"Gak diangkat aja ya Kek teleponnya??" Riza terlihat khawatir dan bolak balik menelepon Ziana. Mama Yanti tak kalah khawatirnya ketika menonton berita di televisi yang hampir seluruh stasiunnya menginformasikan hilangnya kontak pesawat rute Bandung-Makassar.
"Ya Allah, semoga bukan pesawat yang ditumpangi Kiandra" Mama Yanti mulai meneteskan air matanya. Papa Darwan berusaha menenangkan dan terus mencoba menelepon Ziana. Namun tak ada satupun respon dari anaknya itu.
"Cari informasi di sosial media Riza, siapa tahu ada info nama-nama penumpang"
"Iya, Kek" dengan tangan bergetar Riza membuka sosial media. Dan benar saja seluruh akun berita sedang melakukan siaran langsung dari Bandara Internasional Soekarno Hatta terkait hilangnya kontak pesawat.
Hingga kini belum ada informasi lebih lanjut terkait hilangnya kontak boeing 123 rute Bandung-Makassar. Team Basarnas telah mulai melakukan pencarian di sekitar titik hilangnya sinyal kontak pesawat. Berikut nama pilot, dan awak kabin serta para penumpang yang berada di dalam pesawat boeing 123.
"Kek....." sekujur tubuh Riza mulai menegang. Tangan dan kakinya mendingin. Saat ini ia benar-benar panik ketika melihat nama calon om nya berada di list penumpang.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un...." Papa Darwan mengusap wajahnya frustasi.
"Ya Allah selamatkanlah calon menantuku, anakku..." kini tangis mama Yanti benar-benar pecah.
****
"Zi..." Sherly menenangkan Ziana. Ia menggenggam tangan sahabatnya itu yang terasa sangat dingin, padahal cuaca di luar Resto sedang panas-panasnya. Ziana terdiam membisu. Telinganya sudah tak dapat menangkap suara-suara di sekelilingnya. Matanya tak mengeluarkan air mata, namun hatinya berdegup bukan main.
Bayangan perpisahan di Bandara siang tadi terekam kembali di pikirannya. Kalung yang dipakaikan Kiandra, aroma parfumnya, kemeja jeans biru navy yang dipakainya, wajah tampannya, bibirnya yang mencium dengan lembut...
Semua tergambar jelas dalam ingatannya. Ini seperti mimpi, mimpi buruk yang datang tiba-tiba dan sulit berakhir karena tidur yang panjang.Ziana berlari keluar mencari taxi diikuti oleh Sherly yang tak kalah terlihat khawatir melihat kondisi sahabatnya itu. Tangisnya pecah ketika sampai di bandara Husein Sastranegara. Ia terkenang kejadian beberapa jam lalu ketika Kiandra masih berdiri disini dengan senyum manisnya, dan memeluknya erat.
Bandara yang pagi tadi terlihat agak lengang kini dipenuhi wartawan dan orang-orang yang nampak sedih juga khawatir. Keluarga dari para penumpang pesawat rute Bandung-Makassar sudah memadati bandara. Tangis, teriakan histeris, dan kalimat-kalimat frustasi terdengar di gendang telinga Ziana.
Ia berharap ini mimpi. Namun ketika melihat sekeliling bandara, ia sadar bahwa ini kenyataan. Kenyataan pahit yang semasa hidup tak sangka akan ia hadapi. Lututnya melemas, kepalanya pening melihat kondisi bandara yang kini berubah riuh dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran. Dari kejauhan nampak Kak Dini dan beberapa orang yang tak dikenalinya menghampiri.
"Ziana...." Kak Dini memeluk erat Ziana diiringi tangisan menyayat dari seorang istti yang harap-harap cemas menanti kabar baik mengenai suaminya.
"Halo, Raff.. iya, ini aku di bandara Husein bareng Ziana..." jawab Sherly mengangkat telepon dan menjauh dari kerumunan orang.
"Okay, aku tunggu..."
Iya sayang.
Terdengar suara Raffa panik dari seberang telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flummox
FanficKetika kamu ingin menangkap 2 kelinci sekaligus, maka sampai kapanpun kamu tidak akan pernah mendapatkan keduanya. Kalimat itu terus terngiang dalam pikiran Artapela Ziana, perempuan berusia 25 tahun yang mandiri, baik hati, tangguh, namun naif dan...