Renata Afriana

23 3 2
                                    

Elvie mengagetkan Renata yang sedari tadi menatap layar handphonenya menunggu Kiandra membalas teks darinya.

"Ren, pasien di kamar 04 baru aja meninggal. Kasian, kondisinya sedang mengandung 7 bulan"

"Hmm.. Atas nama siapa pasien itu?" Tanya Renata penasaran.

"Arzetha Lusiana, usianya baru 33 tahun. dr.Chris menghentikan persiapan obat untuk pasien atas nama itu, katanya baru saja meninggal dunia dalam keadaan hamil" Jawab Elvie sambil menikmati donat yang diberi oleh para perawat diruangan tersebut.

Renata terpaku dan membuka sosmednya, lalu mencari akun bernama Artapela Ziana dan melihat followersnya terdapat nama sang pasien. Ternyata itu kakak Ziana. Lalu ia menekan nomor telepon seseorang yang dikiriminya pesan tadi.

"Halo, Ki aku turut berduka cita. Aku kirim kamu pesan tapi belum kamu balas" Seru Renata pelan-pelan.

"Maaf, belum sempat buka handphone. Btw, makasih ya. Kamu dines apa sekarang?" Tanya Kiandra sambil celingukan melihat ke arah apotek dan berjalan menjauh dari Ziana dan keluarganya.
Ternyata..... Mereka, masih saling berkomunikasi. Ini faktor terbesar kenapa Ziana dilarang membuka  handphone Kiandra.

Sementara itu di ruangan tempat perawatan, Zetha sudah mulai dipindahkan ke ruang pemandian jenazah. Ziana mencari-cari sosok Kian untuk menitipkan barang-barang bawaan A Prio. Matanya menangkap sosok yang dicarinya itu berada dekat tangga darurat. Ketika tidak sengaja Kian melihat Ziana sedang menatapnya cepat-cepat ia menutup sambungan teleponnya dengan Renata.

                                     ***

"Aku menitipkan jus buah kesukaan kamu di kasir kantin bawah. Di minum ya, jangan sampai ga diambil, lho!" Klik. Telepon terputus. Renata mengintip dari balik kaca ruangan dan melihat Kiandra berjalan mendekati Ziana.

Wajahnya terlihat senang karena bisa mendengar suara Kiandra hari itu. Perasaan Renata yang masih meledak untuk Kiandra nampaknya bukan cinta ataupun sayang, tapi sudah menjadi sebuah obsesi karena ia tega mengkhianati suami dan anaknya demi masalalu yang telah ia campakkan 3 tahun yang lalu.

Renata Afriana, adalah seorang apoteker sekaligus mantan kekasih Kiandra yang usianya 2 tahun lebih muda dari Kiandra. Ia mandiri, memiliki ambisi yang kuat namun picik. Ia sosok perempuan yang Kiandra jadikan tolak ukur kesempurnaan seorang wanita.

Hidup bertahun-tahun dengannya tidak menjadikan Kiandra mengenal sosok Renata yang aslinya. Ia pintar memanipulasi keadaan dan bahkan Kiandra sering kali terhipnotis oleh tiap kalimat yang terucap dari bibirnya. Kiandra yang polos dan Renata si pandai merangkai kata.

Sesampainya dirumah, Renata langsung mengganti pakaiannya dan berbaring diatas ranjang yang masih berantakan belum sempat ia bereskan malam tadi sesaat sebelum berangkat kerja. Hendra terlihat lelah sekali dan sesekali memeluk Renata lembut.

"Yang, besok kita jemput Alea ke Padalarang yuk!" Ajak Hendra semangat. Renata hanya menganggukan kepala sambil menciumi pipi suaminya itu. Lalu membenamkannya pada pelukan, mereka pun menikmati sore itu didalam kamar sambil mencumbu satu sama lain. Renata memang pandai pula dalam bersikap. Ia bersikap manis pada suaminya namun menyimpan Kiandra dalam pikirannya.

"Kamu kayaknya happy banget hari ini. Apa karena besok akan jemput anak kita?" Tanya Hendra sesaat setelah mereka berhubungan suami istri. Renata hanya tersenyum dan bersandar di dada sang suami. Sudah jelas karena Kiandra lah ia jadi bersemangat dan senang hari itu.

Malam harinya Hendra tidur lebih cepat seperti biasanya. Jam kerja yang tidak teratur menjadi konsekuensi mereka ketika memutuskan untuk bekerja di rumah sakit. Renata mengelus lembut puncak kepala suaminya itu, lalu perlahan ia mengambil handphone dan mulai berselancar di dunia maya.

Kiandra Mahisa, ia mengetikkan nama itu di kolom pencarian sosmednya. Muncul profile dan foto Kian sedang berada di sebuah acara air softgun. Senyum Renata melebar dan ia kembali masuk kedalam akun pribadi miliknya.

Rindu pantai, rindu suasana dan tempatnya..
Rindu, Anyer.

Ketiknya di kolom status. Lalu ia tersenyum dan mulai menulis kembali,

4 tahun lalu Anyer adalah tempat berkunjung dan main ☺

Senyum Renata kembali mengembang.

Kian pasti lihat statusku ini, dan Ziana akan merasa terancam pastinya hehe..

Gumamnya dalam hati merasa puas. Malam itu ia tertidur lelap dan nyenyak. Hatinya merasa senang dan puas karena disaat Ziana sedang berduka namun Kiandra masih mau merespon telepon darinya. Entah iblis apa yang merasuki diri Renata, apapun yang berhubungan dengan masalalunya bersama Kian ia akan berubah menjadi perempuan picik dan munafik.

                                     ***

"Mama....... " Teriak Alea berlari dan memeluk Renata cepat. Wajahnya terlihat bahagia ketika sang mama dan ayahnya menjemput ia untuk pulang. 3 hari adalah waktu yang terasa begitu lama bagi Renata untuk tidak bertemu dengan putrinya itu. Hendra ikut memeluk dan mengecup kening Alea seraya memberikan marshmallow kesukaannya.

"Ayah, Alea dikasih roti unyil rasa cokelat lho!" Seru Alea sambil menunjukkan sekotak roti yang bertuliskan Kinara Bakery. Renata melihat kota roti itu dan tersenyum pahit. Lagi-lagi mantan tunangan Hendra mengirimi Alea makanan. Renata tersenyum getir sambil mengambil kotak roti tersebut.

"Nak, sayangnya putri sejati gak boleh banyak makan cokelat. Nanti giginya sakit!" Diberikannya kotak roti itu pada Hendra. Alea nampak sedih dan kecewa karena tidak bisa memakan roti pemberian Nara.

"Cepat buang itu!" Suruh Renata sambil menggendong dan membawa Alea masuk kedalam rumah bercat putih milik mertuanya. Hendra hanya melihat kota roti itu sekilas dan ketika ia akan membuangnya teringat ada bu Sri wanita tua yang hidup lama menjanda tinggal berdua bersama putrinya.

Cepat-cepat Hendra menuju rumah Bu Sri yang terletak tidak jauh dari rumah orangtuanya itu. Ia memberikan kotak roti tersebut pada Bu Sri dan anaknya.

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang