Mahisa Setia

15 3 0
                                    

Flashback..

Di awal pertemuan Kiandra dengan Ziana ia langsung diuji dalam kesetiaan dan kesabaran. Kekasihnya itu mengalami kecelakaan yang sempat membuatnya tidak bisa berjalan selama setengah tahun.

Kecelakaan sepeda motor yang menimpa Ziana membuatnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun. Bahkan hanya bisa terbaring di atas ranjang, tidak berdaya. Kala itu tulang pahanya patah dan benturan cukup keras di kepala membuatnya sering pingsan.

Tidak hanya Ziana yang tak berdaya, Kiandra pun ikut sedih dan terpukul atas kecelakaan ini. Ia tidak pernah seharipun meninggalkan perempuan yang dicintainya itu. Selama 6 bulan ia bahkan rela menyewa rumah didekat kediaman Ziana hanya untuk bisa merawat dan menjaga kekasihnya.

"Kian, aku mau piknik lagi di bawah kaki gunung Puntang kayak waktu itu" Seru Ziana lemah. Kiandra mengangguk sambil tersenyum.
Malam itu ia menginap di rumah Ziana karena orang tuanya sedang ada catering.

"Zi, sehat ya! Sebentar lagi ulang tahun kamu lho!" Kiandra menyemangati kekasihnya itu sembari menyuapi makan bubur.

"Aamiin, insyaAllah sayang. Aku ingin cepet sembuh supaya ga nyusahin kamu" Ziana terlihat sedih. Tangannya memegang lengan Kiandra lembut.

"Kayak ke siapa aja Zi kamu nih! Aku ikhlas ngerawat dan nemenin kamu di masa-masa seperti sekarang" Seru Kiandra. Diusapnya lembut kepala Ziana lalu dikecup kening perempuan yang dicintainya itu.

"Kian, udah hampir 4 bulan aku nyusahin kamu, sementara di luar sana masih banyak perempuan lain yang lebih cantik, muda, dan sehat yang bisa kamu pacari" Ziana mulai insecure dengan keadaan dirinya.

"Kamu masih muda, ganteng, ramah pula, kamu berhak... "

"Apaan sih, Zi! Mulai ngelantur deh, ngomongnya ah!" Kiandra memotong perkataan kekasihnya yang mulai terdengar putus asa.

"Ini bukan akhir dari segalanya Zi, cepat atau lambat kamu bakal bisa berjalan seperti semula. Beraktifitas seperti dulu lagi. Jadi, positif thinking terus ya, kamu yang kuat, kamu yang ceria itu penyemangat bagiku buat menemani kamu di saat seperti ini" Ujar Kiandra menyemangati Ziana.

"Kian, makasih banyak ya sayang. Disaat seperti ini kamu ga sedikitpun beranjak pergi dari hidup aku, thanks Mahisa udah setia" Ziana menitikkan air matanya, lalu berusaha memeluk Kiandra. Melihat kekasihnya itu susah payah mendekati dirinya, segera Kiandra memeluk terlebih dulu. Terasa hangat air mata Ziana membasahi pundaknya.

Ya Allah sayang sekali aku dengan perempuan ini.

Ujar Kiandra dalam hatinya. Ia amat sangat menyayangi kekasihnya itu.

Inilah yang menjadi pengingat Ziana di kala sang love blind mulai menyebalkan ataupun mengecewakannya. Beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki, hanya Kiandra lah yang tidak pernah berselingkuh. Setahu Ziana ialah sosok laki-laki yang setia. Entah dibelakangnya ada perempuan lain atau tidak namun selama berpacaran dengannya tak pernah ada problem mengenai orang ketiga, terkecuali Renata, si cameo di masa lalunya.

Bahkan di saat kondisinya yang sedang terpuruk dan tidak berdaya ini Kiandra tidak pernah jauh darinya. Alih-alih bisa mencari perempuan lain yang lebih cantik, sehat dan muda ia malah mau menemani dan merawat Ziana yang saat ini tidak bisa berjalan sama sekali.

Seiring berjalannya waktu Ziana mulai kembali pulih dengan mengikuti terapi demi terapi agar bisa berjalan seperti sedia kala. Kondisinya pun semakin sehat, sudah tidak pernah jatuh pingsan lagi. Kehadiran sosok Kiandra disampingnya menjadi penyemangat bagi dirinya untuk segera pulih kembali.

Mahisa setia.

****

Malam itu Kiandra dan sang mama makan malam bersama Pak Riki dan putrinya, Gisella.

"Mah, Kian ke toilet dulu sebentar ya!" Alih-alih meminta izin untuk ke toilet, sebetulnya ia berniat memberi kabar Ziana yang sudah dijanjikannya untuk bertemu malam itu.

"Halo, Zi kamu dimana?" Tanya Kiandra begitu terdengar suara Ziana di seberang sana.

"Dirumah, kita jadi ketemu kan? Kamu lagi dimana Kian kok berisik banget?" Zian keheranan karena mendengar suara alunan musik jazz dari tempat Kiandra saat itu.

"Hmmm, aku lagi nganter mama keluar nih, maaf ga bisa ketemu malam ini. Besok aku jemput ya, siang. Aku sengaja ambil cuti lho!" Kiandra sengaja meminta cuti kepada bosnya di kantor untuk menebus janjinya pada Ziana.

"Emang bisa ambil cuti mendadak?"

"Bisalah, apa sih yang aku ga bisa dikantor! Hehehe" Kiandra berusaha terdengar happy meski hatinya ingin segera menemui Ziana malam itu. Ia rindu sekaligus merasa bersalah.

Tak lama Kiandra menuju meja makan kembali..

"Kian, kamu kerja di perusahaan IT itu sudah lama?" Tanya Gisella ramah.

"Lumayan, btw jadi dokter itu memang cita-citamu?" Tanya Kiandra sambil menghabiskan sisa makanannya.

"Ngga, hehehe.. Awalnya aku pengen jadi pramugari tapi almarhum mama nyuruh aku jadi dokter supaya bisa bantu orang sakit"
Terlihat Gisella sedikit menerawang terbayang masa lalunya bersama almarhum sang ibu.

"Oh, sorry kalo pertanyaanku bikin kamu teringat almarhum mama" Kiandra merasa tidak enak. Sebenarnya tak ingin tau banyak hal mengenai dokter muda itu, namun Kiandra berusaha terlihat menikmati pertemuan itu agar tak mengecewakan dan mempermalukan sang ibu.

"It's okay, no problem Kian. Btw kapan-kapan main ke Jogja, nanti aku ajak keliling malioboro, makan gudeg, dan mantai di Parangtritis!" Ajak Gisella bersemangat. Matanya yang bulat cantik melihat kearah Kiandra, lalu ia tersenyum manis.

"InsyaAllah!" Kiandra balik tersenyum ramah. Jika tidak teringat Ziana mungkin dirinya sudah larut dalam pesona Gisella. Diluar profesinya yang sudah mapan itu, sosoknya memang menarik bagi Kiandra. Ramah, cantik, mandiri, dan konsisten. Namun itu semua tidak lantas membuat Kiandra menjadi laki-laki yang tidak setia. Baginya Ziana tetap masa depannya.

Drrttt... Drrtt... Drrtt....

Ki, sorry soal kemarin ya.. Please, jangan marah lagi.. 

Terlihat pesan dari Renata di notifikasi handphone Kiandra. Di tekannya tombol power selama beberapa detik. Klik. Handphonenya pun mati. Ia tidak mau menambah rusak mood dengan mengingat kejadian bersama Renata kemarin.

Jauh didalam lubuk hati Kiandra ia tidak ingin menyakiti Ziana. Namun ego selalu saja dapat mengalahkan rasa cinta yang ada untuk kekasihnya itu. Ia tak sadar selama ini Renata lah yang sudah mengusik ketenangan Ziana. Obsesikah atau memang masih ada perasaan pada sosok masalalu nya itu, ia pun masih bingung dengan hatinya.

"Kalau begitu sampai ketemu di pertemuan berikutnya ya, semoga Gisella dan Kiandra bisa terus akrab!" Terdengar Mama Henny berpamitan pada Pak Riki dan Gisella. Mereka mengakhiri makan malam itu dengan menaruh harapan pada putra putrinya.

Mendengar Mama Henny berharap lebih pada hubungannya dengan Kiandra, Gisella tersipu malu begitu pula Pak Riki. Sepertinya mereka memang berniat sekali untuk besanan.

****

Bruk!!!
Dibantingnya handphone yang sedari tadi ia genggam erat berharap ada balasan pesan dari si masalalu.

"Mah, Alea ngantuk. Ayo, kita tidur!" Dengan mata sayu Alea mengajak Renata untuk tidur. Malam itu Hendra dines malam sehingga mereka hanya berdua di rumah. Renata tak menggubris ajakan tidur putri semata wayangnya itu.

"Mah..." Sekali lagi Alea merengek meminta untuk segera tidur. Renata melirik sekilas, lalu mengirim pesan sekali lagi pada Kiandra.

Ki, inget ga waktu kamu mau antar aku wisuda? Aku kangen kamu yang dulu..

Ada saja topik pembicaraan Renata untuk menarik perhatian Kiandra. Namun tetap hanya masalalu beserta kenangannya saja yang selalu ia ulas. Karena tanpa disadari ia hanya hidup di masalalu Kiandra, bukan di masa sekarang ataupun masa depannya.

Tidak ada notifikasi pesan terkirim, rupanya handphone Kiandra sedang tidak aktif. Renata hanya bisa menghela nafas dalam-dalam lalu membawa Alea masuk kedalam kamar.

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang