Awal yang Menjadi Indah

13 2 0
                                    

4 bulan berlalu sejak Kiandra dan Ziana kembali menjalin hubungan. Tak banyak perubahan dengan hubungan mereka, hanya saja kali ini sosok Kiandra menjadi lebih act of service, tak seperti dahulu ketika diawal pacaran.

"Zi, kamu gak mau ambil kerjaan bareng Sherly lagi? why?"

"Mau kok, sayang. Tapi gak sekarang-sekarang, Sherly masih harus fokus ke kontrak brand ambassador rokok elektriknya, aku gak mau ganggu aktifitas dia" jawab Ziana hati-hati.

Sebenarnya itu hanyalah sebuah alibi, alasan utama ia mengurangi sejumlah pekerjaan dengan sahabatnya itu karena tak mau terus menahan rasa bersalah atas sikapnya terhadap Agas. Mungkin perlu beberapa waktu hingga semuanya dapat kembali normal.

Kiandra yang sedang asyik bermain games di handphonenya melirik sepersekian detik ke arah sang kekasih. Siang itu Kak Dini dan Erik sedang mengantarkan Mama Henny ke bandara.

"Ki, kapan-kapan ajak aku ke Aceh dong, ketemu sama mama dan keluargamu disana" seru Ziana mengejutkan Kiandra.

"Hah? wait.. wait sayang aku tuntasin dulu gamesnya ya, sebentar lagi kok!"

"Hmm...." Ziana membuang nafasnya keras-keras. Kiandra yang tak sengaja lihat ekspresi Ziana sudah mulai kesal seketika melempar handphonenya ke atas sofa.

"Iya... iya... Ziana yang cantik, ayo kita kesana. Aku ambil cuti bulan depan ya!" Kiandra memeluk Ziana dari balik punggungnya gemas.

"Serius?? Emang kamu udah siap bawa aku ketemu keluarga disana?" Ziana membelalakan matanya tak percaya.

Kiandra hanya mengangguk semangat. Bibirnya tersenyum lebar dan mencium manja pipi sang kekasih.

"Thanks Ki... akhirnya kamu berani juga bawa aku kesana, ke tanah kelahiranmu" Ziana terharu, tak terasa sampai menitikan air matanya.

"Uh... cup.. cup.. cup.. jangan sedih gitu dong!" Kiandra mengejek sambil mengelap air mata Ziana dengan ujung kaosnya.

"Happy iniiii, terharuuu bukan sedih, huft!" Kali ini Ziana memukul pelan dada dan lengan Kiandra.

"Hahahahah, oh.. terharu... hahaha" Kiandra gemas sendiri melihat tingkah Ziana. Sambil terus memeluknya dari belakang, ia menghujani dengan ciuman-ciuman kecil di pipi sang kekasih.

Penantian serta kesabarannya selama beberapa tahun hingga sempat putus hubungan akhirnya berakhir manis. Kini Kiandra mulai memberanikan diri memperkenalkan Ziana secara khusus sebagai kekasihnya pada keluarga besarnya terutama mama Henny.

****

Riza terus memompa balon-balon berwarna hitam, putih dan silver bersama teman-teman. Pita berwarna senada menjuntai di beberapa sudut rumahnya. Sambil sesekali melirik ke arah jam dinding ia terus menyelesaikan acara kejutan dari Kiandra untuk Ziana itu.

"Ayo cepat keburu Ateu pulang!" Riza seketika berubah seperti seorang mandor bangunan.

"Aduh, Za... lagian kenapa sih, ngotot banget buat bikin acara dirumah? Padahal udah bagus acaranya di Caffe seperti kata Om Kian" gerutu Maitza teman sekaligus tetangga Riza.

"Aku mau ikut andil di acara bahagia Ateu Ziana, aku gak mau peran pentingku terganti oleh EO-EO atau jasa planner acara-acara gitu lah pokoknya" jawab Riza menggebu-gebu. Matanya kembali melirik ke arah jam dinding. Sudah mulai masuk waktu pulangnya Ziana. Bersamaan dengan itu dekorasi-dekorasi kecil namun indah yang dibuatnya bersama teman-teman pun rampung.

Dugaan Riza benar, tak berapa lama terdengar suara mobil terparkir di halaman rumah.

"Ki, kamu mampir dulu ke dalem kan?" tanya Ziana sambil menutup pintu mobil.

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang