Sudah beberapa hari ini hujan terus mengguyur kota Bandung. Cuaca yang dingin dan basah menambah dramatis suasana duka di kediaman Ziana. Sesaat setelah proses pemakaman Zetha berlangsung, tampak keluarga besar masih berkumpul dan saling mengucap doa. Terlihat Sherly dari kejauhan turun dari mobil bersama Raffa dan seorang laki-laki yang sudah Ziana kenal sebelumnya, Agas.
"Zi, kami turut berduka cita" Seru Sherly sambil memeluk erat Ziana yang kala itu sedang bersama Riza. Raffa dan Agas ikut mengucapkan belasungkawa lalu menghampiri mama juga papa Ziana.
Kiandra yang saat itu sedang merokok dari kejauhan melihat Sherly, Raffa dan satu lagi entah siapa sosok laki-laki yang tidak dikenalinya cepat-cepat ia mematikan rokoknya lalu mencuci tangan.
"Raff, baru datang?" Tanya Kiandra basa basi. Raffa mengangguk sambil menjabat tangan Kiandra.
"Ki, kenalin dia Agas sepupuku" Seru Raffa memperkenalkan Agas. Seketika Kiandra ingat dengan telepon masuk di handphone Ziana saat di resto Padang kemarin.
"Halo, Agas!" Katanya memperkenalkan diri dan membuyarkan lamunan Kiandra. Sosok Agas yang oriental dan terlihat friendly namun cuek membuat Kiandra sedikit merasa tidak nyaman. Ia takut Ziana akrab dengan laki-laki itu, sementara sosok Agas tersebut adalah type pria idaman Ziana. Kian hanya menjabat tangan Agas sekilas dan cepat-cepat ia menghampiri kekasihnya yang sedang mengobrol dengan Sherly.
"Zi, itu?" Tanya Kiandra sambil menunjuk sosok Agas yang sekarang sudah duduk di samping A Prio dan Raffa.
"Apa sayang?" Ziana masih bingung.
"Laki-laki yang waktu itu telepon ke kamu, dan kamu bilang sepupu Sherly?" Kian menjelaskan. Ziana baru tersadar bahwa saat itu ia bilang Agas adalah sepupu Sherly.
"Oh, ehm.. Iya, sepupunya Raffa. Sorry kemarin aku lagi kalut sayang, jadi bicaraku melantur" Jawab Ziana gelagapan. Kiandra hanya mendengus dan duduk agak menjauh dari mereka. Sherly sadar dengan situasi yang tidak nyaman itu lalu mengusap lembut lengan Ziana yang terlihat sedih.
"Ga usah dipikirin, bukan masalah besar kok Zi. Dia saja yang ga bisa membaca situasi, ga dewasa" Ujar Sherly kesal.
Sore harinya Sherly, Raffa dan Agas pamit pulang. Ketika sedang mengantarkan mereka menuju mobil, Ziana terkejut Agas tiba-tiba memberinya sekotak permen karamel bertuliskan bahasa Taiwan yang pasti tidak Ziana mengerti.
"Zi, kemarin aku mau kasih ini buatmu. Tapi karena kamu ga bisa diajak ketemu jadi aku kasih sekarang. Bukan hal gede sih, cuma kalo kamu suka next time bisa aku bawain lagi dari sana" Katanya semangat.
"Gas, ga usah repot-repot padahal" Seru Ziana tidak enak. Ia tidak sadar bahwa dari kejauhan Kiandra terus mengawasi mereka. Kiandra memperhatikan sambil berbalas pesan dengan Renata. Agas hanya tersenyum dan memperlihatkan deretan gigi dan gingsulnya yang manis. Ziana langsung melempar pandangannya kearah lain, ia takut terpesona untuk kesekian kalinya oleh senyum manis Agas.
Tak sengaja pandangannya terhenti pada sosok Kian yang terlihat asyik melihat layar handphone. Ziana kembali terlihat sedih dan kesal, bisa-bisanya situasi seperti ini Kiandra masih saja autis dengan handphonenya. Tak lama rombongan keluarga lain ikut menyusul pulang satu persatu.
"Ki, malam ini kamu nginep disini ya, temenin aku, please" Bujuk Ziana lembut sambil menyandarkan kepalanya di lengan Kiandra.
"Aku harus ke kantor besok Zi, ada karyawan baru yang harus aku training" Kata Kiandra merasa tidak enak. Tangannya merapikan lembut rambut Ziana yang tampak semrawut.
"Kamu kan bisa berangkat dari sini Kian, bajumu juga ada beberapa disini" Ziana masih berusaha membujuk. Akhirnya Kian luluh dan mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flummox
FanfictionKetika kamu ingin menangkap 2 kelinci sekaligus, maka sampai kapanpun kamu tidak akan pernah mendapatkan keduanya. Kalimat itu terus terngiang dalam pikiran Artapela Ziana, perempuan berusia 25 tahun yang mandiri, baik hati, tangguh, namun naif dan...