Harapan dan Kesempatan

24 3 2
                                    

"Kapan balik, bro?" Terdengar suara Raffa dari sebrang telepon dan sebrang pulau.

"InsyaAllah Selasa, jemput lagi ga nih, di bandara?" Seru Agas menggoda sepupunya itu sambil melipat baju-bajunya kedalam koper. Dilihatnya permen karamel yang dulu sempat ia beri pada Ziana. Ia ingat bahwa kelak ketika dirinya bekerja kembali di Taiwan dan akan pulang ke Indo akan membawakan permen karamelnya lagi. Senyum tipis tersungging di bibir mungil Agas. Cepat-cepat ia masukkan beberapa bungkusan permen karamel itu kedalam kopernya karena takut tertinggal.

Dalam hati kecilnya ia sudah tak sabar untuk bertemu kembali dengan Ziana. 4 bulan sudah mereka tidak bertemu, bahkan komunikasi pun jarang sekali. Ada secercah harapan dan kesempatan bagi Agas kepulangannya ke Indo kali ini.

Klik. Sambungan telepon pun terputus.

Zi, besok Rabu sore/malam free ga?

Sambil mengetik pesan senyum Agas semakin melebar. Matanya yang sipit terlihat hanya garis tipis di wajahnya. Menit demi menit balasan pesan belum juga ada, matanya terus tertuju pada layar handphone.

Sorry, baru balas Gas. Sejauh ini belum ada schedule apa-apa sih, ada apa nih?

Balasan pesan dari Ziana pun terlihat di notifikasi handphone Agas. Secepat kilat ia membuka layar handphonenya itu, bibirnya mulai tersenyum lagi, kali ini deretan gigi rapi dan gingsulnya terlihat.

Ketemu yuk, mau? Square Bar?

Tanya Agas tanpa berbasa basi lagi.

Ketemu? Memangnya kamu udah di Indo ya, sekarang??

Ziana tampak kaget. Matanya membulat lalu tanpa sadar ia terduduk sambil tersenyum. Ia tak kalah bersemangatnya dengan Agas. 4 bulan waktu yang cukup bagi mereka saling berjauhan jarak. Selama itu pula mereka berkomunikasi untuk lebih mengenal diri satu sama lain. Hanya saja belakangan ini karena sibuk dengan job endorse dan foto Ziana sudah jarang chatting dengan Agas. Terlebih ia tidak mau Kiandra menjadi salah paham.

Belum, Zi. Ngambil penerbangan Selasa pagi. Jadi.. Gimana nih, bisa ketemu ga?

Agas tak sabar mendengar jawaban Ziana soal ajakannya itu.

Bisa, Gas. Bisa!

Ziana semakin bersemangat. Ia rindu sosok Agas yang selalu membawa positive vibes di hidupnya belakangan ini. Dan entah kenapa di saat ia sedang galau oleh Kiandra, Agas seolah menontonnya dari Taiwan. Agas selalu datang atau sekedar berkabar. Entah Sherly yang memberi tahu kondisi Ziana yang sedang galau atau memang hanya kebetulan semata.

Agas tersenyum lebar dan bahagia. Saking senangnya ia bersorak kegirangan layaknya orang sedang menonton pertandingan bola. Harapan yang tadinya hanya 30% sekarang bertambah menjadi 50%. Meski ia tak tahu apakah harapan dan kesempatan yang ada sekarang dapat sesuai dengan ekspektasinya atau tidak. Tiba-tiba sosok Kiandra terlintas dalam pikirannya, kegirangan yang hanya sepersekian detik itu sirna seketika.

Sejak perkenalannya dengan Ziana di bandara beberapa bulan lalu, ia tidak pernah bisa menghilangkan bayangan wajah perempuan itu. Hati yang telah lama kosong tidak berpenghuni kini mulai terasa hangat oleh kedatangan Ziana. Meski semuanya masih abu-abu namun entah kenapa selalu ada secercah harapan jika berkomunikasi dengan Ziana.

Tidak dipungkiri ia sangat tertarik dan ingin memiliki Ziana. Sosoknya yang manis, tangguh, kritis dan serba bisa berhasil mencuri hati Agas. Terlebih banyak cerita kurang mengenakan mengenai Kiandra yang Sherly sampaikan. Namun Agas masih tidak mau menelannya bulat-bulat, ia selalu berusaha melihat suatu kondisi dari sudut pandang yang lain. Mungkin saja Kiandra bersikap over protective dan tidak terbuka pada Ziana karena memiliki alasan tertentu.

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang