Malam itu Kiandra menatap ribuan bintang dari balkon apartementnya. Diliriknya jam tangan yang menunjukan pukul 22.00 WIB, sebentar lagi Renata pulang dinas. Rokok yang sedari tadi dihisapnya perlahan mulai habis.
Drrtt... Drrt.. Drrtt...
"Halo, Ay udah beres kerjanya?"
"Udah Ay, ini mau keluar Rumah Sakit. Kamu mau makan nasi goreng gak? kalau mau aku beli" suara Renata terdengar dari seberanh telepon.
"Boleh, makan disana aja deh aku sekalian jemput" Kiandra bergegas mematikan rokoknya dan bersiap-siap menuju Rumah Sakit.
"Okay, hati-hati Ay!"
15 menit kemudian Kiandra sudah berada di kedai nasi goreng depan Rumah Sakit tempat kekasihnya bekerja. Apartement tempat mereka tinggal memang tidak jauh dari Rumah Sakit. Sesampainya disana terlihat Renata sedang duduk manis sambil memainkan handphonenya. Aroma nasi goreng kesukaannya menyambut kedatangannya malam itu.
"Ay, udah di buatin tuh nasi gorengnya. Telornya di dadar, sambelnya jangan terlalu banyak, kerupuknya yang udang" seru Renata sembari memasukan handphonenya ke dalam tas dengan cepat.
"Iya, makasih Ayangnya Kian hehe" Kiandra tersenyum manis sambil duduk sebelah Renata.
"Mobilnya kemana mas? Kok tumben pakai motor" tanya si mas tukang nasi goreng kepo.
"Lagi dipakai kakak mas" jawab Kian ketus.
"Ay..." diusapnya tangan Kiandra lembut, Renata tahu bahwa kekasihnya itu tidak menyukai cara tukang nasi goreng yang terlalu banyak ingin tahu.
"Kayaknya di bungkus aja deh, makan di apart lebih nyaman!" Kian berlalu meninggalkan Renata yang masih kebingungan.
"Mas, dibungkus aja ya!" Renata menghela nafas panjang.
Sesampainya di apartement alih-alih memakan nasi goreng yang di belinya, Kian malah kembali menyalakan rokok dan duduk di balkon. Renata yang sudah paham kalau kekasihnya itu sedang kesal berusaha menenangkan.
"Ay, maaf ya semenjak aku gak di biayai lagi oleh ibu kamu jadi harus jual mobil untuk menyewakan apartement ini" Renata mencoba meminta maaf.
"Gak apa-apa, lagian ini juga kan tempat tinggalku" Kian tersenyum tipis. "Lagian sekarang udah ada motor juga kan, motornya pun motor impianku selama ini"
"Makasih ya Ay udah selalu memprioritaskan aku" Renata mengecup bibir Kiandra yang sedikit beraroma asap rokok.
"Cepet tidur gih, besok kita ke Anyer!"
"Lho, kamu tahu dari mana aku ambil cuti besok?" Renata keheranan.
"Ketemu Eva tadi di basement pas mau jemput kamu tadi Ay, dia bilang kalau kamu ambil cuti 2 hari. Jadi aku berniat ngajak kamu liburan ke pantai" Kiandra bersemangat.
"Tapi Ay...."
"Kenapa? besok hari ulang tahunmu juga kan?" tanya Kiandra bingung.
"Aku harus pulang ke rumah ibu, tadi siang Lena telepon, ibu sakit katanya bolak balik terus ke toilet" Renata tertunduk lesu.
"Buang air terus ya? penyakitnya lagi kambuh ya ibu..Ya, udah kalau gitu aku anter kamu pulang aja. Kita bisa ke Anyer next time" Kiandra tampak sedikit kecewa namun tidak bisa memaksakan.
"Sorry ya Ay.."
"Hehe, kamu minta maaf terus hari ini Ay.. belum juga lebaran" Kini Kiandra berusaha menghibur Renata yang merasa bersalah.
Dipeluknya kekasihnya itu dengan lembut, dikecup bibirnya, lalu Kiandra menarik tangan Renata mengajaknya masuk ke dalam apartement.
Malam itu mereka memadu kasih seperti layaknya suami istri. Kehidupan mereka memang seperti layaknya orang yang sudah menikah. Tak ada satupun keluarga Renata yang mengetahui hal ini, namun semua keluarga dari pihak Kiandra sudah tahu bahkan mama Henny sekalipun.
Mama Henny sangat mendukung hubungan mereka, di matanya sosok Renata merupakan kriteria calon menantu ideal dengan melihat latar belakang keluarga dan profesinya saat ini jika di bandingkan dengan seorang Ziana. Jauh sebelum Renata bekerja, bahkan saat ia masih menduduki bangku perkuliahan untuk tempat tinggal pun sempat dibiayai oleh Mama Henny. Tak heran jika sosok Renata yang pandai merangkai kata ini dapat mengambil hati seorang Mama Henny.
****
Sepulangnya Renata dari rumah sang Ibu ia diajak Kiandra ke daerah Dago atas, Bukit Bintang namanya. Salah satu tempat populer untuk nongkrong para muda-mudi di Kota Bandung yang memiliki citylight terbaik dan indah. Kiandra berniat melamar Renata yang sudah hampur 3 tahun dipacarinya itu disana. Niat awalnya akan melamar di Anyer saat ulang tahun Renata kemarin, namun rencana itu gagal.
"Nih, Ay minum dulu biar hangat badannya" Kiandra menyodorkan segelas kopi susu panas pada Renata. Aroma wangi kopi tercium menggoda. Renata menyeruput sedikit demi sedikit kopi yang masih panas itu.
"Ay, gimana kalau habis lebaran nanti kita ajak keluargamu dan keluargaku yang di Aceh untuk silaturahmi, ya seperti makan siang bersama gitu" Ajak Kiandra bersemangat.
"Hah? uhuk.. uhuk.." Renata tersedak.
"Pelan-pelan minumnya, masih panas juga kok!" Kiandra menepuk-nepuk punggung Renata lembut.
"Hmm.. mendadak banget sih Ay, kayaknya next time deh" jawab Renata berkelit.
"Kenapa? menurutku sih, enggak mendadak karena hubungan kita aja udah mau 3 tahun lho, siapa tau bisa lebih cepat ke jenjang pernikahan kan kalau keluarga kita udah saling mengenal"
"Tapi Ay, sejujurnya..." Renata ragu.
"Kamu kenapa Ay? gak mau jadi istri aku?"
"Bukan gitu Ay, sebenarnya aku mau ngomong ini dari beberapa bulan yang lalu. Maaf sebelumnya, aku mau kita stay di tempat yang terpisah. Aku mau lebih mendalami ilmu agama Ay, dan percuma kalau kita masih tinggal di satu atap yang sama" Renata mencoba kembali berkelit.
"Ayo, kita sama-sama berubah menjadi pribadi yang lebih agamis. Kalau kita udah jadi suami istri kan bisa tinggal bersama dan menuntut ilmu agama bareng-bareng Ay" Kiandra berusaha meyakinkan Renata.
"Iya Ay betul, tapi aku belum siap ke jenjang pernikahan, aku masih mau membahagiakan ibuku"
"........" Kiandra terpaku. Rencananya melamar sang kekasih gagal. Kiandra heran dengan sikap Renata yang terbilang aneh ini. 2 tahun lalu sosok kekasihnya itu sangat bersemangat untuk segera menikah ketika sudah selesai pendidikannya, namun beberapa bulan belakangan ini justru ia selalu mencoba mengalihkan topik pembicaraan dari rencana pernikahan bahkan malam ini malah menolak ajakan Kiandra.
"Kita pikirkan lagi nanti di apart" Jawab Kiandra singkat. Hatinya hancur dan masih tak menyangka dengan penolakan Renata malam itu. Ia merasa ada sesuatu yang janggal dari kekasihnya itu beberapa bulan ini.
"Maaf Ay, kamu jangan berubah sayang ya. Aku sayang banget sama kamu" Renata memeluk Kiandra perlahan.
"Ayo kita pulang!" tak menunggu lama Kiandra menyalakan motornya dan memberikan helm abu milik Renata yang ia beli ketika menjual mobilnya untuk membantu kebutuhan Renata.
****
Kiandra termenung lama sembari menyesap rokoknya dalam-dalam. Sudah beberapa hari ini sejak Mama Henny menyebut nama Renata di Rumah Sakit kini ia kembali mengingat-ingat kenangannya bersama sang mantan kekasihnya itu.
Hingga saat ini masih menjadi pertanyaan apa faktor yang membuat Renata menolak ajakannya untuk menikah, namun setengah tahun sejak mereka memutuskan untuk berpisah Renata malah menikah dengan laki-laki lain. Hal ini tentunya yang membuat Kiandra merasa masih ada hal yang belum selesai dengan Renata, pun sebaliknya.
Kiandra lupa, bahwa apapun yang terjadi di masa lampau hanyalah suatu pembelajaran yang mestinya di pahami, bukan kenangan yang harus kembali di tapaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flummox
FanfictionKetika kamu ingin menangkap 2 kelinci sekaligus, maka sampai kapanpun kamu tidak akan pernah mendapatkan keduanya. Kalimat itu terus terngiang dalam pikiran Artapela Ziana, perempuan berusia 25 tahun yang mandiri, baik hati, tangguh, namun naif dan...