Halaman 18

4.4K 541 28
                                    

Pagi itu setelah sarapan, Renjun akan pergi belajar seperti biasa. Kali ini mereka akan belajar di alam terbuka, bersama dengan guru dan anak bangsawan yang lain. Jika biasanya Haechan tidak ikut, maka kali ini anak itu ikut bersama dengan Renjun meskipun hanya menemani dan untuk mencari teman baru. 

"Haechan! sudah belum?" suara Renjun dari luar kamar membuat Haechan langsung mengambil tas rajutnya yang berisi beberapa camilan dan minuman. Pemuda dengan ekor dan telinga kucing itu keluar dari kamar dengan wajah berseri, dia tidak mau sedih lagi! setelah ditenangkan oleh Renjun kemarin, meskipun bertahap, Haechan akan berusaha semaksimal mungkin melupakan perasaannya pada Mark. Mereka berbeda dalam banyak hal, dan tentu saja Haechan harus tahu diri. 

"Ayo!" Haechan yang sudah berdiri dihadapan Renju setelah berlari keluar kamar menyahut dengan semangat, senyuman tak lupa ditunjukkan olehnya. Renjun yang melihat itu tersenyum senang, Haechan sangat cocok jika tersenyum seperti ini, kalau galau seperti kemarin malah seperti gembel.

"Hari ini aku akan latihan dihutan, kau jangan main jauh-jauh ya. Kalau mau pergi bilang dulu." pesan Renjun yang dibalas anggukan oleh Haechan, mereka akan diantar menggunakan kereta kuda seperti biasa, namun akan mulai berjalan jika sudah berada di titik kumpul karena jalan menuju hutan yang hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki.

Selama perjalanan, Haechan menikmati semuanya meskipun dia agak pemalu karena baru kali ini dia pergi bersama dengan Renjun dalam wujud manusianya. Ada beberapa anak yang mengajaknya berbicara saat mereka berjalan di hutan, dan Haechan menjawab dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya agar tidak merasakan gugup lagi. 

"Kalau bermain cukup di dekat sini, disana ada sungai juga. Jangan terlalu jauh, oke?" Renjun berpesan pada Haechan sembari menarik pedang dari wadahnya. 

"Iya, aku mengerti. Tidak akan main jauh-jauh." jawab Haechan. Kemudian Renjun berkumpul dengan yang lain untuk memulai latihan, sedangkan Haechan memilih untuk bermain di sungai sembari menunggu latihan Renjun selesai.

"Hei, kau sudah dengar kabar itu?" 
"Sudah, aku sangat terkejut saat kabar pertunangan pangeran Dalbert tiba-tiba keluar."

Haechan menajamkan pendengarannya, dia ingin mendengar lebih banyak, meskipun dadanya terasa sakit secara perlahan sekarang menerima kenyataan pahit bahwa Mark rupanya bertunangan. 

"Apalagi yang menjadi tunangannya adalah Jaemin, padahal ku kira dia menyukai orang lain. Tapi dia menerima pertunangan itu." 
"Mana ada orang yang mau menolak dijodohkan dengan Putra Mahota bodoh."

Kemudian dua pemuda yang sedang berlatih pedang itu tertawa sebelum melanjutkan latihan mereka, Haechan menunduk, dia menatap bayangannya pada air sungai bening yang mengalir, menampakkan wajah dirinya. 

Tanpa sadar setitik air mata turun membasahi pipinya, membuat Haechan langsung menghapusnya, mengusap dengan punggung tangan. Dia tidak boleh sedih,

"Ini adalah hal baik, aku tidak boleh sedih." Haechan menyemangati dirinya sendiri kemudian kembali bermain dengan air atau menangkap ikan kecil untuk mengalihkan perhatiannya. Sekarang dia puna prioritas lain yang harus dilindungi, yaitu Renjun. 

*******

Sore sudah menyambut, Renjun sedang memasak untuk makan malam dibantu satu pelayan. Sedangkan Haechan? sekarang dia sedang dalam perjalanan kecilnya menuju ke toko untuk membeli beberapa bahan makanan yang habis. Haechan menawarkan diri sebenarnya, karena bisa saja pelayan yang membelikan, namun anak itu kukuh ingin membelinya. Haechan ingin menyendiri juga untuk memikirkan ucapan anak-anak di pelatihan tadi, memikirkan tentang Mark yang sudah menemukan pasangannya yang lebih baik dari Haechan tentu saja. 

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang