Semestanya Bukan yang Semestinya

18 2 0
                                    

Sepeda motor maticnya terparkir di pekarangan rumah Ziana, Agas terlihat duduk santai sambil berbincang dengan Papa Darwan di kursi bambu teras rumah kekasihnya itu.

"Ateuuuu, ya ampun ga nyangka ya cepet banget move on nya!" Riza menatap lekat kedua mata Ziana yang sedang dipasang soflense.

"Setelah dewasa nanti kamu akan merasakan hal yang sama jika mendapatkan kekasih seperti Om Kian, tapi ateu berharap pengalaman ini ga menimpa kamu juga" Ziana melirik keponakannya itu sekilas.

"Perasaan Om Kian baik-baik aja kok, hmmmm apa karena Om Oppa mirip Tae Hyung BTS??"
Riza tersenyum jahil menggoda Ziana.

"Tae hyungggg, apanya yang mirip coba? Sama-sama berdarah Korea belum tentu mirip lho!"

"Tapi Om Oppa imutnya sama kayak Tae Hyung teu, terus pinter juga, family man juga, ah paket komplit lah... " Riza mendeskripsikan sosok Bagaspati berlebihan sambil membayangkan wajahnya.

"Lebay deh, ah! Lagian Om Oppa Om Oppa... Agas! Bagaspati tarniiiiii" Ziana melengos meninggalkan keponakannya itu yang masih terlihat membayangkan sosok Agas.

Papa Darwan masuk kedalam rumah membawa cangkir kosong bekas teh manis hangat yang dihidangkan untuk Agas sebelumnya.

"Eits.. Pah, kok udh dibawa masuk lagi cangkirnya?" Ziana menghentikan langkah Papanya itu.

"Mau di refill lah"

"Ga usah Pah, Zi udah mau berangkat kok sekarang"

"Sekarang? Cepet amat, pulangnya diantar lagi kan?"

"Iya lah, masa sendiri"

"Good. Ngomong-ngomong Zi, Papa setuju dengan dia" Seru Pak Darwan tiba-tiba mengagetkan Ziana. Padahal sosok Papanya itu bukanlah orang tua yang suka mencampuri urusan pribadi sang anak apalagi komentar ini itu. Ziana mengerutkan kening keheranan. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya dengan sikap dan perkataan sang Papa.

"Bye, Pah. Assalamu'alaikum!" Ziana berpamitan tanpa merespon komentar Papa Darwan. Ia speechless, bingung harus menjawab apa. Agas tersenyum saat melihat sang kekasih sudah siap berangkat dengan penampilannya yang rapi dan cantik.

Keduanya menuju kedai kue balok kesukaan mereka di Jalan Pasteur. Jalanan basah bekas hujan siang tadi mengiringi perjalanan mereka.

"Zi... Kau cantik hari ini, dan aku sukaaaaa"

Agas bernyanyi menggoda sambil melirik Ziana melalui kaca spion. Tangannya yang satu menggenggam lengan kekasihnya itu di pinggangnya.

"Gombalisme, ah! Hehe" Ziana tersenyum malu namun bahagia. Agas selalu saja bisa membuatnya tenang dan nyaman.

"Zi, malem ini kita kemana ya?"

"Lah, dikira ngajak keluar tuh udah ada tujuan"

"Ya, ada. Ini, ke kue balok kesukaan kita. Maksudnya.. abis dari situ kita kemana lagi gitu" Agas melirik Ziana sekilas.

"Soju hahaha"

"Ngga, ah! Minum mulu, tar bego!" Agas menggoda kekasihnya itu. Ia tau betul bahwa Ziana sangat menyukai minuman khas Korea itu.

"Amit-amit! Kita minum santai, sambil nikmatin lagu klasik" Ajak Ziana semangat. Agas terlihat ragu. Ia masih teringat kala terakhir Ziana mabuk sampai tak sadarkan diri.

"Kita lihat nanti ya!"

"Hmmm... "

Sesampainya di kedai kue balok nampak terasa lengang tidak seramai biasanya. Dua sejoli itu memilih duduk di lantai tiga dekat jendela dengan pemandangan jalan layang Pasupati, icon kota Bandung.

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang