan dan merapikan rumah untuk memastikan jika rumah mereka terlihat layak meskipun pada kenyataannya rumah keluarga Damarian lebih dari sekedar cukup untuk menyambut tamu.

"Jaemin! Cepat ganti bajumu dengan yang sudah Ibu siapkan." Perintah Nyonya Damarian, Jaemin menghela nafas. Seharusnya jika ada apa-apa Jeno atau Mark memberikan kabar beberapa hari sebelumnya, tapi ini benar-benar mendadak, tidak seperti biasanya.

Jaemin mengganti bajunya, ia sudah mendengar suara percakapan dibawah.
"Sepertinya mereka sudah datang, cepat sekali." Gumam Jaemin sembari membenarkan dasi kupu-kupunya. Ia memakai setelan jas berwarna hitam dan kemeja putih, setelah memastikan kalau penampilannya sudah rapi dan sempurna Jaemin keluar dari kamar siap untuk menyambut keluarga Alexander.

"Ah itu dia." Tuan Damarian menoleh kearah Jaemin yang kini tengah menuruni tangga. Merasa menjadi pusat perhatian Jaemin menjadi sedikit malu, apalagi seluruh keluarga Alexander menatapnya, rasanya seperti ditelanjangi. Jaemin harus menjaga sikap kali ini, kalau tidak kedua orang tuanya akan menyuruhnya tidur diluar.

Setelah mengobrol ringan beberapa saat, Jaehyun mulai menyampaikan niatnya datang ke kediaman Damarian.
"Jadi maksudku datang kesini adalah untuk membicarakan tentang pertunangan antara Mark dan juga anakmu Jaemin." Ucapan Jaehyun mengundang tatapan tak percaya dari ketiga anggota keluarga Damarian.

"Astaga, kenapa begitu mendadak? Tahu begini aku menyuruh Jaemin untuk berdandan semaksimal mungkin." Ucap Nyonya Damarian.
Jaehyun tersenyum,
"Salah kami juga karena datang secara mendadak." Taeyong menimpali,
"Tentu saja kami akan menerimanya, bahkan kami berterimakasih karena anda sudah mau mengambil anak kami untuk menjadi bagian dari keluarga kalian." Tuan Damarian berucap, Jaemin sendiri tak bisa berkata-kata, matanya menatap ketika anak dari Raja Alexander, namun sepertinya ketiga saudara itu juga tidak tahu apa yang terjadi sekarang.

"Baguslah kalau begitu, bagaimana kalau besok lusa kita melakukan pesta pertunangan mereka?" Taeyong berucap dengan semangat, dia sudah terbayang bagaimana tema pesta mereka nantinya.

"Ah, saya selalu setuju dengan keputusan anda. Pasti akan meriah nantinya." Ucap Nyonya Damarian.
"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau setelah ini kita menghabiskan waktu bersama, hitung-hitung Mark dan Jaemin bisa lebih dekat." Ucap Jaehyun.

Jaemin langsung menarik tangan Mark begitu kedua orang tua mereka sudah menghabiskan waktu di ruang tamu, kini Jaemin dan Mark berada di taman dekat danau buatan milik keluarga Damarian.
"Kau gila? Kenapa kau setuju?" Tanya Jaemin.
"Lalu kau mau aku melakukan apa? Aku sudah berusaha Jaemin, dan masih akan berusaha." Ucap Mark.
"Kalau begitu bilang pada kedua orang tuamu untuk membatalkan pertunangan gila ini." Jaemin membalas, helaan nafas keluar dari mulut Mark.
"Kubilang aku sudah berusaha, Jaemin. Kau pikir aku setuju dengan ide gila ini? Tidak. Dan juga maafkan aku karena semua ini terjadi karena kesalahanku juga." Mark menjelaskan, ia memilih untuk duduk di tepi danau melihat beberapa angsa yang mengambang diatas danau.

Jaemin terdiam sejenak kemudian duduk disamping Mark, hening selama beberapa saat untuk mereka berdua menenangkan diri.
"Apa yang terjadi?" Tanya Jaemin pada akhirnya,
"Aku mencintai Haechan, dan Ayah tidak setuju dengan itu." Jawaban Mark sedikit membuat Jaemin terkejut, dia kira Mark menyukai orang lain, namun ternyata Haechan yang berhasil membuat tembok berjalan ini luluh.
"Lalu Raja menjodohkanmu denganku agar kau tidak menentang lagi?" pertanyaan Jaemin dibalas anggukan kepala oleh Mark.

"Dari banyaknya jalan aku tidak mengerti kenapa kau memilih jalan ini." Ucap Jaemin.
"Kau tidak bisa memilih kepada siapa kau jatuh cinta." Jaemin menyetujui ucapan Mark yang satu ini, dia sendiri juga memiliki seseorang yang dia sukai. Teman sekelasnya yang bukan bangsawan dan memiliki nilai yang tak lebih dari 60.

Keduanya menghela nafas berat,
"Punya rencana?" Mark bertanya sembari menoleh menatap Jaemin. Si manis menggelengkan kepala, dia masih belum terfikir.
"Kita masih akan bertunangan, kan? Ku harap pernikahan tidak digelar dalam waktu dekat." Ucap Mark.

"Oh!" Jaemin menepuk tangannya sekali ketika sebuah ide terlintas dipikirannya,
"Aku ada ide!" Jaemin membisikkan sesuatu pada Mark, aslinya Jeno dan Sungchan sedari tadi mengawasi kedua calon tunangan itu tak jauh darisana untuk menguping apa yang mereka bicarakan.

"Jadi kau ada dipihak mana?" Tanya Jeno pada Sungchan,
"Ck, dimanapun aku juga tidak masalah." Jawab Sungchan.

Jeno terkekeh, sejujurnya dia tidak mau ikut campur karena takut dimarahi. Tapi karena terlanjur tau tentang semuanya, sekalian saja Jeno ikut-ikutan. Sayangnya dia masih masa pemulihan, jadi mumpung ada Sungchan, dia akan membuat Sungchan menjadi kaki tangannya.




******




Haechan masih termangu di depan jendela ketika malam sudah tiba dan Renjun baru saja pulang dari acara temannya.
"Sampai kapan kau akan seperti itu Haechan?" suara Renjun membuat Haechan menoleh kemudian mengeong sekali, kucing coklat itu kemudian turun dari jendela kamar Renjun untuk menghampiri Renjun yang duduk ditepi ranjang. Ia naik ke pangkuan Tuan-nya, minta dielus. Karena Renjun sedang baik hati, maka dia mengusap-usap kepala Haechan dengan lembut,

"Hei, tugasmu bukan untuk mencintai Mark, kan?" Tanya Renjun.

Tiba-tiba Haechan berubah menjadi manusia dengan kepala yang berada di paha Renjun.
"Tapi.."
"Haechan, tak semua orang yang kau cintai bisa kau miliki juga." Renjun memotong perkataan Haechan, membuat anak itu semakin sadar akan posisinya.

"Hey, aku punya banyak kenalan, kalau kau mau bisa ku kenalkan." Ucap Renjun berusaha menghibur Haechan.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Ucap Haechan, ia memejamkan matanya seiring dengan usapan Renjun dikepalanya. Renjun masih diam, dia tidak mau memberitahu Haechan soal kabar yang dia dengar tadi, bahkan kini menjadi topik paling hangat satu kota. Jika Haechan tahu soal ini, Renjun tidak tahu lagi kemana Haechan akan pergi untuk menenangkan diri.

"Tuan, aku punya permintaan." Ucap Haechan ketika dia membuka matanya,
"Apa? Katakan." Renjun menunduk untuk menatap Haechan,
"Bolehkah aku memanggilmu dengan Renjunie?" Tanya Haechan.

Renjun tertawa mendengar hal itu, yang langsung direspon dengan wajah kecewa Haechan.
"Tidak boleh ya? Maaf.." Haechan kentara sekali saat sedang galau,
"Boleh, tentu saja boleh. Tidak ada yang melarangmu, kau saja yang memaksa memanggilku Tuan saat itu sampai sekarang." Jelas Renjun.

"Habisnya kan memang kau Tuan-ku." Balas Haechan.
"Sekarang aku temanmu, sekarang ayo makan malam. Pelayan sudah menyiapkan makan malam dan membuat makanan kesukaanmu." Ajak Renjun.

Haechan beranjak dari posisinya,
"Haechan.." panggilan itu membuat Haechan yang hendak berjalan mendahului lantas berhenti,
"Teruslah menjadi manusia agar aku tak merasa kesepian lagi, dan juga kau bisa ikut kemanapun aku pergi dengan wujud manusiamu. Aku akan melindungimu." Ucap Renjun dengan senyuman, saat itu juga senyuman mengembang di bibir Haechan kemudian kepala hybrid itu mengangguk dengan semangat.

"Hum!" 


******

Bingung mau update apalagi abis ini

JAN LUPA VOMMENT

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang