Halaman 11

5.5K 579 13
                                    

Haechan menuruti permintaan Mark untuk kembali dalam bentuk kucingnya, namun anak itu tidak bisa berhenti mengeong sembari mengusapkan tubuhnya pada bagian tubuh Mark, entah kaki atau leher Mark ketika dia menggendong Haechan. 

Mark menghela nafasnya, hari sudah mulai sore dan mereka baru sampai di bawah jurang,

"Apa masih jauh?" tanya Mark. 

"Tidak, rumah orang tua itu sudah dekat. Kita bisa istirahat disana dan melanjutkan besok pagi." jawab Krystal, 

Memang tak jauh lagi, Mark bisa melihat ada gubuk kecil disana, tempat tinggal orang yang menjadi kepercayaan kakeknya untuk menyimpan pedang Gwait. Begitu sampai disana, lima prajurit berjaga bersama dengan kuda-kuda, kemudian Jeno dan Krystal bersama dengan Haechan menuju ke gubuk kecil itu.

"Coba kau periksa didalam sana ada kamar atau tidak? kalau ya, biarkan Haechan yang menggunakannya." titah Krystal. 

Mark menganggukkan kepala membalas ucapan Krystal kemudian dia memilih untuk masuk sembari menggendong tubuh kucing Haechan dengan senter ditangannya. 

Gubuk itu tak banyak barang dan ruangan, hanya ada tiga ruangan, ruang depan untuk tamu, satu kamar dan juga dapur kecil. 

"Kalau sudah kemarilah, aku akan memasak makanan untuk kalian." suara Krystal memasuki telinga Mark, namun pria itu tidak menjawab dan masih melanjutkan langkahnya menuju ke kamar untuk menaruh tubuh Haechan diatas kasur.

Tadinya Mark hendak pergi begitu menidurkan Haechan diatas kasur, namun Haechan menahan tangannya dan dia sudah merubah tubuhnya.

"Markie...panas..ngh..gatal.." Haechan meraba tubuhnya sendiri, peluh sudah membanjiri tubuhnya, suhu tubuhnya bahkan lebih panas dan Mark bisa merasakan itu. Melihat itu Mark meringis, bagaimana cara dia-

Belum sempat Mark menyelesaikan perdebatannya dengan hati nurani, Haechan sudah menarik tubuhnya hingga Mark terjatuh diatasnya. 

"Haech-"

"Ahh...Mark.." Haechan bergerak sendiri, menggesekkan tubuh bagian bawahnya dengan milik Mark yang masih tertutup kain, rahang Mark mengeras, dia masih pria normal dan dia sudah mengetahui banyak hal tentang sex. 

"Haechan hentikan." Mark menggeram, ia berbicara dengan suara rendahnya, ikut terbawa suasana. Atau mungkin dia sudah turn on. Mata biru Haechan menatap Mark dengan melas, matanya terlihat begitu memohon agar Mark membantunya agar rasa panas dan gatal ini tidak semakin menjadi. 

Keduanya saling bertatapan sejenak sebelum bibir Mark menempel di bibir Haechan kemudian melumat bibir itu dengan lembut, mata Haechan terpejam, tubuhnya menikmati sentuhan tangan Mark yang mulai mengusap perut Haechan. 

Penampilan Haechan masih sama, dia hanya memakai kemeja kebesaran, bedanya sekarang Haechan memakai celana pendek yang dibuatkan oleh Renjun khusus agar ekor Haechan tetap bisa bebas.

"Eumh..." tangan Mark menelusup masuk ke dalam kemeja putih itu, mengusap tonjolan kecil di dada Haechan kemudian memainkannya dengan jarinya. Dada Haechan membusung, Mark membuka matanya dan melepaskan pangutan mereka, menatap Haechan dengan kilat mata yang sudah penuh nafsu. 

"Markie...please..." Haechan berucap penuh dengan permohonan, matanya berkaca-kaca siap untuk menangis jika Mark tidak meneruskan tindakannya tadi. 

"Suka? hm?" Mark bertanya sembari memainkan jari telunjuknya diatas nipple Haechan, anak itu bahkan mendesah hanya karena sentuhan Mark disana. Tubuh Haechan sangat sensitif, bahkan hanya dengan usapan di perutnya berhasil membuat libido Haechan naik. 

"Sensitif sekali." Mark mengecupi leher Haechan, turun hingga ke bahu. Meninggalkan bekas disana, 

Haechan sudah diluar kendali, tubuhnya mengambil alih, pikirannya sudah kosong dan yang dia butuhkan hanyalah sentuhan Mark. 

ALEXANDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang