Drrttt... Drttt.. Drrtt...
Handphone Ziana sedari tadi berbunyi namun sama sekali tak diliriknya. Air mata yang semalaman menemani baru saja kering ketika sang fajar mulai menampakkan dirinya di balik langit bulan Agustus."Teu.. Aku berangkat sekolah dulu ya!" Terdengar suara Riza dari balik pintu. Ziana masih diam saja. Ia melihat dirinya didalam cermin sangat berantakan. Rambut ikalnya disisir perlahan sambil terus menatap dalam pada kedua matanya yang sembab. Kiandra berhasil membuat dirinya bagai raga yang tak bersukma.
"Teu, ini aku simpan di deket tv ya roti kukusnya. Cepet dimakan nanti keburu dingin ga enak. Bye ateu, assalamu'alaikum!" Seru Riza kembali berteriak dari ruang tengah. Suara langkah kakinya semakin menjauh dan hilang.
Setengah jam berlalu Ziana masih terduduk di meja riasnya. Ia memberanikan diri untuk melihat handphonenya meski tahu tidak mungkin ada pesan ataupun panggilan tak terjawab dari Kiandra. Inilah kenyataan yang membuatnya semakin sesak dan merasa tidak berharga.
Dirinya banyak di ingini lawan jenis diluar sana, namun oleh sang kekasih justru malah terasa disia-siakan begitu saja. Kepercayaan diri Ziana hampir hilang 2 tahun ini. Ia merasa tidak dicintai dan diperlakukan layaknya seorang perempuan. Kasih sayang Kiandra memang terasa, ia nyaman berada disampingnya, namun sosok Renata masih terus ada diantara ia dan Kiandra. Membuatnya merasa seperti orang bodoh diantara keduanya.
4 panggilan tak terjawab dari Sherly.
2 pesan masuk dari Bagaspati."Astaga! Hari ini aku ada jadwal photoshoot! Ya Allah!!!" Ziana terkejut bukan main ketika ia sadar bahwa hari itu adalah jadwal photoshootnya dengan salah satu butik terkenal di kota Bandung. Diliriknya jam menunjukkan pukul 07.00 pagi.
"Ya Allah, hampir saja! Dikira sekarang udah siang. Astaghfirulloh!" Ia menenangkan dirinya sambil mengusap dada dan menyeka wajah dengan kedua tangannya.
Zi, hari ini ada photoshoot bareng Sherly ya?
Halo, Ziana sudah bangunkah?
Isi pesan dari Agas sedikit membuatnya merasa tenang, entah karena apa. Cepat-cepat ia membalas pesan itu.
Sorry, baru balas Gas. Aku baru bangun, nih!
Ziana berbohong. Padahal semalaman ia tidak bisa tidur sama sekali. Sekali lagi ia lihat wajahnya didalam cermin. Ya, ampun gimana mau foto mukaku berantakan gini! Umpatnya dalam hati.
It's okay, Zi. Kamu ke lokasi jam berapa? Aku jemput ya, boleh?
Tanpa berpikir panjang Ziana langsung mengiyakan tawaran Agas itu. Setelah membalas pesan ia langsung bergegas menuju toilet dan bersiap menuju lokasi photoshoot.
****
"Siang.... Ya Ampun Zi, kamu kemana sih susah banget dihubungi!" Sapa Sherly tidak sabar begitu melihat sahabatnya itu datang. Ziana memakai hoodie dan menutup rambutnya yang masih terlihat berantakan. Matanya masih tampak sembab.
"Astaga, kamu mau kerja dengan mata seperti itu Zi?? Are you crying??" Sherly menghampiri Ziana yang duduk dekat gantungan baju-baju yang akan ia pakai di sesi photo siang itu.
"Pasti Kiandra, iya kan??" Sherly terlihat kesal dan menggeleng kepala. Diberikannya sebotol jus apel pada Ziana. Sahabatnya itu hanya mengangguk pelan dan meneguk jus pemberiannya.
"Aku di jemput Agas sore ini, kamu mau kemana?" Seru Ziana tiba-tiba. Sherly membelalakkan matanya tak percaya.
"Hehe, iya.. Aku dijemput Agas setelah beres photoshoot ini. Agas, Agas. Bagaspati!" Timpal Ziana memperjelas kalimatnya itu. Ia yakin Sherly sangat paham pembicaraannya barusan hanya saja belum yakin dengan siapa ia akan pulang. Sherly hanya mengangguk dan tersenyum. Dirangkulnya Ziana lembut, ia tidak ingin melihat sahabatnya itu larut dalam kesedihan. Sherly ingin yang terbaik ada di hidup Ziana. Baginya, Ziana lebih dari sekedar sahabat. Ia sudah seperti saudaranya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flummox
FanficKetika kamu ingin menangkap 2 kelinci sekaligus, maka sampai kapanpun kamu tidak akan pernah mendapatkan keduanya. Kalimat itu terus terngiang dalam pikiran Artapela Ziana, perempuan berusia 25 tahun yang mandiri, baik hati, tangguh, namun naif dan...