6 bulan kemudian..
"Kamu pakai jasa EO yang keren Sher, terima kasih banyak!" Ziana tersenyum puas melihat gedung yang di sewa untuk acara launching buku perdananya.
"Buat kamu apa yang ngga sih, Zi! Ini hari bahagiamu, enjoy your moment, please!" Sherly memeluk Ziana erat.
Menurut keluarga dan sahabatnya banting setir menjadi seorang penulis adalah hal yang tepat bagi Ziana. Ia bisa mengenang saat-saat bersama mendiang Kiandra melalui sebuah karya tulis. Tak hanya itu, kini Ziana dapat memiliki sebuah buku yang dapat menginspirasi banyak perempuan agar tidak larut dalam kesedihan dan keterpurukan, karena perempuan itu bukanlah makhluk yang lemah. Tuhan menciptakan perempuan sebagai sosok yang tangguh.
"Boleh, silahkan untuk yang mau antri minta tanda tangan disebelah sini, ya!" seru MC kepada para pembeli buku Nadi Yang Terambil karya Artapela Ziana.
"Halo, terima kasih banyak ya!" Ziana tak melempar senyumnya kepada para pembeli buku. Ia tak menyangka launching karya tulisnya akan seramai ini.
Kekuatan digital marketing Raffa menyulap nama Ziana terkenal begitu saja. Bahkan jauh sebelum hari launching buku Nadi Yang Terambil sudah banyak yang merequest untuk cepat terbit.
"Kamu hebat sayang, terima kasih ya udah bantu Ziana sampai di titik ini!" Sherly merangkul lengan Raffa.
"Ziana lebih hebat sayang"
"Ini kado terindah dari Tuhan buat dia"
"Eits, kayaknya ada yang lebih indah lagi, deh!"
"Hah? apa tuh?" Sherly penasaran.
Raffa melempar tatapannya ke arah antrian pembeli buku. Jarinya menunjuk seorang lelaki yang sedari tadi memegang buku dan bucket bunga.
"Terima kasih sudah menepati janji, Zi. Kamu sembuh dan jauh lebih bahagia lahir batin disaat kita bertemu lagi sekarang, kamu hebat!"
Terdengar suara lelaki yang tak asing bagi Ziana. Ia mendongakkan kepalanya ke arah sumber suara...
Laki-laki itu tak henti melemparkan senyuman manisnya. Gigi gingsulnya terlihat ketika ia tertawa. Aura positifnya selalu menular ke orang-orang di sekelilingnya. Tampak beberapa pengunjung yang antri terpesona oleh mata sipit dan senyumnya yang merekah.
****
1,5 tahun yang lalu..
Gas, kamu udah lihat berita??Suara Raffa terdengar panik dan khawatir di seberang telepon.
"Iya, Ziana gimana??" Tangan Agas mengepal, punggungnya menegang.
Ziana sangat terpukul, Sherly setiap hari nginep di rumahnya. Kamu kapan balik??
"Kemungkinan tahun depan, aku ambil perpanjangan kontrak kemarin"
Ya, sudah gak apa-apa. Kamu yang sehatya disana, sampai jumpa Gas!
"Thanks, Bro!"
Klik.
Sambungan telepon terputus. Agas terus mengganti channel televisinya, ia tak mau terlewat sedikitpun berita mengenai kecelakaan pesawat di Indonesia yang menimpa sosok Kiandra."Nick, kayaknya ini tahun terakhir aku kerja disini. Selesai kontrak aku mau balik Indo"
"Apapun yang terbaik buat kamu, aku dukung. Semoga dengan kembalinya kamu ke Indo bisa jadi obat buat Ziana"
"Ngga, aku tahu dia lebih kuat dari yang kita bayangkan. Aku yakin dan sangat percaya sepulangnya aku ke Indo, aku akan lihat dia yang bahagia dan sehat lahir bathinnya"
"
Aku percaya kamu, Gas!" Nicko tersenyum dan yakin dengan perkataan sahabatnya itu. Ia tahu meski Agas sering tak bersama Ziana, namun ia sosok yang sangat mengenal baik perempuan yang dicintainya itu.
1 tahun kemudian..
"Halo, Brother! welcome home!" Raffa memberi kejutan Agas dengan menjemputnya tiba-tiba ke bandara.
Dejavu. Agas teringat kali pertama bertemu Ziana. Saat itu ia pulang ke Indo lalu dijemput oleh Raffa, Sherly, dan Ziana.
"Hei, dikasih surprise malah bengong!" Raffa mengejutkan Agas yang termenung mengingat kenangan pertamanya bertemu Ziana.
"Hahaha, thanks bro!"
"Aku tahu kenapa kamu bengong!" Raffa menggoda Agas, seakan-akan bisa membaca pikiran sepupunya itu.
"Gila.... 2 tahun ga ketemu sekarang udah jadi paranormal ya! Tapa di gunung mana nih, bagi-bagi ilmunya!" Agas tak kalah menggoda Raffa. Keduanya berangkulan dan saling melempar candaan.
Mereka segera menuju kediaman Agas untuk bertemu dengan ibunya. Sepanjang perjalanan Raffa terus memberikan sejumlah informasi mengenai kegiatan dan keadaan Ziana.
"Dugaanku benar Raff"
"Apa?"
"Ziana tangguh. Ia dapat cepat bangkit, bahkan sekarang jauh lebih bahagia sepertinya"
"Iya, dia hebat Gas. Aku dan Sherly juga ga menyangka dengan sosok Ziana sekarang"
"Aku mau jadi masa depannya dia Raff. Aku siap terus ada di samping dia" Seru Agas. Kali ini benar-benar Raffa yang dibuatnya terkejut.
"Kamu masih berharap?" Raffa keheranan.
"Bukan berharap. Tapi apa yang aku rasa selama ini aku cinta dia, dan ini tulus" Agas melemparkan pandangannya ke jalanan. Ia mengenang masa-masa bersamanya dengan Ziana.
Pada pertemuan terakhirnya dengan perempuan yang dicintainya itu, ia meminta agar Ziana dapat bangkit, dan mengobati dirinya sendiri. Ia juga menyuruh agar Ziana lebih mencintai dirinya sendiri sebelum mencintai orang lain. Pada akhirnya sekarang, janji yang sempat terlupa itu secara tak sengaja ditepati juga. Ia akan bertemu dengan sosok Ziana yang jauh lebih bahagia dan mencintai dirinya sendiri secara sempurna.
Setiap orang akan berubah sesuai dengan waktunya. Entah menjadi lebih baik atau tidak. Setiap orang yang menginginkan perubahan dalam hidupnya untuk menjadi lebih baik tentu akan direstui oleh semesta dan Sang Pencipta. Begitu juga Kiandra. Ia diberikan waktu dan kesempatan untuk memperbaiki segala kesalahannya terhadap Ziana. Kiandra yang dulu cuek, posesif, sulit move on dari masa lalunya, dan tidak memiliki pendirian tetap, di sisa usianya ia merubah itu semua. Meski tak sempat menjadi seorang suami, namun di sisa hidupnya ia berhasil memberi kebahagiaan pada Ziana.
Artapela Ziana. Perempuan yang dulunya dikenal naif, lemah, plinplan dan sering membingungkan ini sekarang menjadi sosok yang lebih tangguh dari sebelumnya. Ia lebih bisa mencintai dirinya sendiri, lebih memperhatikan perasaannya sendiri, teguh pendirian dan kini ia bertumbuh menjadi perempuan hebat dengan sebuah prestasi di hidupnya. Pengalaman demi pengalaman telah ia lalui, dan kini titik dimana ia siap memulai hidup yang baru dengan orang lama yang datang kembali memberikan sejuta kebahagiaan yang tak kalah indahnya dengan saat-saat bersama mendiang Kiandra.
Bagaspati Wiratama. Kesabarannya yang tak terbatas membuat semesta merestui keinginan dan harapannya. Apa yang telah di idamkannya selama ini sekarang dapat ia miliki seutuhnya dengan jalan dan waktu yang tepat. Meski ia harus rela menjadi penghuni hati Ziana bersama dengan mendiang Kiandra yang selamanya tak akan pernah hilang ditelan oleh masa.
Semuanya berjalan sesuai restu semesta. Apa yang semestinya dimiliki, sejauh apapun jaraknya, selama apapun waktunya, ia akan kembali sesuai dengan rencana-Nya dan dengan cara-Nya yang sangat indah pula. Inilah hadiah dari Tuhan, sebaik-baiknya takdir.
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flummox
FanfictionKetika kamu ingin menangkap 2 kelinci sekaligus, maka sampai kapanpun kamu tidak akan pernah mendapatkan keduanya. Kalimat itu terus terngiang dalam pikiran Artapela Ziana, perempuan berusia 25 tahun yang mandiri, baik hati, tangguh, namun naif dan...