Boomerang

21 3 0
                                    

"Permisi, pak. Mohon maaf sebentar lagi kami last order" Pelayan itu kembali memberitahu Kiandra yang tengah terduduk dengan wajah muram. Tiga jam sudah ia menunggu kedatangan Ziana, namun batang hidungnya tak kunjung terlihat.

"Iya, saya tahu. Kitchen itu... " Kiandra menunjuk pintu di pojok ruangan dengan dagunya yang lancip. "Tempatku mencari uang dulu".

"Oh, iya mohon maaf pak" Nampaknya pelayan itu karyawan baru di resto tempat Kiandra dan Ziana bekerja dulu, sehingga ia tak tahu siapa Kiandra.

Diliriknya kembali jam tangan hadiah pemberian Ziana setahun yang lalu. Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, makanan yang telah dipesannya sudah dingin. Tak ada satupun yang Kian sentuh termasuk sop iga bakar kesukaan Ziana. Wine yang dipesannya sudah habis hampir setengah botol.

Apa dia lupa malam ini aku minta untuk ketemu? Atau bahkan pesanku tidak ia buka sama sekali??

Kian bertanya dalam hatinya. Firasatnya berkata buruk, mungkin perempuan yang dicintainya itu benar-benar sudah tak ingin memperbaiki hubungan mereka. Tiba-tiba ia mendapat ide untuk menelepon Sherly, menanyakan keberadaan Ziana. Ia tak cukup berani untuk bertanya langsung pada Ziana.

"Halo" Terdengar suara Sherly dari seberang telepon.

"Hmmm, maaf Sher ganggu. Ziana lagi bareng kamu ga?

" Ziana? Memangnya kalian ga ada komunikasi ya? Nomornya masih yang lama kok!" Alih-alih memberitahu Kiandra keberadaan sahabatnya itu dimana, Sherly mencoba mengorek informasi mengenai kelanjutan hubungan mereka.

"Hehe.. Bisa aja! Kami udah ga pernah ketemu dan komunikasi lagi Sher, aku kangen dia.. Aku mau minta maaf dan mencoba menebus kesalahanku. Kami belum ada kata putus.. " Jawaban Kiandra mengejutkan Sherly. Selama ini Ziana tidak memberitahunya bahwa hubungannya dengan Kiandra belum putus.

"Sorry, Kian aku juga udah beberapa hari ini ga ketemu dengan Ziana. Terakhir komunikasi pun hanya membahas soal job endorse di Medan nanti"

"Okay, Sherly ga apa-apa. Makasih ya, kalo kamu ketemu dia tolong sampaikan salamku!"

"Sabar ya, Kian. Semuanya butuh waktu, yang terbaik pokoknya buat kalian berdua, bye!" Klik. Sambungan teleponpun terputus.

Tak puas dengan jawaban dari Sherly, Kian memutuskan untuk berkunjung kerumah Ziana.
Hati dan pikirannya kembali tak tenang. Sesuai nasihat Kak Erik, kemudinya telah ia belokan ke arah yang semestinya, namun tujuan itu masih tak terlihat.

****

Klik. Sambungan telepon terputus. Raffa yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Sherly dan Kiandra merasa ikut bingung. Ia tak mengira bahwa Ziana sudah membohongi sepupunya, Bagaspati.

"Sher, kayaknya kamu mesti ngobrol berdua deh, sama Ziana"

"Iya, sayang. Harus. Secepatnya aku akan nemuin dia" Sherly menghela nafas panjang.

Tok.. Tok... Tok...
Terdengar pintu apartement Raffa diketuk beberapa kali oleh seseorang. Sherly bergegas membukakan pintu, ia terkejut melihat sosok yang ada dihadapannya.

"Sherly, ga mempersilahkan kita masuk nih?"
Ziana menengok sekilas kearah dalam apartement.

"Eh, iya masuklah!"

"Heh, Raff! Tumben hari Sabtu ga eksplore Bandung??" Agas menyenggol lengan Raffa.

"Kamu tuh, bucin!!! Asyik berdua mulu sekarang!"

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang