Halaman 27

4.6K 445 12
                                    

Malam ini pesta perayaan dilakukan, semua persiapan suah selesai meskipun dalam waktu dekat. Renjun dan Jeno membantu Mark menyiapkan semuanya dan Sungchan membantu dalam mengatur para prajurit untuk mendekor. 

Haechan mematut bayangannya di cermin, dia memakai baju yang khusus dibuatkan oleh penjahit ternama di kota ini untuk Haechan dan ini diberikan oleh Renjun untuknya. 

"Haechan, sudah?" kepala Renjun menyembul dari balik pintu kamar untuk memastikan apakah Haechan sudah selesai atau belum. Dan malam ini Haechan dengan balutan setelan jas berwarna hitam itu terlihat sangat yah tampan dan manis. 

Oh ya, Haechan masih tinggal bersama dengan Renjun tentunya. Haechan menolak untuk tinggal di istana meskipun Mark sudah meminta. Bagi Haechan dia masih tidak pantas berada di istana,  Mark juga belum membawa hubungan mereka ke publik, masih menjadi rahasia istana. 

"Sudah!" Haechan memutar tubuhnya kemudian berlari menghampiri Renjun, seperti biasa mereka akan berangkat berdua hari ini, oh tidak, bertiga karena Jeno menjemput mereka. Mark tadinya ingin ikut, tetapi semua orang melarang, orang yang punya acara tidak seharusnya pergi dari rumah. 

Mereka berangkat ke istana saat pukul enam meskipun acara dimulai jam tujuh, Mark kini sedang mengecek apakah semua persiapan berjalan dengan baik dengan memeriksa semua stok darah dan minuman yang disediakan. 

"Semuanya aman." ucap salah satu pelayan, Mark menganggukkan kepalanya.

"Persiapan untuk pesta utamanya juga sudah?" tanya Mark, ia memandang ke sekitar, sudah mulai ramai. 

"Hanya tinggal menunggu jawaban dari Tuan Weldon." mendengar itu Mark menganggukkan kepala kemudian menyuruh agar pelayan itu pergi, membiarkan Mark sendiri di dekat panggung  menunggu Haechan datang. Dan akhirnya yang ditunggunya datang, bersama dengan Renjun dan Jeno, anak itu nampak memisahkan diri dari Renjun dan juga Jeno, sengaja sepertinya karena tidak mau mengganggu duo sejoli itu. 

Haechan mengedarkan pandangannya mencari sosok Mark, "Huh ramai sekali, Markie jadi tidak kelihatan!" gerutu Haechan. Ia melompat kecil, menggunakan indra penciuman kucingnya kurang berguna disaat banyak orang disini, terlalu banyak bau. 

"Haechan." suara itu dibarengi dengan tepukan di bahunya, hybrid itu menoleh dan langsung tersenyum ketika mendengar suara orang yang dia kenali. 

"Markiee.." menahan hasratnya untuk memeluk, Haechan menggenggam tangan Mark sembari tersenyum. 

"Aku menunggumu." ucap Mark, tangannya bergerak mengusap pipi Haechan kemudian tersenyum. 

"Uhm, maaf lama." Haechan membalas, kemudian Mark menarik pelan tangan Haechan dan mengajaknya ke panggung. 

"M-markie...aku dibawah saja." ucap Haechan sembari mencoba untuk menarik tangannya, namun tarikan Mark semakin kuat membawa mereka menaiki tangga panggung. Haechan tak ada waktu untuk menolak, tidak mungkin dia membuat keributan juga di saat bahagia seperti ini. 

Akhirnya Haechan hanya bisa menundukkan kepala saat mereka sudah berdiri di depan altar dan Mark sudah siap menyampaikan pidatonya. Seorang pelayan berdiri disamping Mark membawa nampan berisi satu gelas darah.

"Baiklah, selamat malam semuanya, terimakasih sudah hadir dalam pesta kecil yang aku adakan untuk merayakan diangkatnya aku menjadi seorang Raja." Mark  memulai pidatonya, 

"Oleh karena ini, bersamaan dengan hari merah aku mempersembahkan sajianku untuk kalian semua. Dan nikmati malam ini dengan penuh kebahagiaan, dan juga ada satu hal yang ingin aku umumkan kepada kalian semua." Mark menepuk tangannya dua kali kemudian lampu mati dan hanya lampu panggung yang hidup. 

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang