Ego

31 3 2
                                    

Makanan yang tersaji sedari tadi hanya ia tatap dan tidak disentuhnya sama sekali. Riza memperhatikan tantenya tersebut dengan tatapan bingung. Mata Ziana terlihat kosong, mimik wajahnya antara bingung dan sedih. Seminggu sudah tak ada kabar dari Kiandra, kali ini benar-benar mengusik pikirannya.

"Teu, are you okay?" Tanya Riza pelan-pelan sambil menyentuh lembut lengan Ziana.

"Hah? Emangnya kenapa? Enak kok enak spicy wingsnya , makasih ya!" Seru Ziana gelagapan sambil menunjuk makanan yang dibuat Riza itu lalu tersadar bahwa ia belum memakan bahkan menyentuhnya sama sekali. Riza hanya tersenyum dan mengerti kondisi Ziana yang sedang tidak stabil itu, lalu ia menyodorkan jus mangga pada tantenya yang sedang galau itu.

"It's okay, to be not okay teu!" Seru Riza sambil tersenyum manis. Tinggal bersama dengan sang nenek, kakek dan Ziana membuat ia mengerti dengan kepribadian setiap orang dirumah itu. Sepeninggal Arzetha, Riza memilih tinggal bersama dengan mereka. Ayahnya sudah menikah lagi dengan seorang janda beranak dua yang usianya tidak terpaut jauh dengan Ziana, bahkan terbilang masih kekanakan. Riza merasa tidak cocok dengan ibu tirinya tersebut dan memilih keluar dari rumah sang Ayah.

"Maaf ya, Riza. Bukannya ateu ga mau makan, tapi kayaknya butuh istirahat sebentar" Ziana meminta maaf karena sama sekali belum memakan spicy wings buatan keponakannya itu. Riza hanya mengangguk dan tersenyum. Hari itu mereka hanya berdua di rumah. Ibu dan Bapak Ziana sedang berada di luar kota karena ada pesanan catering.

Riza menjadi sosok gadis yang kuat dan penyabar sepeninggal Arzetha. Terlebih ketika Ayahnya memilih untuk segera menikah lagi ia tampak kecewa dan harus mendewasakan diri hidup tanpa dampingan seorang Ayah.

Di usianya yang baru menginjak kelas 1 SMK ia sudah banyak menelan pengalaman pahit dihidupnya. Bahkan A Prio sempat mengantarkannya ke pondok pesantren di luar pulau. Keputusan A Prio yang tidak sehati dengan Riza membuatnya terpukul dan mengalami stress. Yang pada akhirnya sang nenek menjemput ke pondok pesantren dan membawanya ke rumah.

Sejak saat itu A Prio tidak pernah berkunjung lagi ke rumah, bahkan biaya sekolah Riza pun dari sang nenek. Siang itu Riza membiarkan Ziana untuk menyendiri di dalam kamar. Tak lama terdengar suara isak tangis dari Ziana. Ia tak tega mendengarnya, lalu menghubungi nomor Kiandra di handphonenya. Namun tak ada jawaban, ia coba menelepon sekali lagi, kali ini terdengar suara operator memberitahu nomor yang dituju sedang sibuk.

****

Laptop yang menyala dari tadi hanya ia tatap dan tidak ada perubahan data apapun sama sekali. Kiandra menghisap rokoknya dalam-dalam dan melihat layar handphone bertuliskan nama Anriza disana. Ketika hendak mengangkat teleponnya dering pun berhenti.

Drrttt... Drrttt... Drrtt.. Drrtt...
Kali ini nama Renata terpampang di layar handphonenya.

"Halo, Ren ada apa?" Tanya nya lembut.

"Sore ini free ga? Ketemu yuk! Aku lepas libur nih" Seru Renata bersemangat. Kiandra berpikir sebentar lalu menerima ajakan mantannya itu untuk bertemu.

"Mau ketemu dimana? Alea gimana?" Tanya Kiandra bingung karena tidak mungkin Renata membiarkan anaknya bersama mertua hingga larut malam.

"Aman, tenang aja hehehe"

"Ok, deh kalo gitu. Kita ketemu di resto sate maranggi dekat RS kamu gimana?" Tanya Kiandra.

"Ok, see you Ki!" Renata menutup teleponnya dan tersenyum puas. Ia senang karena seminggu ini beberapa kali bertemu dengan Kiandra. Alih-alih agar bisa bertemu dengan masa lalunya itu Renata sampai harus berkorban mengambil jasa baby sitter tanpa sepengetahuan Kiandra.

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang